13. Strange

316 70 314
                                    

Jung memandang Leira dengan tatapan bingung. Pasalnya, jarang-jarang istrinya itu mengenakan pakaian olahraga saat pagi hari--sangat ketat sekali. "Buatkan susuku dulu, baru boleh pergi." Leira jengah. Masih pagi sudah dibuat jengkel.

Beginilah pagi pasangan suami istri yang sudah berubah seratus delapan puluh derajat, yang biasanya diawali dengan morning kiss, diawali dengan rayuan, dan diawali dengan pelukan. Seketika hilang--berganti dengan senyuman yang terpaksa, berganti dengan sifat kelicikan, berganti dengan pura-pura bahagia dan bertahan.

Mata Leira memincing saat melihat presensi Jung dari atas sampai bawah. Tiba-tiba Jung mengenakan pakaian yang sama dengannya. Pakaian olahraga--berbeda model, punyanya lebih longgar.

"Mau joging, kan? Ikut!" Bergelayut manja pada lengan Leira supaya wanitanya itu mengangguk. Sengaja, untuk membuat hati Leira semakin plin-plan.

"Jangan manja. Tidak mempan."

Bohong jika tidak mempan. Bohong jika tidak luluh. Leira munafik. Sangat. Nyatanya, Leira senang dengan sikap Jung yang kelewat manis dan menggemaskan. Senang sekali saat suaminya meringsut ke dalam rengkuhannya. Jarang-jarang Jung mau merengkuh dirinya seperti ini.

Jung tetap stagnan pada posisinya sambil meminum susu yang sudah jadi. Meneguknya dengan sekali tegukan, lalu berpindah posisi menghadap Leira.

Menyadari ada sisa susu pada sudut bibir Jung, tanpa ragu Leira mengusapnya pelan. Membuat Jung tersenyum gemas. "Ternyata masih peduli." Sengaja, lagi. Meninggalkan bekas susu untuk melihat Leira masih peduli atau tidak.

Tanpa menjawab sepatah kata, Leira pergi meninggalkan Jung yang masih terkekeh gemas karena bisa menebak jika Leira malu bukan main. "Aneh," gumam Leira nyaris tidak bersuara.

"Tunggu, Sayang." Sepersekian detik berikutnya, Jung merangkul pundak Leira tanpa peduli berulang kali Leira menepis tangannya. Jung menyebalkan pagi ini. Leira benci dengan keadaan hatinya yang mudah goyah. Mudah luluh dalam sekejap.

Duality yang sangat mengesankan.

Lebih dari apa pun, Leira benar-benar muak dengan pagi yang sangat menguji kesabaran hatinya. Bagaimana tidak? Jung tetap stagnan pada posisi awal, ditambah pemandangan yang tidak etis tertangkap oleh netranya. Seo Dalmi bermesraan dengan Kim Taehyung di halaman rumah. Dengan posisi Taehyung memberikan back hug pada Dalmi saat dia sedang menyiram bunga. Halah, sok romantis.

"Wah, kalian romantis sekali," sapa Jung begitu netranya menangkap kedua insan yang sedang bermesraan.

Taehyung melepaskan pelukannya, menoleh pada sumber suara yang menyapanya. Siapa lagi kalau bukan tetangga sebelah rumah yang sedang terjerat kasus penculikan. "Kalian juga romantis, mau joging saja tetap saling bergandengan tangan." Jung beralih menggenggam tangan Leira.

Leira tersenyum canggung. Jung terkekeh geli. "Biar tidak lepas dari rengkuhanku."

Leira mengakui jika Jung hari ini sangat aneh. Mungkin tidak hari ini saja. Kedepannya pasti akan begitu juga. Harap-harap dirinya bisa kebal menghadapi segala tingkah Jung yang tidak mudah ditebak.

Dalmi mengulas senyum cantiknya. "Suamimu sangat romantis juga ternyata. Tidak seperti suamiku ini, romantis saat ada maunya saja."

Sama, kok. Jeon Jungkook juga begitu. Sebelas dua belas dengan Kim Taehyung yang dijabarkan oleh Seo Dalmi.

"Kami bergabung boleh, tidak?" sambung Taehyung. Jung dengan senang menganggukkan kepalanya dua kali.

Jung menyisipkan anak rambut Leira ke belakang daun telinga. "Masih pagi, mukanya jangan kusut begiti, Sayang. Aku terlalu romantis, ya?"

He's DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang