"Sonbae, tatap mataku!" Jung menegaskan, membuat atensi Soora tertarik untuk menatap matanya. "Pukul, dan akhirilah."
Soora mengangkat tangan ragu, tangannya bergetar hebat. Dia benar-benar tidak tega. "Aku tidak bisa melakukan ini, Jung."
Jung sampai mendesah pasrah. Soora susah sekali bujukannya. "Jangan takut, percayalah aku akan baik-baik saja. Kita akan mengakhiri ini semua."
Dengan tangan terikat, Jung membelai rambut wanita di depannya ini. Harap-harap Soora mau melakukan apa yang ia pinta, supaya semuanya cepat terselesaikan. "Pukul, bakar, dan pergilah. Semuanya ada di tanganmu, Sonbae."
"Jung, aku tidak tega melakukan ini kepadamu. Tubuhmu sudah lemas, kakimu juga masih sakit, dan sekarang aku harus memukul dirimu? Kumohon, kita pilih jalan yang lain saja." Soora sampai meneteskan air matanya. Astaga, sangat mendramatisir sekali.
Jung sampai bingung harus berkata apa ketika melihat Soora menangis. "Kau mau membantuku, kan? ini jalan satu-satunya. Mulai besok, drama gila ini akan berakhir. Percaya padaku, aku akan baik-baik saja."
Soora menarik napas panjang. Dia memejamkan matanya sejenak. Kemudian mengambil ancang-ancang guna memukul kening Jung. Lekas dan gesit, kedua tangannya terangkat dan menghantamkan sebuah batu berukuran sedang ke kening Jung.
Jung mengaduh sakit. Kening yang semula mulus, kini sobek hingga mengeluarkan darah. Mendadak kepalanya terasa pusing sekali, lalu ia membaringkan tubuh lemahnya dan menutup mata supaya Soora terkecoh untuk melanjutkan tugas berikutnya.
Benar saja, saat melihat Jung pingsan, wanita itu membakar gedung kosong yang sudah dia tetesi bensin secara menyeluruh. Detik itu juga, api mulai menyulut ke mana-mana, melahap habis seluruh gedung. Semua barang bukti Soora singkirkan, memastikan tidak ada sidik jari atau apa pun yang tertinggal.
Untung saja tubuh Jung terletak di samping gedung. Tidak jauh, juga tidak dekat. Namun, tubuh Jung sedikit terpecik api, membuat beberapa luka bakar di daerah tangan dan kaki. Pria itu tersenyum miring manakala melihat Soora yang sudah berlari menjauh—meninggalkan dirinya yang sangat sekarat dan harus tetap bertahan.
***
Sepuluh menit lagi jarum panjang berhenti di angka dua belas. Sedangkan dari tadi tidak ada yang menelepon atau sekedar mengirimkan pesan tentang keberadaan Jung. Jemari Leira tak berhenti mengetuk meja berkali-kali sambil memandangi jam dinding. Ia cemas perihal suaminya dikembalikan atau tidak.
"Sepuluh menit lagi." Jay memperingatkan.
Sialan. Rasanya Leira ingin mengumpat terang-terangan sekarang. Ia panik setengah mati, sepuluh menit lagi tidak ada kabar, bisa dipastikan ia mendekam di dalam penjara. Meskipun tidak ada bukti valid, namun Leira harus bertanggung jawab mengenai kejadian hari ini.
Leira menarik napas. Jarum panjang dan pendek sudah berada di angka dua belas tepat. "Sebentar. Beri saya waktu sedikit lagi, Jung pasti akan dikembalikan."
Jay sama sekali tidak menggubris. Kemudian mengeluarkan borgol dan memborgol tangan kiri Leira lebih dulu. Padahal wanita itu memelas, tetapi Jay tidak menunjukkan adanya rasa kasihan. "Sudah lebih dari dua menit. Anda dinyatakan bersalah lantaran melanggar janji dan Jeon Jungkook tidak dikembalikan."
"Oh, ayolah. Sebentar lagi Jung pasti dikembalikan. Penculiknya tidak mungkin menipuku. Tunggu lima belas menit lagi, ya?"
Rasanya sia-sia saja Leira memohon kepada Jay. Nyatanya, Jay sama sekali tidak peduli dan lanjut memborgol tangan kanan Leira. Saat wanita itu disuruh berjalan, tiba-tiba ponselnya berdering yang posisinya tidak jauh dari tempatnya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Dangerous
Mystère / Thriller[Mature Content] "Jung, kau memang berbahaya." Nyatanya, Jeon Jungkook memang sinting. Lebih dari apa pun, Leira mengakui jika otak suaminya sudah gesrek. Ah, sebelum dirinya berselingkuh dengan Park Jimin, Jungkook yang dikenalnya adalah suami bert...