XXXIII. Tell Me.

117 14 1
                                    

‼️ Warning ‼️
• Cerita ini hanyalah fiksi belaka, jika ada kesamaan karakter maupun tokoh itu bukan lah suatu kesengajaan.
• Cerita ini bukan lah berdasarkan sejarah yang di tulis, cerita ini murni karangan penulis,
• Cerita ini tidak ada maksud membelokkan sejarah yang ada.
——————————

.
.
.
.
.
.


//

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













//

Yang satu bernuansa gelap penuh aura putus asa, yang satu sama gelapnya namun aura hangat tetap terasa, dua sisi perasaan yang berdiri di lingkup serupa. Masing masing dari mereka tengah menatap langit gelap di luar.

Kedua orang pria di ruangan yang berbeda, tengah terdiam sambil menatap jendela. Lagi, masing masing dari mereka tenggelam dalam pikiran yang sama, yaitu tentang seorang wanita yang mereka cintai.

Rasa rindu dan rasa bersalah, menyatu dalam ambang angin malam yang tak kasat mata, terbang melalui celah celah langit menuju antah berantah.

Kedua pria itu terdiam, yang satu tampak lelah mencari, yang satu lagi tampak lelah mencintai. Keduanya sama sama lelah, namun juga sama sama tidak bisa berhenti.

Salah seorang pria itu memiliki rambut hitam ikal yang cukup panjang, menggenggam serta buku catatan kecil bersampul coklat ditangannya. Lengkap dengan pena maroon yang ada di dalam buku tersebut.

Sementara pria yang satunya lagi, hanya terdiam dengan tatapan sayu, sambil mengetuk ngetukkan kakinya sendiri di lantai keramik rumah tersebut. Rambutnya yang panjang, sengaja diikat. Tak lupa dengan janggut dan kumis yang Ia biarkan bersemayam di wajahnya setelah sekian lama.

Meski kini mereka di pisahkan dengan ruangan, tapi pusat perasaan mereka selalu sama. Siapa yang tidak mengerti? Bahkan gesekkan suara daun kering pun bisa dengan cepat mengetahuinya, kedua lelaki yang hanya dibatasi dengan 3 kamar itu tengah memikirkan satu wanita yang sama.

Lelaki dengan rambut ikal yang tadi menggenggam buku itu masih terdiam, namun kini satu sudut bibirnya terangkat, bersamaan dengan bintang jatuh yang Ia lihat dari kejauhan langit malam.

Ia memantapkan pijakannya, lalu membuka jendela dihadapannya, sehingga semilir angin mengenai wajahnya. Rambut panjang ikal yang semula hampir menutupi kedua matanya itupun sedikit terangkat, sehingga dengan jelas dapat terlihat, mata biru gelap yang membias karena cahaya bulan.

"I want you forever, even when we're not together~" ucap lelaki itu dengan suara parau.

Selang beberapa detik dari itu, lelaki yang satunya lagi, yaitu lelaki dengan janggut dan kumis panjang, juga rambut yang diikat, ikut berbicara dengan lirih.

"Aku takut perasaan cinta milik Taehyung untuk mu, lebih besar dari pada milik ku, Athen."

*****

Graphein Of Athene (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang