PART 3

12 0 0
                                    

Malam itu aku melihat sebuah seseorang di depan aula, sambil melambaikan tangannya padaku, aku menghampiri seseorang itu. Dari posturnya aku melihat seperti Mayang, aku memanggil nama Mayang, bayangan itu terus melambaikan tangannya. Ku dekati dan dekati, semakin mendekat, dan sangat mendekat, lalu seseorang itu membalikan badannya dengan cepat dan aku berteriak. Aku terbangun dari tidurku, dan beristigfar ternyata itu mimpi, suara adzan subuh berkumandang, aku segera mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim. Aku bergegas mandi dan berpakaian seragam kesayanganku, sarapan, lalu pergi seperti biasa ke kantor. Aku menaiki anak tangga, dan berhenti sejenak sambil melihat pintu depan aula, sekilas aku memikirkan mimpiku itu lalu aku masuk ke dalam ruangan kerjaku. Aku melihat Mayang sudah ada disana beserta yang lainnya, seperti biasa mengucapkan salam kepada mereka. Aku menghampiri Mayang yang sedang sarapan di dapur, dan dia bertanya padaku sampai jam berapa aku berada di kantor, aku menjawab pertanyaannya sambil menyicikan segelas air teh untuk ku. lalu Mayang bertanya lagi, apa aku tidak merasa ketakutan, aku pun tersenyum sambil pergi menjawab pertanyaannya.

Pak Tio datang ke tempatku, untuk menanyakan bagaimana dengan kerjaanku. Aku menjawab bahwa tugasnya sudah selesai, dia memintaku untuk menyimpannya dulu dan menunggu Komandan datang dan di tandatangani. Aku pun menyimpannya ke dalam map dan laci, ketika pak Tio akan keluar dari ruanganku, dia tiba-tiba berkata padaku. Aku yang sedang membereskan buku di rak terdiam mendengar perkataanya.

Jam istirahatpun datang, seperti biasa aku dan Mayang pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat, lalu kita langsung ke kantin dan aku melihat pak Tio bersama teman-temannya. Pak Tio melihatku dan terbangun dari duduknya, aku dan Mayang langsung duduk di kursi yang kosong. Teman-teman pak Tio perlahan pergi, pak ia duduk sendiri sambil memainkan handphone nya. Lalu Mayang meninggalkan aku karena dia harus segera pergi ke toilet. Pak Tio menghampiri aku yang sedang makan siang, lalu aku berdiri dan menghormatinya sebagai atasan. Dia menyuruhku untuk melanjutkannya, akupun makan dengan di temani dia, dan mengatakan sesuatu padaku, besok malam dia akan mengajakku pergi untuk menonton film. Aku yang terkejut mendengar ucapannya terdiam sejenak dan tersenyum kecil. Lalu dia pergi, dan tertawa kecil dengan rasa malu. Tak lama Mayang datang dan bertanya padaku, ada apa dengan ku tiba-tiba saja aku tertawa sendiri, aku tak menjawab pertanyaan dari Mayang karena aku pun percaya tak percaya, secara pak Tio seorang pria yang tampan dan banyak di kagumi semua wanita apalagi di kalangan militer dia terkenal dengan kemanisan di senyumnya mengajak wanita yang biasa saja seperti aku. Rasa tak percaya dan malu pada diriku, lalu aku dan Mayang kembali lagi ke ruangan. Di perjalan koridor, aku melihat pak Tio sedang mengobrol dengan beberapa rekan kerjanya dan akupun memberikan hormat kepada mereka. Sambil tersenyum senang aku berjalan terus dan pak Tio melihatku sampai aku menaiki beberapa anak tangga.

Mayang yang penasaran ada apa dengan aku, lalu aku bercerita pada nya apa yang terjadi denganku. Mayang dengan suara keras dan kaget menyebutkan nama pak Tio di depan semua rekan kerja di dalam ruangan, sontak semua anggota melihat ke arah kami. Mayang langsung meminta maaf dan akupun tertunduk malu karena semua orang yang berada diruanganku tersenyum sambil melihatku.

Hari Jumat ini aku tidak begitu banyak kerjaan, karena aku merasa santai aku pergi ke dapur dan mengambil segelas air mineral untukku. Lalu datanglah seorang seruanganku di kantor, namanya Daniel. Daniel bertanya padaku tentang kedekatan aku dengan pak Tio, aku menjawab dengan seadanya kepada Daniel, hanya saja Daniel berkata jangan sampai hatiku terluka, aku belum mengerti apa maksud dia mengucapkan kalimat itu.

Malam sudah datang, aku kembali ke mess dan segera membersihkan diri kembali untuk beristirahat. Handphone ku berbunyi pada saat aku akan tertidur, ternyata adik ku Tia menelefonku, dia merindukan ku dan menanyakan kapan aku akan pulang ke rumah. Aku menjelaskannya semua pada Tia, agar dia mengerti dengan status pekerjaanku. Seperti biasa aku menanyakan keadaan ibu dan bapak juga si kecil Rama, mereka baik-baik saja dengan keadaan sehat. aku merasa tenang sekarang mendengar nya.

Selesai berbicara dengan keluarga di rumah, aku segera bersih diri, melaksanakan sholat, dan beristirahat. Saat aku tertidur di ranjangku, aku memikirkan sesuatu yang di ucapkan pak Tio mengajak ku pergi menonton film. Memikirkan pakaian seperti apa yang harus aku kenakan, dan mempersiapkan nya mulai sekarang.

ku matikan lampu kamar, tersenyum, dan tertidur.

~bersambung

Ketika Tak Ada Kata CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang