Berkebun

232 43 64
                                    


Akagi Michinari namanya, baik orangnya, periang sifatnya, rupawan wajahnya, pintar dan menyenangkan pula.

"Aduh ... Harus sekarang, ya?" tanya Akagi sembari meliuk-liukkan badan dengan malas di atas kasur.

Ya, satu yang orang-orang tidak tahu; Pemuda menggemaskan ini sebenarnya cukup pemalas.

Tentu saja, aku tidak menulis kata "rajin" di atas, bukan?

"Sekarang, cepat dan bisa langsung bermalas-malasan sesuka Nii-chan. Atau, nanti, lama dan memakan waktu Nii-chan untuk bermalas-malasan. Yang mana?" tanya (Name) lugas dengan nada datar.

Akagi bangkit dari posisinya yang semula berbaring, kini dia duduk di pinggir ranjang.

"Sekarang," putusnya pada akhirnya, biarpun disertai dengan wajah malas yang kentara.

Akagi (Name) namanya, pintar orangnya, dingin sifatnya, sayang kakaknya, tenang pola pikirnya, manis saat senyum, rajin pula Ia.

Satu yang kurang dari (Name), yakni; Baik.

Yup! Kurang baik. Bukan sopan-santunnya, kalau sopan-santun sih, (Name) bisa saja.

Lalu, apa?

Sifat baiknya kepada orang lain tentunya. Dengan ia yang memiliki pola pikir tenang dan sifat yang dingin, empati kepada orang lain seperti menghilang begitu saja.

Berbeda jauh sekali, sifat kakak beradik ini.

Salah satu contoh nyata pada suatu hari, saat (Name) sedang belanja sayur bersama beberapa ibu-ibu tetangga lain.

"Halo! Kamu pasti adik perempuan Akagi-kun, bukan?" tanya salah satu Ibu di sana.

(Name) menoleh sekilas, lalu mengangguk sebagai jawaban, Ibu tersebut agak keki dibuatnya.

Tak lama kemudian, salah satu ibu-ibu lagi datang, lekas berujar, "Hei, namamu siapa? Kamu adik Akagi, kan?"

Lagi, (Name) menoleh. Dirinya kemudian mengangguk lagi.

"Iya. Namaku Akagi (Name), salam kenal," ujar (Name) datar.

Hening selama belanja sayur. Berbeda dengan Akagi yang benar-benar pandai membuka topik dan pada dasarnya gampang bergaul, (Name) hanya diam dan berbicara kalau perlu.

Setelah (Name) selesai berbelanja dan masuk ke rumah pun, kedua ibu-ibu tersebut kemudian berbincang.

"Dingin juga ya, Jeng, anaknya," ujar salah satu Ibu tersebut.

Ibu lainnya mengangguk, kemudian membalas, "Iya! Pernah, waktu salah satu pot bungaku terjatuh di depannya, dia hanya diam saja, berlalu lewat begitu! Huh, masih lebih baik kakaknya!" kesal Ibu tersebut.

Oke, kita cukupkan sekilas tentang kakak beradik ini. Sekarang, kita lanjut melihat Akagi dan (Name) yang sedang sibuk mengorek-ngorek tanah.

"Nii-chan, bibitnya," ujar (Name).

Akagi mengangguk, kemudian memberikan sebungkus berisi bibit bunga forget-me-not yang kemudian, lekas dimasukkan beberapa oleh (Name) ke dalam lubang-lubang yang sudah digalinya tersebut.

Benar. Hari ini mereka berencana untuk berkebun, eh ... Tidak bisa dibilang berkebun juga, sih. Atau bisa?

Karena rencana mereka sesungguhnya yaitu membuat rumpun bunga untuk menghias halaman depan Akagi yang sejak dulu kosong dan terlihat tidak menarik. Kemudian, (Name) memberi masukan untuk membuat rumpun bunga saja, supaya setidaknya terlihat indah. Maka, dengan semangat, Akagi pun menyetujui ide tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Lil' Sis | Akagi MichinariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang