°>11<°

29 8 20
                                    

Kuda-kuda itu dipacu dengan cepat untuk menghantarkan para pasukan pengintai keluar dari gerbang. Awalnya, mereka berada dalam satu kelompok yang sama. Memacu kuda mereka berurutan untuk pergi ke ekspedisi mereka.

"Ini akan menyenangkan!" jerit Niko sambil merentangkan tangannya dan membiarkan angin meniup-niup rambut panjangnya.

"Lihat, bahkan King setuju denganmu kali ini Ao," tawa Eru.

Aora mendengus malas, begitu pula dengan kuda putihnya yang berwajah menyebalkan. Kenapa dia mengingatkan Aora pada Jean ya...?

"Kalian... tahu siapa pengkhianatnya kan?" tanya Aora pelan.

Seketika, Eru dan Niko menjadi serius. Keduanya menatap Aora dengan pandangan yang sama lalu mengangguk. Aora segera membelokkan kudanya. Menatap ke arah kedua temannya lalu beralih pada para prajurit lainnya.

"Kita berpisah di sini. Sazha, sampaikan pada Erwin kalau aku akan berpencar dari regu ini. Farlan, Ova, kalian ikuti strategi awal," kata Aora sedikit berteriak kemudian ia berpencar.

Sebenarnya, Niko dan Eru bisa melihat ketidak setujuan di mata Sazha. Namun, gadis itu segera melesatkan kudanya melewati Eru dan Niko. Eru menoleh menatap Niko, menanyakan apa yang harus mereka lakukan dalam diam.

"Ikuti saja rencana awalnya," kata Niko.

Eru mengangguk paham. Melindungi Eren adalah prioritas mereka sekarang.

"Gunakan kerudungmu," kata Eru. "Kita akan berpacu sedikit di belakang mereka."

Tembakan demi tembakan asap mulai bermunculan saat mereka mulai bergerak sesuai formasi yang direncanakan. Niko mengeratkan tudungnya saat ia melihat beberapa titan yang tak jauh darinya kemudian menembakkan sinyal asap.

"Bagaimana jika misi ini pada akhirnya gagal juga? Kita masuk ke dalam sini mengetahui banyak hal, tapi banyak hal juga berubah dan... ini tidak seperti kita bisa dengan mudah mengubah alur ceritanya kan?" tanya Niko ragu.

"Aku percaya dengan keputusan Aora. Apa kau melihat kepuasan dalam matanya saat kita tidak memberitahunya soal posisi kita?" jawab Eru.

"Ah, kau benar," kata Niko, senyuman kini mengembang di wajah cantiknya. "Sekarang, kita memiliki kemampuan yang akan membantu kita. Iyakan?"

Eru mengangguk. Keduanya saling melemparkan senyum. Mereka melirik ke arah depan, tepatnya pada Eren dan regu Levi lainnya.

"Apa kau penasaran apa yang dilakukan Aora sekarang?" tanya Niko dengan pandangannya yang bertanya-tanya.

Eru menggeleng. Menurutnya, menanyakan apa yang akan dilakukan Aora sama saja dengan menanyakan pertanyaan retoris.

"Jika Komandan Erwin saja percaya pada pembuat masalah itu, kita juga harus percaya padanya," kata Eru.

"Kau benar. Tapi, apa menurutmu kita bisa menangkapnya kali ini?" tanya Niko.

Eru mengangguk mantap.

"Aku yakin, Aora sendiri yang akan menangkapnya jika kita gagal di hutan nantinya."

**%

Aora meloncat turun dari kudanya saat mereka mendekati hutan itu. Ia menarik tali yang mengekang kudanya agar kudanya berhenti. Lalu, tak lama kemudiam, ia membalik kudanya menghadap pada Reiner, Armin, dan Jean yang tadi berpacu di belakangnya.

Gadis itu mengangkat tangannya lalu menunjuk Reiner. Matanya berkilat dengan pancaran datar yang memenuhi. Seolah, tak ada kehidupan di sana. Sementara itu, matanya melirik pada Armin dan Jean.

Dimensions (AOT x Original Character)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang