9

89 19 0
                                    

*Happy Reading*

"Sayang, makasih ya, buat hadiahnya. Aku suka banget."

Entah sudah berapa kali Bianca mengucapkan kalimat itu, sambil terus menatap benda melingkar yang berkilau di lengannya.

Senyumnya tak bisa luntur, tiap kali mengingat perlakuan manis Marcel, yang sangat jarang dia dapatkan.

Bukan jarang sebenarnya, tapi lebih ke ... mahal.

Ya. Mahal sekali. Karena perlakuan Marcel harus selalu di tukar kesakitannya.

"Iya, sayang. Aku juga minta maaf buat kejadian kemarin, ya?" balas Marcel sambil mengusap rambut Bianca dengan lembut.

"Iya, gak papa kok. Aku ngerti."

Bianca hanya tersenyum tipis, saat diingatkan kejadian yang sering terjadi dalam hubungan mereka.

Saking seringnya, Bianca kini malah jadi terbiasa.

Terbiasa disakiti, dan terbiasa dengan sikap Marcel yang seperti musim pancaroba. Bisa berganti hanya dalam hitungan detik.

"Habis ini mau kemana lagi, Sayang? Aku turuti. Mumpung aku lagi free, nih. Pokoknya hari ini aku milik kamu," ucap Marcel kemudian. Membuat senyum Bianca makin melebar mendengarnya.

Beginilah Marcel, tiap kali melakukan kekerasan pada Bianca, pasti akan jadi kucing manis setelahnya. Berjanji tak akan mengulangi, tapi pada akhirnya, akan sama saja.

Marcel terlalu cemburuan dan ringan tangan. Membuat Bianca sebenarnya tidak tahan menjadi pacarnya, tapi juga tak bisa meninggalkan karena silau dengan kemewahan yang dia tawarkan.

Katakan Bianca bodoh. Tapi inilah hidup. Semuanya selalu diukur dengan materi, materi, dan materi.

Apalagi, di ibukota yang kejam seperti sekarang. Kasarnya, gak ada uang, lo gak akan ada artinya.

Maka dari itu, Bianca pun mencoba terus bertahan dengan Marcel. Meski tak jarang tubuhnya penuh bilur biru, jika Marcel sudah kumat sikap kasarnya.

Tidak apa-apa. Sakit tubuh masih bisa di obati. Tapi sakit hati karena hinaan, itu susah obatnya.

Lagipula, Bianca sudah bosan hidup miskin, belum lagi kalau sudah dipandang rendah oleh orang lain.

Tidak! Bianca tak mau lagi merasakannya. Tidak mau!

Karena itulah, salahkah Bianca tetap bertahan dengan hubungan toxic ini?

"Uhm ... Ke aja Mall, yuk. Udah lama nih, aku gak beli baju. Udah ketinggalan fashion banget. Sekalian, aku juga mau nyari kemeja dan beberapa jas buat kamu, Sayang. Biar kamu tetep stylist," pinta Bianca kemudian, dengan gaya manjanya. Karena, dia memang harus memanfaatkan moment ini, demi semua luka yang sudah dia terima kemarin.

Gara-gara itu, Bianca harus rela disebut ondel-ondel oleh si Asisten jutek. Meski Bianca juga merasa demikian, tapi ....

Ck, tak bisakah si Asisten jutek diam saja dan mengabaikannya?

Ah, mengingat itu, Bianca auto kesal lagi.

Mendengar permintaan receh Bianca. Tentu saja Marcel mau menuruti permintaannya. Karena baginya, apa saja rela dia keluarkan, agar wanita ini tetap mau bertahan bersamanya.

Sejujurnya, Marcel sangat mencintai Bianca. Namun watak ringan tangannya memang sulit sekali diubah.

Karenanya, dia pasti akan merasa bersalah tiap kali hilang control pada Bianca.

Menuruti apapun mau Bianca, itulah cara Marcel menunjukan rasa bersalahnya.

Meski cowok itu harus rela diajak keluar masuk toko, dan menjadi tukang panggul barang bawaan gadis ini setelahnya. Marcel Rela.

Mengejar cinta Babang jutek (Lengkap Di GoodNovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang