Bab 2

147 19 0
                                    

*Happy reading*

Sepanjang perjalanan Aika tampak santai mendengarkan musik dengan earphone. Sementara, Kairo sibuk dengan tablet di genggaman.

Alvaro sendiri begitu tenang membaca koran. Namun, Bianca malah terlihat begitu tak nyaman dengan duduknya.

Melihat itu, Aika pun melepas earphone. "Bi, lo kenapa?"

"Mual," bisik Bianca seolah berisyarat.

"Mmm, hahaha ...."

Namun si Aika malah tak bisa menjaga mulutnya. Bukannya kasihan, malah ngakak gak tau diri, dan tawa Aika pun langsung membuat Kairo dan Alvaro menatapnya heran.

"Kamu, kenapa?" tanya Kairo, Boss Bianca sekaligus suami Aika.

"Gak, itu loh, Mas Boss. Si Bianca, dia mual masa naek beginian. Dasar katro emang, gak pernah naik pesawat, sih. Jadi mual, kan?"

Alvaro memperhatikan Bianca dari sudut mata. Drama apa lagi yang dimainkan cewek ini? Dasar manja!

"Makanya, pake plester di puser lo biar gak mual!" seru Aika lagi pada Bianca yang mulai begitu pucat.

Asem!

Bianca tak menjawab meskipun wajahnya terlihat menahan geram dengan hinaan Aika.

Woah! Tumben cewek itu hanya diam saja. Biasanya mereka berdua akan langsung berbalas kata, yang betujung perdebatan absurd. Tapi ... apa ini?

Jangan-jangan ini buka acting. Cewek itu beneran mabuk udara, ya?

Akhirnya, mereka pun mendarat di sebuah landasan pesawat, yang tidak terlihat seperti bandara pada umumnya.

Alvaro lebih dulu turun, agar dapat membantu yang lainnya untuk turun.

Bukan berarti Kairo butuh bantuan, tetapi asistennya itu memang selalu sigap kalau ada di sekitarnya. Tentu saja, Kairo langsung menepis tangan Alvaro, yang terulur hendak membantu Aika.

Boss-nya memang mulai posesif pada istri gesreknya itu.

Dengan terpaksa, Alvaro akhirnya membantu Bianca, yang langkahnya terlihat tidak semantap biasanya.

Ada apa dengannya?

Tangan cewek itu bahkan terasa dingin. Dan wajahnya sayu sekali. Dia beneran mabuk, ya?

Namun, bodo amat! Alvaro tidak mau terjebak dalam permainan cewek ini.

Alvaro terang-terangan menghidu dalam-dalam udara Temanggung, yang terasa segar sekali. Sudah lama dia tidak merasakan suasana santai seperti saat ini.

Semoga Boss-nya akan lama di tempat ini. Karena otak Alvaro juga butuh penyegaran. Dan sepertinya, tempat ini bisa jadi alternatifnya.

"Eh, Bi? Lo udah gak mual, kan?" Aika mendekati Bianca yang turun terakhir.

Bianca tak menjawab, dan masih menutup mulut dengan satu tangan.

'Bisa-bisanya cewek ini masih nanya begitu, emang wajahnya kurang pucat, apa?' Bianca membatin

"Eh, Bi lo okey, kan?" Aika menepuk-nepuk pundak Bianca. "Makanya, jangan norak, jangan katro. Emang, sih. Lo mah naik bajaj aja muntah apalagi pesawat."

Aika masih menepuk-nepuk pundak Bianca seenaknya. Sesekali tawa Aika malah pecah melihat wajah pucat Bianca.

Namun, tawa itu pun langsung berakhir, saat tiba-tiba Bianca memegang bahu Aika. Dengan dua tangan, sambil cengkram erat bahu Aika.

"Eh, Bi. Lo ken--"

"Huekkk!"

"Ah, sialan Lo!" maki Aika tiba-tiba. "Kenapa muntah di baju gue?" Aika berteriak mengamati bajunya yang dimuntahi Bianca dengan kesal.

Mengejar cinta Babang jutek (Lengkap Di GoodNovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang