UAC // 04

15 5 0
                                    

Pagi ini sangat cerah. Sinar matahari pun sampai menyeruak kedalam lautan, lautan yang sangat asri dan tidak ada satu jenis pun polusi yang ada dikedalaman laut ini.

Kini diruangannya, terdapat seorang raja yang sedang berkutik dengan surat, secarik kertas yang ada didalam botol. Sang raja pergi keruangan bawah yang tidak ada airnya. Ekornya berubah menjadi kaki, ia mulai berjalan kebangku yang sudah disediakan. Membaca surat tersebut dengan teliti.

Raja Devinto mengangkat bibir sampingnya. "Pertemuan dengan raja Cakrawala dan raja Aigle? Menarik". Ia tak habis fikir, raja Gantara tidak ada habisnya untuk berusaha mempertemukan kedua raja yang kini sedang bermusuhan. "Kegaduhan apa lagi yang akan tercipta." Gumam raja Devinto pelan.

-🦅-

"Paman! Kapan kau akan menikah?". Sedari tadi, gadis yang ada dihadapan pamannya ini sangat cerewet.

"Tidak tahu"

"Apa paman tidak memiliki kekasih? Paman kalah denganku!!"

"Paman punya kekasih"

"Paman berbohong, aku tidak pernah mengetahui kekasih paman"

"Paman ada kekasuh, tetapi paman tidak akan pernah memberitahumu"

"Dasar orang tua! Sudah tua tidak mau menikah"

Pamannya, Ibraja. Adik dari seorang raja Devinto, kini tengah berbincang dengan keponakannya, yang tak lain adalah putri Rheyya, anak raja Devinto.

Ibraja memijat pelipisnya, berharap tuhan memberinya kesabaran tingkat dewa. Astaga, berbicara dengan keponakannya ini tidak akan ada habisnya.

"Paman akan menikah, tunggulah saja"

"Benarkah?? Kapan paman?!"

"Sudahlah, putri kecil ini membuat paman pusing kepala"

"Hum.. aku baru tahu, jika mermaid bisa pusing". Rheyya memegang dagunya, bergaya berfikir.

"Kau juga sering pingsan putri Rheyya". Jawab Ibraja dengan nada ketusnya.

"Itu karena ayah sering mengeluarkan kekuatannya, dan mengarahkan kepadaku paman! Itu sangat sakit.." ucal Rheyya dengan nada lesu.

"Kakakku memang hebat". Bangga Ibraja kepada sang kakak.

"Apa?!!!". Teriak Rheyya tidak terima dengan pujian Ibraja yang diberikan kepada ayahnya.

"Kenapa kalian selalu bertengkar?". Mereka tidak sadar, jika sedari tadi pertengkaran mereka berdua sudah disaksikan oleh raja Devinto. Raja Devinto tidak akan marah karena tingkah laku sang adik dan putrinya, itu sangat seru bagi raja Devinto.

"Ayah?" - "Kakak?" . Ucap Rheyya dan Ibraja bersamaan, walau beda panggilan.

"Kenapa kalian kaget seperti itu? Saya kesini hanya ingin memberitahukan sesuatu." Ucap raja Devinto yang mulai serius.

"Apa ayah?"

Sebelum berbicara, raja Devinto menghela nafas pelan. "Minggu depan, kerajaan Cakrawala dan kerajaan Aigle akan bertemu."

Ibraja yang mendengar itu langsung membuat wajah datar. "Dimana kak?". Tanyanya dingin.

"Di kerajaan Cakrawala."

"Jangan kak, tidak perlu diterima, saya sudah tahu apa yang terjadi berikutnya"

"Tenang saja pangeran, disurat tertera tidak ak-"

"Batalkan saja kak". Dengan cepat, pangeran Ibraja menyela penjelasan kakaknya. Pangeran Ibraja berdiri "saya izin keluar dahulu, untuk raja Devinto yang terhormat. Sekali lagi, jangan menerima permintaan dari surat tersebut, pemisi." Pangeran Ibraja membungkukan badannya, lalu keluar dari ruangan yang mereka tempati.

Rheyya yang tidak tahu menahu tentang masalah ini, hanya menerjapkan matanya berkali kali. Menengok kepada ayahnya, ayahnya juga menatapnya, Rheyya mengangkat alisnya dengan kode bertanya 'ada apa ayah?', tetapi raja Devinto hanya mengangkat bahunya acuh, dan pergi dari ruangan tersebut.

"Ada apa sih?" Gumam rheyya, dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

-🦅-

Jangan lupa tinggalkan jejak!

UDARA, AIR, ℭΛKℜAWΛLΛ.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang