Part 2 - Tiba-tiba

55 2 0
                                    

Aku mengingat-ingat kembali perjalanan pulangku dari Basel ke Jakarta beberapa tahun lalu. Di dalam mobil, ketika perjalanan menuju Basel Euro Airport, aku bertanya-tanya pada diri sendiri tentang apa yang seharusnya aku utamakan, yang aku sukai atau yang ada di depanku. Do what you love atau love what you do. Berpikir keras akan hal receh ini sampai-sampai aku tidak sadar dengan temanku yang telah memperhatikanku lumayan lama, Ben Yildirim. Aku biasa memanggilnya Ben, usianya sekitar 3 tahun lebih tua dariku. Dia adalah Warga Negara Belanda yang telah menetap di Swiss selama hampir 2 tahun, sejak dia menjabat sebagai Asisten Direktur di sebuah perusahaan keuangan bergengsi di sana.

"Sorry, are you okay?" tanya dia kepadaku yang sontak mengagetkanku.

"Oh, sorry. I am thinking alot. Haha." Ujarku, yang sesaat kemudian mengajukan pertanyaan kepada Ben. "Do you love working in finance company?" Ben terdiam sesaat, mungkin bingung kenapa aku tanya seperti itu. "I mean, do you love what you do?"

Agak aneh memang aku bertanya seperti itu ke Ben. Selama kita berteman, apa yang kita bahas selalu tentang bisnis, bisnis dan bisnis, karena memang bisnislah yang membuat kita bertemu. Terkadang dia membahas kehidupan dan budayanya di Belanda, walaupun seringkali juga dia membahas tentang pacarnya yang ada di Negeri Kincir Angin, Belanda. Aku bahkan menganggapnya bucin. Bule bucin tepatnya. Wajar, dia tengah berkutat dengan tuntutan Long Distance Relationship.

"I do what I have to do." Jawab dia dengan antusias. "I loved fishing but I am now working in finance. I don't have time to fish anymore."

Wow! Dalam hatiku. Dengan tegas dia menjawab hal itu. Tentu dia telah membuktikannya dengan menerima jabatan Asisten Direktur dan memilih kehilangan waktu memancing. Lebih lagi, dia membuktikan ucapannya dengan menjalani LDR karena ada kesempatan jabatan tadi. Aku sempat mengira dia akan menjawab sebaliknya, karena memang dia bucin, namun aku harus obyektif, kalau memang dia bucin dan 'do what you love', maka tak seharusnya dia di Swiss, kecuali memang dia passionate di bidang keuangan.

***

Dua minggu lalu, aku mengikuti seleksi untuk sebuah Short Course of Machine Technically. Jika terlalu memikirkan 'do what you love', maka aku tak akan pernah ikut tes seleksi kelas permesinan ini. Jangankan tes seleksi, mendaftar pun tidak. Nyatanya, tadi siang aku baru saja menyelesaikan salah satu mata pelajaran kursus itu. Ya, aku adalah 1 di antara belasan orang yang diterima dari ratusan orang yang mengikuti tes seleksi.

Sekali lagi, itu karena aku mencintai apa yang aku kerjakan. Aku senang mengetahui bagaimana mesin pesawat bekerja, aku senang mengetahui bagaimana perhitungan pesawat luar angkasa agar terbang dan kembali dengan selamat, aku suka bagaimana merekayasa mobil agar lebih efisien dan efektif. Aku suka Tesla inc., Space X, The Boring Company, Virgin Galactic, Blue Origin, NASA, LAPAN, dll. Meskipun aku belum atau bahkan bukan seorang profesional yang menggeluti bidang permesinan.

***

Nada dering smartphoneku berbunyi, membuyarkanku dari lamunan peristiwa masalaluku, segera aku cek siapa yang telepon. Ternyata Ben, temanku! Setelah sekian lama tidak ada komunikasi tiba-tiba dia meneleponku? Semenjak proyek kita selesai beberapa tahun lalu, aku sudah tidak ada komunikasi lagi dengan Ben. Kenapa tiba-tiba dia telepon sesaat setelah aku memikirkan pengalamanku bersama dia? Apakah ini kebetulan atau dia membaca pikiranku dari jauh di sana? Benarkah ini hanya kebetulan semata? Okay, anggap saja kebetulan sehingga tak perlu terlalu dipikirkan.

Aku mengangkat telepon. "Hello, how are you, bro?"


-Bersambung ke Part 3-

Titik EmpatWhere stories live. Discover now