[1] Hari Sial

26 12 12
                                    

"MATI KAMU MATI KAMU HAHAHA!!!"




Selamat Membaca!





***

drrtt..drrrtt... [suara alarm]

AAAAA!!!




Angga terbangun dari mimpi buruk yang ia alami semalam.

"Huftt, untung cuman mimpi," gerutunya kebingungan.

drrt..drrtt...drrrt...

"Kunyuk nih alarm pengganggu banget sial." Angga berdecak sangat sebal karena alarmnya tak henti berdenting.

Tapi tanpa ia sadari, jarum jam telah menunjuk pukul enam, sedangkan hari ini adalah hari Senin, hari dimana kegelisahan menyelimuti para murid.

"Jam berapa sih? kayaknya masih subuh," dilihatlah jarum jam itu dan,

Bruak....

"J-jam enam lebih lima? WHAT??" masih terdiam seperti patung, bergumam tanpa bertindak, itulah ciri khas manusia tampan dengan tingkah konyol itu.

Tanpa berpikir panjang lagi, diambilah handuk dan bergegas ke kamar mandi, namun sayangnya ketika hendak menyalakan kran air, [1]token listrik rumahnya berbunyi,

tet..tet..tet..

"Pulsanya habis, padahal baru gue isi tadi malam." Lelaki berbadan gagah yang tampan itu berdecak sebal, sembari melempar handuk yang ia pegang.

Dengan cepat ia keluar dari kamar mandi, dihampiri lah sebuah lemari besar berisi pakaian. Namun sayangnya, terjadi insiden lagi. Seragam yang ia cari tak kunjung ditemukan, bahkan waktu tiga menit terbuang sia-sia.

"Kira-kira dimana,ya? perasaan sudah gue taruh disini bener-bener," gerutunya dengan melempar semua isi lemari pakaiannya.

Hingga jarum jam menunjuk pukul enam lebih delapan menit. Disisi lain, Angga tampak sangat kebingungan dan terus menemukan seragam duplikat lainnya. Tak ada jalan lain, lelaki itu terpaksa memakai seragam putih dengan noda hitam di area sakunya. Namanya juga terpaksa, daripada ia harus mengurungkan niatnya untuk menimba ilmu.

Selesai dengan penampilannya yang sedikit aneh dari hari-hari sebelumnya, ia tak lagi mengambil pusing. Diraihnya sebuah tas rangkul, dengan sangat terburu-buru sampai lupa belum sarapan, ia berlari keluar dari rumah. Setelah mendapatkan taksi, ia sedikit lega karena masih tersisa banyak waktu.

Tapi rasa lega itu berlangsung sekejap saja setelah taksi melaju sekitar 3 km, jalanan mulai dipadati para karyawan yang hendak bekerja. Sungguh macet yang sangat panjang.

"Masalah apalagi sih ini?"Angga mulai sangat pasrah pada hari itu, tapi reputasinya di sekolah mengingatkannya untuk terus maju.

Dengan berat hati, Angga memutuskan untuk turun dari taksi dan berlari menuju sekolahnya, tak lupa ia melantunkan doa agar tak terlambat. Karena, hanya terlambat semenit pun, reputasinya sebagai siswa teladan yang terkenal akan ketampanannya, bisa rusak terhina.

Setelah berlari kurang lebih 950 m , tibalah Angga tepat pukul setengah tujuh di gerbang sekolahnya. Angga benar-benar sangat bersyukur, ia tak terlambat sedikitpun. Walau waktu hanya tersisa lima belas menit.

Sembari berjalan menghampiri pos satpam, ia menghembuskan nafas lega. "Hufftt, hampir saja reputasi gue sebagai cowok idaman rusak sebelah tangan," gumamnya dalam hati.

Seperti biasa, SMA Global Antariksa selalu memerintahkan kepada seluruh peserta didik untuk menandatangani daftar absensi di pos satpam.

Dengan tampang cool-nya, Si Angga mengambil daftar absensi dan segera menandatanganinya.

VIOLIN || The Horror StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang