Ojo Nangis

213 43 44
                                    

"Hati-hati di jalan. Fokus, kalo ngantuk mlipir dulu"

"iya sayang, aku pergi dulu ya"

"eum.. " pamitan itu di akhiri dengan kecupan mesra di dahi Lintang.

Sejujurnya perasaan Lintang tidak enak sedari tadi. Tapi bukan tentang Fikar, melainkan dirinya.

Dia mendapat firasat bahwa sesuatu yang menjengkelkan akan datang padanya.

Tapi ia tepis perasaan itu dan fokus pada kepergian suaminya.

Mobil hitam metalik itu sudah hilang dari halaman rumah keluarga Sudrajat. Lintang segera masuk dan mengerjakan pekerjaan nya. Pesanan Bu Jina tinggal di kemas dengan box dan plastik berlogo LinBrown Brownies.

Jiren yang sedang menata bekas loyang melirik Lintang sekilas kemudian kembali mengerjakan tugas nya.

"Lin, Fikar berapa hari perginya?"

"3 hari Ji. Rabu sore udah pulang"

"ngapain aja deh 3 hari di semarang? Dia kan cuma dosen?"

"dia itu jadi pembicara gitu loh Ji, kaya motivator gituu. Nah kampus di semarang yang ngundang dia ada 3 dan kebetulan waktunya beruntun." jelas Lintang.

"bukannya mau nuduh atau gimna ya.. Tapi tuh Mas Rino pernah bilang ke aku, kalo Fikar suka berangkat bareng cewek. Emang Fikar punya saudara yang kuliah di sana?"

"hah? Engga tuh.. Mungkin salah liat Mas Rino.. Lagian kan Mas Rino lihat nya dari Cafe, emang sih depanan sama parkiran. Tapi aku yakin Mas Rino cuma salah liat"

Jiren hanya membatin. Kasian sekali adik kembarnya ini, masih belum tau kenyataan tentang pelakor yang selalu bersama suaminya. Jiren ingin melabrak Fikar, tapi Rino selalu menghalangi niat nya. Suaminya itu selalu bilang, "mereka sudah dewasa, biar mereka selesaikan masalah mereka sendiri, kamu jangan ikut campur urusan orang mending fokus ke aku sama anak-anak aja"

Tentu saja Jiren menurut dengan perkataan suaminya. Semoga adiknya lekas tau kebenaran tentang Fikar dan lacur nya.

"iya kali ya, yaudah deh.. Yuk buru selesai-in. Ini Biru udah nelfon mamanya teruss" alih Jiren.

"aaa kangen dek Biruuu. Besok main ke rumah dek Biru ahh.. "

"boleh, nginep sekalian aja.. Dari pada di rumah sendiri"

"boleh juga.. Abis nganter pesenan langsung aja ya Kak Ji. Mas Rino gausah jemput"

"Oke sayang"

Kedua pria manis itu segera menyelesaikan pesanan. Dan mengantarkannya ke tempat tujuan.




***





"Siang Bu!"

"siang Mas Lintang, maaf loh ngerepotin pake di anter segala"

"mboten repot kok Bu, sekalian mau ke rumah kakak soalnya,hehe"

"oalah, sisanya nanti saya transfer ya mas"

"nggih Bu, kalo gitu saya pamit dulu"

"monggo-monggo mas"

Lintang melajukan mobil honda Jazz miliknya menuju daerah Godean. Ngomong-ngomong kakak kembarnya sedang tertidur nyenyak semenjak mereka berangkat tadi. Jadi hanya Lintang yang turun menemui Bu Jina.

Tadi Bu Jina bercerita banyak, bahkan bisa di bilang sangat random untuk orang yang sebatas konsumen dan penjual. Tapi bukan itu yang menjadi masalah. Karna percakapan dengan Bu Jina yang ini -

what's Up With the Hwang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang