A Story
- present :
Faktanya benar. Hidup dengan materi yang berkecupan tidak melulu menjamin kebahagiaan, terutama kebersamaan dengan keluarga.
Hal itu dirasakan oleh kakak-beradik yang usianya hanya tepaut dua tahun.
Adalah Virly Zavier Malik dan Sabitna Aruca Malik. Sejak kecil keduanya hidup dalam kecukupan. Apapun yang diinginkan, semua akan tersedia di depan mata. Tetapi, mereka tidak mendapatkan dan kehilangan momen-momen bersama orang tua mereka sejak kecil.
Virly sudah lebih mengerti dibanding sang adik. Sejak kecil, dia selalu memberi pengertian kepada Bitna kalau orang tua mereka bekerja. Dan meyakinkan Bitna, kalau gadis itu tidak akan kehilangan kasih sayang. Karena Virly akan memberikan itu. Apapun untuk Bitna—adik satu-satunya.
“Papa sama Mama udah nggak sayang kita, ya, Kak?” tanya Bitna begitu dirinya sudah terduduk di atas ranjang milik Virly.
Virly yang tengah asyik memainkan ponsel menoleh sejenak, dia menghela napas. “Kan kamu tau, mereka lagi kerja. Udah jangan mikirin yang aneh-aneh,” ucapnya. Lalu melanjutkan, ”Lagi kangen, ya?”
Pertanyaan akhir Virly sebenarnya sudah terjawab. Tetapi Bitna tetap mengangguk, “Kenapa nggak cari orang aja, sih, untuk ngurus kerjaan di sana? Bitna jadi ngerasa nggak punya siapa-siapa.”
Keluhan Bitna bukan yang pertama kali. Tetapi, Virly tidak bosan untuk menjawab. Dia paham, mungkin Bitna sedang rindu sama orang tua mereka. Apalagi kepulangan kedua orang tuanya bisa dihitung jari dalam sebulan—sangat jarang.
“Ada aku,” jawab Virly kemudian. Dia meletakkan sembarang ponselnya di atas ranjang, manik kembarnya menatap sang adik. “Jangan bilang nggak punya siapa-siapa! Kamu tanggung jawab Kakak, Bitna.”
Bitna hanya mencebikkan bibirnya. Dia tahu, dia memang punya Virly—satu-satunya orang yang selalu menghabiskan waktu bersama. Bitna tidak pernah lupa, Virly selalu melakukan apapun untuknya.
Karena bagi Virly, Bitna satu-satunya permata yang harus dijaga. Bahagianya Bitna adalah bahagianya, begitu pun rasa sakit gadis itu.
“Sini, peluk Kakak kalau kamu kangen Mama.” Kedua tangan Virly terbuka lebar, mengisyaratkan Bitna untuk mendekat ke dalam rangkulannya.
Meski sempat terdiam, akhirnya Bitna mendekat. Dia membawa tubuhnya untuk duduk di samping Virly, menyelinap dan melingkarkan kedua tangannya di tubuh sang kakak.
“Jangan pernah ngerasa sendiri, Na. Walaupun Papa sama Mama jauh, tapi ada Kakak. Kakak sayang sama kamu,” ucap Virly begitu lirih di akhir. Sesekali tangannya menepuk pelan bahu Bitna yang masih merengkuhnya dalam rangkulan.
Bitna hanya berdehem, dia menyetujui. Virly menjadi kakak yang luar biasa. Virly sandaran terbaik. Dan satu-satunya cowok yang dia percaya hanya Virly.
Note :
Cerita ini mungkin mengandung unsur 18+ dan beberapa masalah yang barangkali membuat ke-trigger.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabitna (Possesif Brother)
Teen FictionAwalnya, Sabitna Aruca Malik pikir, kehidupannya sudah sempurna. Bukan perihal wajahnya yang cantik, Bitna merasa bersyukur sebab tumbuh di dalam keluarga yang berkecukupan. Hanya ada satu hal yang sulit dia dapatkan dan baru dia sadari, yaitu waktu...