Mami - Papi

1.8K 60 27
                                    


"Mi." Di suatu pagi, terdengar suara pintu kamar diketuk. Ketukannya tidak terlampau keras karena si pengetuk tahu bahwa orang yang dipanggilnya itu sangat mudah terbangun. "Mami sudah bangun belum?"


Sementara itu di kamar, seorang laki-laki tampan berambut pendek kecoklatan membuka matanya. Ia terbangun akibat mendengar suara ketukan kecil di pintu kamarnya. Laki-laki tersebut bernama Tul dan orang yang memanggilnya dari luar kamar adalah putranya. Ia tahu karena hal seperti ini bukan pertama kalinya terjadi.


Dengan sedikit menggeliatkan tubuh, ia berusaha bangkit dari ranjang king size-nya yang nyaman dengan hati-hati. Ia tidak ingin seseorang yang sedang tidur di sebelahnya terbangun. Lampu di kamar pun sengaja dibiarkan tetap padam.


Dalam keadaan remang dan dengan hanya mengandalkan seberkas cahaya pagi yang menyelinap masuk melalui tirai tebal yang sedikit tersingkap, laki-laki itu berjalan ke arah sofa besar di sisi kamar untuk mencari pakaiannya yang telah dilempar ke arah sana tadi malam. Dengan tergesa-gesa sambil melawan rasa kantuk, ia mengenakan kaos putih dan celana pendek biru miliknya. Ia tidak suka membuat putranya menunggu terlalu lama. Well, ia tidak suka membuat siapa pun menunggunya terlalu lama. Sifat Tul memang sebaik itu.


Tul keluar kamar lalu menutup kembali pintunya dengan hati-hati. Di hadapannya berdiri seorang pemuda bertubuh tinggi sedang menyangkutkan ransel pada sebelah bahunya yang bidang. Wajahnya yang tampan serta tinggi badannya merupakan sifat genetik yang pemuda itu dapatkan dari kedua orang tuanya. Dilihat dari penampilannya yang berseragam rapi, bisa disimpulkan bahwa ia sudah bersiap-siap akan pergi ke kampus.


"Ada apa, Bang?" Tanya Tul. Putra pertamanya itu bernama Mew, namun Tul lebih suka memanggilnya dengan sebutan Abang. "Jam berapa ini? Abang sudah mau berangkat?"


"Iya, Mi. Masih jam 6 tapi aku ada urusan dulu sebelum ke kampus."


"Bohong, Mi! Abang mau pacaran tuhh."


Tul dan Mew menoleh bersamaan ke asal suara yang tiba-tiba terdengar dari arah belakang Mew. Seorang pemuda berwajah manis muncul sambil memamerkan cengiran jahil. Anak itu adalah putra kedua Tul. Ia masih duduk di bangku highschool tahun terakhir.


"Heh, jangan ikut campur kamu, Anak Kecil!" Balas Mew dengan wajah sebal. "Jangan dengar omongan New, Mi."


Tampaknya kakak beradik itu memang sering menjahili satu sama lain. Namun meskipun demikian, Tul tahu bahwa kedua putranya adalah saudara yang baik bagi satu sama lain. Dan ia percaya bahwa Mew dan New akan tetap saling mendukung pada setiap kesempatan jika diperlukan.


"Adek, kok kamu belum mandi? Nanti sekolahnya telat." Tanya Tul ketika melihat anak bungsunya masih mengenakan kaos tidur.


"Iya, habis ini." Balas si bungsu sambil mendekati maminya dan segera memeluk pinggangnya dari samping. Tul pun refleks melingkarkan sebelah tangannya di bahu New. Anak bungsunya memang sedikit manja. "Mi, papi sudah bangun?"


"Belum. Kenapa? Ada perlu sama papi?"


Family of OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang