Pacar dan Mantan Pacar

545 37 4
                                    


*flashback*


Pagi-pagi seusai mandi dan berpakaian, Tul keluar kamar. Suasana hatinya sedang baik karena tugas kuliahnya sudah diselesaikan kemarin dan hari Minggu ini bisa ia gunakan untuk bersantai di kondo. Saat memasuki ruang tengah, Tul mendapati Max sudah ada di sana lebih dulu. Ia sedang berbaring di sofa sambil menonton TV.


"Tumben kamu sudah bangun jam segini." Tul berkomentar.


"Hm." Max hanya berdehem dan tidak menjawab komentar tersebut. Ia tidak ingin Tul tahu bahwa ia tidak bisa tidur semalaman karena pikirannya tak mau berhenti mengimajinasikan dirinya meniduri sahabatnya.


"Kamu tidak ke tempat pacarmu hari ini?"


"Entahlah."


"Kemarin kan batal. Sebaiknya kamu pergi."


"Kenapa kamu ingin aku pergi? Mau bawa laki-laki lagi ke sini?"


"Bukan. Aku cuma khawatir pacarmu marah." Jawab Tul dengan sabar. "Lagipula dia kan pacar barumu, masa tidak kangen?"


Max tidak menjawab. Ia mengembalikan pandangannya ke layar TV yang sedang menayangkan film animasi Jepang. Tul tidak terlalu paham kenapa sahabatnya suka sekali menonton kartun. Menurut Tul, kartun itu untuk anak-anak.


"Aku mau buat sarapan. Kamu mau tidak?" Ujar Tul menawarkan.


"Mau."


Tul lalu bergegas menuju dapur kecil mereka dan menyibukkan diri memanggang beberapa lembar roti dan sosis serta menggoreng telur. Tak lama kemudian, Tul kembali ke ruang tengah dengan membawa sarapan untuk mereka. Ia meletakkan makanan serta dua gelas susu di atas meja.


"Jangan tiduran saja. Cepat duduk dan habiskan sarapanmu." Ujar Tul melihat Max masih saja berbaring meskipun makanan sudah ada di meja.


"Iya, bawel." Max lalu duduk dan mengambil sepotong roti panggang yang disediakan untuknya. Tul pun ikut duduk di sebelah Max untuk menyantap sarapannya.


"Cuma kamu yang bilang aku bawel, tahu tidak?" Tul melotot sambil mengunyah makanan. Ia merasa dirinya tidak termasuk dalam kategori orang bawel. Namun tingkah Max yang terkadang masih seperti anak-anak itu tanpa disadari membuatnya jadi sedikit lebih cerewet.


Max hanya cengar-cengir mendengar komplain sahabatnya. Hati kecilnya berkata, ternyata Tul tetap cantik meskipun sedang mengomel. Malah semakin cantik. Astaga, Max benar-benar harus mengontrol pikirannya agar tidak melantur kemana-mana. Matanya lalu kembali fokus ke acara TV untuk mengalihkan pikirannya dari sosok Tul yang duduk dekat sekali dengannya.


Setelah menyelesaikan sarapannya, Tul lalu membereskan peralatan makan yang mereka gunakan untuk dibawa ke wastafel dan dicuci. Ia sudah terbiasa melakukan hal itu tanpa diminta. Lagipula ia tahu, Max tidak akan melakukannya. Seandainya ia mau melakukannya pun pasti akan ditunda-tunda terus hingga sore hari atau malam.

Family of OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang