Suara pintu yang terbuka membuat Lyora membuka matanya, ia melihat ke asal suara. Lyora melihat seorang gadis yang berdiri pada salah satu pintu toilet. Gadis itu berpenampilan sedikit tomboy, dengan rambut yang dikuncir satu.
Lyora menatap melas gadis itu. Gadis itu berjongkong di depan Lyora. “Lo ga papa?” tanya gadis itu.
Lyora tidak dapat berkata, ia hanya menggelengkan kepalanya pelan.
“Ayo, gue antar ke uks.” ajak nya sambil membantu Lyora berdiri. Belum sempat Lyora dan juga gadis itu berjalan, seseorang langsung datang mendorong tubuh gadis itu dan mengambil alih untuk membantu Lyora.
Samuel membantu Lyora. “Lo baik-baik aja kan?” tanyanya dengan nada khawatir yang sangat ketara.
“Aku baik-baik aja kok.” jawab Lyora pelan.
“Baik gimana? Terus ini kenapa pipi nya merah?” Samuel menyentuh pipi Lyora membuat Lyora meringis. “Ini kenapa?! Siapa yang berani nampar lo?! Jawab!”
Lyora tidak menjawab, tubuhnya terasa lelah dan seperti tidak mempunyai tenaga.
Samuel mengalihkan pandangannya ke arah gadis dibelakang Lyora. “Atau lo yang nampar Lyora?!” tuduhnya tanpa bukti.
Sedangkan gadis yang dituduh merasa tidak terima. Padahal dirinya berniat untuk menolong si Lyora malah dituduh dengan hal yang tidak di lakukan nya.
“Ngaku lo!” bentak Samuel.
Gadis itu mengepalkan kedua tangannya. Dirinya harus bisa mengontrol emosinya, jika tidak laki-laki di depannya ini sudah babak belur. Gadis ini sangat pandai dalam hal beladiri.
Tidak ingin berdebat, akhirnya gadis itu pergi meninggalkan Lyora dan Samuel.
“Heh lo mau ke mana?! Sini lo!” ucap Samuel.
“Udah, Sam.” ujar Lyora, lemah. Samuel mengalihkan pandangannya ke arah Lyora dan menatap wajah Lyora yang terdapat memar di pipi. “Dia ga salah.”
Samuel tidak mendengarkannya. Samuel membantu Lyora berjalan menuju uks, sebelum itu dia sudah menyuruh salah satu siswa untuk membeli seragam baru.
•••
“Bangsat!”
Umpatan seorang gadis, ia menghempaskan ngomong di kursi. Teman sebangku gadis itu hanya menggelengkan kepalanya, melihat temannya yang memang sangat sulit untuk mengontrol emosi nya.
“Kenapa lo? Datang-datang langsung ngomong kasar.” teman gadis itu bertanya di saat gadis itu sudah mulai tenang.
“Gue dengan baik hati nolongin orang yang habis kena bullying malah gue yang dituduh jadi si pelaku bullying itu. Gimana ga emosi?!” kesal gadis itu yang bernama Catherine Auristella.
“Huh? Siapa yang nuduh lo? Dia ga tau kalo lo bisa beladiri?”
“Bodo amat lah, anjing.”
Aletta Xaviera Alexandra terkekeh melihat temannya yang terus mengumpat. Berteman dengan Catherine cukup lama, membuat dia sangat mengetahui sifat gadis itu.
Terutama dalam perkataan. Catherine dan umpatan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Setiap hari gadis itu tidak pernah lupa untuk menyebutkan berbagai macam segala jenis umpatan.
Tbc!
Ini masih nyambung ga sih? Udah lama ga update cerita ini, semoga masih nyambung.
Sampai jumpa di bab selanjutnya, jangan lupa baca ceritaku yang lain!
131022
KAMU SEDANG MEMBACA
Samuel : A Secret Mission
Teen FictionSebuah misi yang harus dilakukan oleh salah satu geng yang bernama Dark Wolves. Sebuah misi yang mengharuskan untuk memantau geng yang sangat patut dicurigai gerak-gerik nya. Geng tersebut telah meresahkan di lingkungan masyarakat. Maka dari itu, ke...