Pembelajaran hari ini berjalan lebih singkat dari biasanya, mungkin karena masih minggu-minggu pertama tahun ajaran baru, jadi kegiatan belajar mengajar belum efektif sepenuhnya.Jam di dinding kelas menunjukan baru pukul 13.20 saat Pak Guru menyatakan kelas selesai. Tidak membutuhkan waktu lama, selesai bersorak, para siswa di kelas X MIPA 3 ini saling berebutan untuk mencapai pintu, Galang salah satunya. Tempat duduknya yang memang dekat dengan pintu kelas memberikan keuntungan tersendiri baginya.
"Ngapain lo, bukannya pulang,"
Galang memberikan isyarat tangan untuk menyuruh Feri diam dan pergi. Galang memang sudah keluar kelas beberapa menit yang lalu, tapi dia tidak langsung pergi, melainkan berdiri diam di samping dinding dekat pintu seperti sedang menunggu seseorang.
Tepat sekali, Galang memang sedang menunggu seseorang, tapi sampai siswa terakhir keluar dari kelas orang yang dia tunggu belum juga menampakkan dirinya. Setelah lewat beberapa menit, Galang tidak lagi bisa menunggu, saat dia baru saja ingin melangkahkan kakinya kedalam ruangan kelas, seseorang yang ditunggunya sedang akan berjalan, akan tetapi begitu melihat kedatangan Galang di pintu kelas, seseorang itu kembali duduk dengan terburu-buru.
Dara sudah bersiap untuk pulang saat dia mengira hanya tinggal dirinya yang tersisa di kelas ini. Baru saja dia berdiri membalikkan badannya dan bermaksud berjalan, terdengar langkah kaki memasuki kelas. Galang? Kenapa harus dalam keadaan seperti ini? Galang adalah orang yang paling tidak ingin ditemuinya saat ini.
Melihat Dara yang mengaduh karena terburu-buru mendudukkan dirinya di kursi sampai-sampai lututnya terantuk kaki meja, Galang merasa cemas, sedetik kemudian dia sudah berada di samping Dara untuk memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.
"Kamu nggak papa?"
"Ngapain kamu masih disini?" Dara tidak tertarik dengan pertanyaan Galang, dia lebih tertarik kenapa laki-laki itu masih ada disini.
"Nungguin kamu?"
"Kenapa?"
"Nggak kenapa-napa, memangnya kenapa?"
"Kan aku duluan yang tanya, kenapa?"
Kenapa? Kenapa harus dia?
Jangan salah, Dara bukannya terganggu atau tidak nyaman dengan kehadiran Galang, yang benar saja? Sejujurnya dia menyukai Galang, tapi disinilah masalahnya, kenapa diantara 40 siswa di kelas Dara harus bertemu dengannya saat ini?"Kamu kenapa sih?"
Dara frustasi, dia sudah kehilangan minat untuk mempertanyakan kenapa harus Galang? Kenapa pula harus saat ini?
"Kamu kenapa, sakit? Kok pucat gitu," Jika tadi Galang mengkhawatirkan lutut Dara, kini kekhawatirannya beralih saat memperhatikan tidak ada rona di wajah Dara.
"Nggak, aku nggak papa, kamu pulang aja sana,"
"Yaudah yu,"
"Apa?"
"Pulang, kan? Ayo biar bareng," Mereka memang sering pulang bersama, bukan karena apa, tapi jalur pulang dan rumah mereka memang berdekatan.
Dara merupakan tetangga baru di lingkungan rumah Galang. Saat pertama kali melihatnya, Galang sudah memutuskan bahwa dia menyukai gadis ini.
Keyakinannya bertambah, pada masa orientasi sekolahnya Galang lupa membawa salah satu persyaratan, 10 buah kayu bakar, saat itu adalah tahap akhir dari masa orientasi dimana siswa diharuskan menginap dan mengikuti acara jurit malam disekolah, kayu bakar sendiri akan digunakan untuk membuat api unggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANG
General FictionHidup punya cara tersendiri untuk menyimpan rahasia. Dan hidup punya kejutan tersendiri untuk mengungkapkannya. Galang kala itu masih berusia 18 tahun ketika mengetahui bahwa dia sama sekali tidak memiliki ikatan darah dengan Ayahnya, bahwa dia te...