Sebagaimana Mestinya

11 2 0
                                    

Perlakukan orang lain sebagaimana mestinya.

Aku sering nanya sama diri aku, sebagaimana mestinya itu kaya gimana?. Berangkat dari pertanyaan ini, aku menyusun 'sebagaimana mestinya' menurut diriku sendiri.

Sebelum membangun pendapat tentang 'sebagaimana mestinya', pertama-tama aku evauasi cara aku memperlakukan orang lain. Pada kehidupan nyata, aku memperlakukan orang lain dengan baik dengan harapan mereka akan melakukan hal yang sama padaku. Aku rendah diri pada orang yang aku anggap lebih waw, entah dari segi penampilan, jabatan, kecerdasaan, materil, atau hal-hal lain sehingga aku sulit berteman dengan orang-orang jenis ini. Perkataanku pun  aku filter dan susun sedemikian rupa agar terkesan aku anak baik dan polos, takut melukai hati mereka. Aku suka memperlakukan seenaknya orang-orang yang aku anggap lebih rendah dariku. Seenaknya seperti 'berbicara dengan jujur tentang sesuatu tanpa filter, ketika mereka berbicara aku sering tidak berminat mendengarkan' perlakuan sejenis itu. Mengapa perlakuanku berbeda? I dunno. Apa karena aku takut di kritik? Aku ga tau pasti.

Langkah kedua, mendefinisikan apa yang aku inginkan terkait hubunganku dengan orang lain. Aku ingin berkawan baik, aku ingin mereka bisa bermanfaat untuk diriku. Aku berharap punya relasi yang nantinya bisa berguna. Apakah ini salah? Aku rasa enggak salah. Apa yang aku inginkan adalah hal-hal yang boleh dibilang diluar kendaliku. Oleh karena itu aku mengubah cara berpikir ini. Sebenarnya, apa yang aku butuhkan dari seorang teman? Aku berharap dengan adanya mereka, aku bisa bergerak maju.

Langkah ketiga, Menentukan sikap.
Jika aku ingin bergerak maju maka aku harus memperlakukan semua orang dengan benar. Tak peduli siapapun dia, aku akan perlakukan mereka sama terlepas dari cara mereka memperlakukan aku. Aku akan jujur dengan apa yang aku rasakan dan berani berbicara ketika ada sesuatu yang membuatku tidak nyaman. Inilah sebagaimana mestinya versi aku yang sekarang. Tidak menutup kemungkinan aku akan punya banyak versi dan aku gak boleh menutup diri atas kemungkinan itu. Jaman berubah, aku pun berubah, begitu pula dengan pola pikirku.

TIMELINE I -Catatan Catatan Pembenaran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang