Mimpi

67 10 4
                                    


Pagi ini, cuacanya cerah. Hembusan angin lembut membuat udaranya terasa sejuk. Kicauan burung yang merdu seakan mengisi keadaan taman yang sepi.

Aku dan sahabatku Elestial sedang duduk di bangku taman sambil mengobrol. Tak lama...

"Sebentar ya, aku pergi dulu," ucap Elestial padaku.

"Iya," jawabku santai.

Elestial langsung pergi ke hutan yang berada 100 meter di depanku.

1 jam 30 menit berlalu, dia belum juga kembali. Aku mulai khawatir, jadi aku memutuskan untuk pergi ke hutan.

Baru saja aku masuk, ada lubang besar disebelah kiri. Entah kenapa aku menghampirinya. Aku melihat ke dalam. Tidak ada apa-apa. Namun aku merasa ada yang aneh di dalam. Jadi aku memutuskan untuk masuk ke dalam lubang itu.

Dari kejauhan, aku melihat sesuatu seperti penjara. Aku mendekat. Lalu seseorang berpakaian hijau mulai jelas terlihat. Semakin dekat, semakin jelas. Orang itu diikat rantai yang terhubung ke sebuah batu besar. Perasaanku mulai tidak enak, jadi aku mulai berlari.

"Eles, kaukah itu?" Tanyaku tak percaya.

"Nevin? Apa yang kau lakukan disini?" Jawabnya.

Dugaanku benar...

Dia...

"Eles, bagaimana bisa kau...?" Tanyaku.

"Tadi aku ditangkap, lalu dipenjara."

"Memangnya apa salahmu? Kau kan tidak bersalah."

"Kau salah. Ingatkan aku pernah membunuh banyak orang di kota."

"Iya, tapi itu bukan salahmu, kau dikendalikan dia."

"Tapi kalau aku tidak memulai, dia juga tidak akan melakukannya."

"Tetap saja!"

"Sudahlah, mereka tidak menginginkan aku. Sebentar lagi aku juga mati."

"Kenapa kau bilang begitu?"

"Memang itu takdirku. Lagipula aku sudah lelah dengan hidup ini."

Aku tak percaya dia mengatakan itu. Serius? Sebentar lagi akan mati? Tak terasa air mataku mengalir. Mengingat lagi perkataannya.

"Kamu bukan Elestial yang kukenal! Elestial tak akan begitu! Kenapa kau..."

"Aku tahu kau tak akan suka. Tapi ini demi kebaikan semua orang. Goodbye,"

Tiba-tiba semua menjadi gelap. Tak ada apapun yang bisa kulihat. Setelah itu, terdengar suara anak panah. Sepertinya anak panah itu menembus tubuh. Saat itulah aku yakin kalau...

Elestial telah tiada...

Aku hanya bisa menangis. Salah satu sahabatku telah pergi. Aku tahu masih ada banyak orang yang mau menjadi sahabatku. Namun tanpa Elestial, semua tidak terasa sama.

...

Pagi harinya...

Alarm di ponselku berdering, membuatku terbangun. Lalu aku mematikan alarm.

"Hanya mimpi..." gumamku.

Detik berikutnya, aku melihat ke arah meja tepat di sebelah kiri tempat tidurku. Ada buku album diatasnya. Pasti semalam aku lupa menaruhnya di rak buku.

Aku membuka halaman pertama. Tidak ada hal spesial. Halaman demi halaman aku buka. Isinya masa-masa saat aku kecil, bertemu teman baru, saat aku remaja, masih banyak lagi.

Aku sampai di halaman terakhir. Sebenarnya ini bukan halaman terakhir di album, tapi banyak halaman yang belum aku isi.

Halaman tersebut berisi aku dan teman-temanku bermain di salju. Fotonya belum usang, karena baru dipotret 1 tahun yang lalu. Entah kenapa menurutku ini sangat spesial. Dalam foto itu ada aku, Elestial, Gemma, Matem, PepPey, Kevin, Alvin, dan Samsul.

"Ada cerita yang mengingatkanku pada Elestial dibalik foto ini."











Dahlah...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memories [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang