"Aku tidak tahu apakah aku bisa melihatmu lagi atau tidak, Vio."
━━━━━━ ◦ ❖ ◦ ━━━━━━
Sudah 2 hari berlalu semenjak kedatangan David ke gedung Fetlich, tapi nampaknya Roger masih bimbang untuk membulatkan keputusannya. Permintaan yang David ajukan sangatlah murah dibandingkan jumlah uang yang akan Roger berikan pada David untuk harta karunnya itu. Tapi menugaskan pasukannya untuk melindungi keluarga David? Itu hal yang sangat tidak diinginkan oleh Roger. Mencari pasukan yang setia dan berpotensi seperti pasukannya yang sekarang ini sangat susah, Roger tidak mau mengerahkan mereka begitu saja. Jabatannya lebih tinggi daripada David, tentu zona bahaya Roger sangat merah juga, ia bisa diserang kapan saja, bahkan saat ini. Sedangkan, memalsukan identitas Roger sebagai anggota Fetlich? Hal itu sudah dilakukan Roger tepat setelah David melesat pergi meninggalkan gedung Fetlich.
Di sisi lain, David mengumpulkan semua senjata yang dia punya, berjaga-jaga jika gertakannya kemarin akan membuat Roger marah. David sudah tidak pulang ke rumahnya sejak 2 hari terakhir, 67 panggilan tak terjawab dari istrinya pun tak membuat hati David goyah. Ia tau, istrinya pasti sangat mengkhawatirkannya saat ini, terlebih lagi anak perempuan semata wayangnya.
David pun rindu akan keluarga kecilnya saat ini, tapi keputusan yang dilakukan David sangat baik untuk tidak pulang ke rumah saat ini. Jika gertakannya kemarin membuat Roger marah dan ingin memusnahkan David, maka Roger akan pergi melacaknya sampai dapat. Beruntung, David sudah pindah rumah dan tidak ada siapapun yang mengetahuinya. Dering telepon dari nomor tak dikenal berbunyi, membuyarkan lamunannya.
"Aku setuju." jawab suara dari seberang telepon.
"Roger?"
"Jika kita sudah berganti pangkat, tentu harus mengganti nomor telepon juga dong? Haha."
Bisa-bisanya dia tertawa dan tetap sombong setelah perang dingin kemarin? Batin David berteriak tak terima. "Kau benar-benar setuju? Kau tidak berniat menjadikanku umpan pancing yang akan kau lahap habis, kan?"
"Hahaha. Aku sudah berubah, aku tidak mungkin membunuh orang lagi, apalagi orang sepertimu, David. Bisa-bisa aku rugi."
David hanya terdiam, pikirannya berseru untuk tidak kesana, ia sangat takut kalau hidupnya akan berakhir saat ini juga. Tapi hatinya memerintahkan David untuk kesana, dan David akan mendapatkan yang ia mau. "Jadi bagaimana?" sambung suara di seberang telepon, merasa diacuhkan. David merasa kali ini sang hati meninju keras pikirannya. Mungkin ia akan kembali menemui Roger.
"Masih tetap teguh pada pendirianmu, atau kau mau menukarnya dengan uang saja? Oh ya, aku sudah membuatkan identitas palsu baru untukmu. Dan orang-orang akan segera tahu bahwa kau tidak bekerja pada Fetlich lagi. Bagaimana, hm?"
Hatinya menang telak kali ini. "Ya, aku segera menuju kesana." tepat setelah itu, David kembali melesatkan mobilnya menuju gedung Fetlich.
••••
Dua anak kecil duduk di pinggir jalan, mereka sangat berantakan, melihat penampilannya saat ini membuat siapapun enggan untuk mendekatinya. Mereka hanya berdiam diri memandangi padatnya lalu lintas di malam hari, berharap seseorang melihat mereka dan sekadar memberikan sedikit makanan. Dinginnya malam yang begitu menusuk, bau khas dari tempat pembuangan sampah, dan nyamuk yang mencuri sedikit darah mereka pun dihiraukan saat ini. Yang mereka butuhkan hanyalah sesuap nasi atau sepotong roti untuk mengisi perut mereka.
"Lucu, ya. Sudah lebih dari 3 jam kita duduk disini, banyak orang berlalu-lalang, tapi tidak ada yang berbelas kasihan kepada kita." eluh Nugi sambil menggaruk luka bekas pukulan bos Danu yang telah mengering. Violet yang melihatnya hanya bisa menepis kasar tangan Nugi, mengisyaratkan kalau Nugi tidak boleh menggaruk bekas lukanya.
"Jangan lakukan itu, nanti bisa infeksi, tahu."
"Peduli apa aku tentang infeksi? Benar katamu, lebih baik dipukuli bos Danu sampai mati."
"Maafkan aku Nugi, ini semua karena aku. Kalau saja aku tidak memilih untuk bersantai siang itu, pasti uang kita tidak akan dicuri, dan kau pasti tidak akan begini."
"Aku tidak menyalahkan siapa-siapa, Vio." ucap Nugi lesu, tertunduk dengan muram.
Violet sangat membenci bos Danu, dia selalu saja semena-mena. Untungnya bos Danu masih tahu cara menghormati perempuan, kalau tidak, mungkin sedari dulu Violet sudah mati di tangannya. Kini Violet sangat merasa bersalah kepada Nugi, kesalahan yang dilakukan oleh Violet malah justru membuat Nugi tersiksa dengan konsekuensinya. Ia berjanji kepada dirinya sejak hari itu untuk bekerja sungguh-sungguh, agar tidak menyaksikan sahabatnya dipukuli lagi.
Tetapi, daripada harus terus-menerus mengamen, Violet lebih memilih diculik oleh orang asing tampan yang kaya raya dan baik hati, yang akan mengurusnya dengan sepenuh hati pula. Atau tidak Violet akan tertidur saja diatas kardus hingga pangeran yang tampan datang untuk menciumnya. Tapi itu semua hanya cara otak untuk membuatmu senang, bukan? Ayolah Violet, jangan terus berkhayal seolah-olah kau adalah bintang utama dari segala cerita.
Riuh dan ricuh dari seberang jalan mengalihkan perhatian Violet dan Nugi. Pamsuta rupanya, mereka bertugas untuk menggusur pedagang kaki lima yang tidak memiliki izin dagang, dan membawa pengamen seperti Violet dan Nugi ke kantor polisi setempat. Dengan sekuat tenaga, kedua anak remaja itu melarikan diri, kondisi Nugi yang penuh luka itu tidak memungkinkannya untuk berlarian sehingga harus dipapah oleh Violet.
Mereka bersembunyi dalam gang kumuh yang tidak jauh dari pasar, Violet tau Pamsuta tidak akan mengecek sampai ke wilayah ini. Nugi memegang dengan erat kaki kanannya, mengaduh kesakitan. Darah segar mengalir dari lututnya, sepertinya Nugi tergores saat berlarian tadi. Violet yang melihat Nugi kesakitan pun langsung merobek bajunya, yang memang sudah robek untuk membalut luka di kaki Nugi.
"Sudah beres, tahan sedikit ya, sebentar lagi pasti kita akan kembali ke istana kardus kita." kata Violet dengan hangat, mencoba menghibur Nugi.
Nugi tersenyum tak kalah hangatnya atas perlakuan Violet kepadanya, tetapi senyum itu perlahan pudar ketika melihat lelaki berpakaian serba hitam lengkap dengan kacamata berjalan dengan cepat menuju mereka berdua. Posisi Violet yang berhadapan dengan Nugi membuat Violet tidak bisa melihat apa yang Nugi lihat saat ini.
Belum sempat Nugi mengeluarkan sepatah kata, lelaki berpakaian serba hitam itu pun mengeluarkan sebuah sapu tangan dan membekap mulut Violet, membuatnya lemah terkulai di bopongan lelaki itu. Nugi gemetar bukan main atas apa yang baru disaksikannya saat ini, dia tidak bisa berkutik. Lelaki itu mengangkat telunjuk tangan kanan ke hidungnya dan memberi gesture kepada Nugi untuk diam. Lelaki itu menggendong Violet, menengok ke kanan dan kiri dengan was-was, memastikan tidak ada orang yang melihatnya, dan memasuki mobil hitam miliknya, meninggalkan Nugi yang masih terperanjat.
--------bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
FETLICH
Science FictionPenuh dengan ilmuwan ternama, Fetlich selalu berhasil mengambil banyak hati seluruh umat manusia dengan penemuan dan penelitiannya. Kali ini mereka memainkan pergelaran sandiwara yang sangat besar, menipu seluruh umat manusia di muka bumi ini. "Pene...