MHIZ - 03

185 27 3
                                    

Hai Hai, kembali lagi bersama aku si Chang_Hui. Gak nyangka sih kalau ada orang yang mampir kesini. Sebenarnya ini book udah berdebu, mungkin kalo di perpus bakal di remove :v

Ya... cuman sedikit berbasa-basi aja, soalnya aku gak tau apa yang harus di bicarakan muehehehehehe :>

Jadi, yuk langsung baca aja. Daripada dengerin ceramahan Author sengklek ini

.

.

.

.

.
---

"Oii Eren, lihatlah. Kau membuatnya menangis."

"Benar, kasihan sekali dia."

"Kalian, tolong diamlah."

"Tapi, jika di amati Levi terlihat imut ketakutan tadi."

"Hahaha... kalau begitu aku akan membuatnya merasakan ketakutan lagi."

"Hange, bukankah itu berlebihan? Ku pikir dia akan trauma."

Sedangkan orang yang dibicarakan masih menangis, dengan kedua tangan yang menutup wajahnya.

"Hiks... aku mohon, jangan makan aku."

Melihat itu, Eren jadi mengurungkan niatnya. Kalau diteruskan, bisa-bisa lelaki ini akan trauma beneran. Oh tidak, jangan sampai hal itu terjadi!

Perlahan, Eren menarik tangan Levi. Dapat ia lihat air mata yang turun dari manik indah tersebut.

Pria bersurai brunette itu mencoba menetralkan jantungnya yang berdetak sangat cepat, kemudian menghela nafas."Baiklah, aku tidak akan memakanmu. Sudah, jangan nangis lagi, ya?"

Eren mengusap lembut surai raven milik Levi, lalu tersenyum.

Kejadian itu lantas membuat teman-teman yang berada di belakangnya melongo. Apalagi Hange, dia mimisan.

"KYAAAAAAA! ROMANTIS SEKALI!"

Teriakannya menggema, Levi hampir terjungkal jika saja Eren tidak menahannya.

Levi ingin melihat wajah pria di hadapannya. Ia pun meraba-raba wajah tersebut.

"Si--siapa yang mematikan lampu?! Kenapa gelap sekali?!" tanya Levi bersamaan dengan datangnya seorang gadis yang berjalan memakai Night Vision. Entah milik siapa.

"Huh? Gelap? Ini terang kok."

"Oii Sasha, lepas dulu tuh kacamata mu." Gadis dengan surai di kuncir itupun melepaskan Night Vision nya.

"Oalah, kelas ini gelap. Pantesan aja." Sasha kembali memakai kacamata nya.

Dengan segera, ia berjalan menuju saklar lampu lalu menghidupkannya.

Klik!

Ruang kelas pun terang, bahkan cahaya lampunya sangat terang seperti sinar ilahi.

Levi akhirnya bisa melihat pria di hadapannya, namun tak lama...

"AAAAAA! Z--ZOMBIE! PERGI KAU! PERGI!"

Eren ingin menangis rasanya, ia sudah lelah. Lelah dengan segala cobaan yang ia dapatkan.

Pria itu meringis saat Levi memukul-mukul tubuhnya dengan keras, ditambah rambutnya yang di jambak.

'Cobaan apa lagi yang engkau berikan!'

"Aduh aduh, hentikan! Aww aww, sakit!"

Levi menghentikan pukulannya, ia heran kenapa Zombie di hadapannya ini bisa kesakitan.

My Husband Is Zombie - EreriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang