"Trus maunya gimana Gwen?"
"Ya lo mikirlah!"
"Gue udah mikir, tapi gue rasa gue emang ga salah sama sekali!"
Gwen—cewek yang sedari tadi nahan emosi biar ga ninggalin cowok yang dari tadi bikin emosinya meninggi itu—hanya bisa menghela napas perlahan. Menutup matanya rapat-rapat dan menetralkan pasokan udara yang dia terima. Setelah di rasa cukup untuk menenangkan diri, cewek itu menatap Samuel datar. "Gue rasa gue bisa gila lama-lama, Sam."
Samuel memutar bola matanya. Membuang nafas jengah, "Sama gue juga."
Gwen yang tadinya udah tenang, kembali merasakan darahnya mendidih saat mendengar jawaban cowok itu. "APA LO BILANG?!"
Samuel mendecak. "Emosi mulu Gwen."
Gwen menatap Samuel tajam, sementara Samuel memilih mengalihkan tatapannya agar tidak jatuh di retina gadis itu. "Gue ada kerjaan setelah ini. Lo bisa pergi dulu gak?"
Gwen terdiam beberapa saat. Menyadari raut wajah cewek itu yang mulai terlihat tidak enak untuk dipandang, Samuel segera menambahkan, "maksud gue, ayo gue antar pulang ke kost—"
"Gue balik."
Sebelum cowok itu menyelesaikan ucapannya, Gwen sudah lebih dulu memotong. Bahkan sekarang cewek itu sudah berjalan keluar dari rumah Samuel, lalu sekejap kemudian hilang dari pandangan. Melihat itu, Samuel hanya bisa menggaruk kepalanya. Membuang napas berat dan mendudukkan diri di sofa. Tapi, sebelum dia membuka ponselnya, pintu kamar yang warnanya abu-abu—di tengah pintu tergantung angka 18 yang diukir dari kayu oleh pemilik kamar itu sendiri terbuka. Samuel memandang malas, menatap sosok yang baru keluar dari dalam kamar.
"Matanya santai aja kali cok. Ngeri gue dipandang gitu sama lo," celutuk anak laki-laki yang baru saja keluar dari kamar.
Samuel bangkit berdiri, "Lo mau ke mana?"
"Kepo lo."
"Dih, ditanya bagus-bagus juga."
"Lo ngapain nanya gue sih, njing. Jadi ngerasa ngegay cok. Kaya cewek bener mulut lo pake nanya-nanya."
Samuel yang mendengar itu pun langsung saja melotot. "Mulut lo babi! Bajingan, siapa juga yang mau ngegay sama lo! Kalo pun gue gay, ga bakal gue milih jantan cacingan kaya lo!"
"Ngegas bangsat!"
"MAKANYA JANGAN KAYA BABI!"
"Dih,"
"APA LO?!"
Cowok itu menatap Samuel datar, lalu sedetik kemudian menggeleng dramatis. "Manusia stres. Sono pergi cok, hari ini temen gue mau datang. Malas banget gue nunjukin muka gay lo itu. Udah gay, komuk lo juga memalukan."
"Bajingan mulut lo biadab."
"Kaya mulut lo kaga aja."
Samuel menghela napas kasar. "Tai lo oon. Udah ah, cabut dulu. Malas bener liat muka tolol lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
JONATHAN
FanficNamanya Jonathan, kesukaannya berdiam diri, meminum segelas kopi pahit di kantin Kampus. Tapi, satu yang pasti; dia itu anak laki-laki penuh rahasia.