Perfect

170 22 12
                                    


'Cause we were just kid when we fallin love
Not knowing what it was
I will not give you up this time
Darling just kiss me slow, your heart is all I own
And in your eyes your holding mine'

- Perfect by Ed Sheeran -

'Karena aku masih anak-anak ketika jatuh cinta dulu dan tidak terlalu mengerti tentang apa yg sebenarnya kurasakan. Tapi kali ini aku tidak akan menyerah padamu. Cium aku dengan perlahan karena satu-satunya yang kumiliki adalah hatimu. Dan kau memiliki hatiku.'

Aku pertama kali bertemu dengannya ketika dia menjadi bintang tamu di acara dimana aku menjadi co-host. Dia datang bersama anggota grupnya, X-Nine. Mereka grup idola yang bagus menurutku. Tapi meskipun begitu, tidak ada diantara mereka yang lebih bersinar dari sosok pria dengan setelan kemeja berwarna pink dengan senyum kelinci dan tahi lalat manis di bawah bibir kirinya. Setidaknya di mataku.

Namanya Xiao Zhan. Dia bilang posisinya adalah vokalis utama di grup itu. Aku tidak tahu sebaik apa vokalnya hingga mendapat posisi sepenting itu. Tapi lupakan, karena yang lebih penting adalah caranya memperkenalkan diri. Dia membuat tanda pistol dengan tangan kirinya dan sebelah mata berkedip genit. Yang lebih menarik adalah senyum malunya setelah dia melakukan itu. Tanpa sadar aku turut tersenyum dan meniru gestur yang baru saja dilakukannya.

Saat itu hanya satu kata yang terlintas di kepalaku.

Manis.

Saat break time aku membuka aplikasi pencarian dan mulai mencari dengan kata kunci Xiao Zhan X-Nine. Dari sana aku tahu bahwa dia adalah seorang desainer sebelum bergabung dalam ajang pencarian bakat yang membuat namanya melambung tinggi. Dan aku tidak bisa untuk tidak terkejut saat mengetahui fakta mengenai usianya. Aku tidak percaya dia enam tahun lebih tua dariku! Aku memang berpikir dia lebih tua, tapi hanya sebatas dua atau tiga tahun.

Aku kesal, sungguh! Bukankah itu tidak adil? Dia terlihat terlalu muda untuk pria seusianya, sedangkan aku seringkali dianggap terlalu dewasa untuk usiaku.

Aku menutup jendela website yang baru kubaca dan beralih ke website lain yang memuat banyak foto-foto Xiao Zhan. Kurasa ini adalah blog milik salah satu fans beratnya.

Aku melihat satu persatu foto yang dipasang di blog itu, kebanyakan adalah foto hasil jepretan fans. Saat itu aku tidak mengerti, aku tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Aku tidak pernah peduli mengenai artis atau orang lain yang tidak begitu kukenal. Tapi dia- orang yang baru kutemui dan masih pendatang baru dalam dunia showbiz, mampu membuatku melakukan ini. Mencari informasi pribadinya bahkan tanganku tidak berhenti memeriksa setiap foto-fotonya.

Dan yang lebih aneh, bibirku tidak berhenti tertarik ke masing-masing sisi. Aku sempat berpikir untuk menemui dokter karena masalah gangguan saraf di sekitar mulut!

Aktivitasku terhenti saat Da Laoshi –salah satu host acara- memberi tahu bahwa syuting akan kembali dimulai. Aku bergegas menutup laman pencarian dan menyerahkan ponsel pada manajerku sebelum mengikuti para host kembali ke panggung.

Selama acara aku tidak bisa berhenti merutuk pria bernama Xiao Zhan itu, karena dia terus mengundangku untuk memperhatikannya. Menolak untuk mengalihkan pandangan darinya. Bahkan saat aku harus battle dance dengan salah satu member grupnya, dia berhasil membuatku uring-uringan hanya karena dukungan dan sorakan yang dia berikan pada pemuda yang namanya enggan kuingat –meskipun kuakui kemampuan dancenya bagus. Saat tiba giliranku, aku melakukannya seperti biasa –ini sudah sering kulakukan setiap kali ada grup idola yang menjadi bintang tamu- tapi aku tidak tahu apa yang mendorongku untuk melakukan satu gestur terakhir saat aku mengakhiri penampilanku. Aku tidak berpikir apapun, hanya tubuhku yang tiba-tiba ingin melakukannya.

SongFict YiZhan (Oneshoot/Twoshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang