Kalo ibarat bunda itu bumi,berarti mereka langitnya. Karena kalo bumi gak ada langit pun juga gak akan pernah ada.
Begitu sekiranya yang Satya ucapkan pada Serina yang baru dua bulan menjadi pacarnya. Satya mungkin bukan anak kesayangan bunda,tapi kata bunda Satya itu satu-satunya anak bunda yang paling bisa diandalkan. Yaa walaupun sering ngebug dan ngelamun, tapi Satya itu anak bunda yang selalu bertanggung jawab sama adik-adiknya. Satya mungkin gak jago bela diri kaya Juan, gak jago ngeles kaya si Sean. Tapi Satya itu selalu punya cara sendiri buat jaga dan nyenengin adik-adiknya. Contoh aja,kaya pas waktu Juan gak bisa ikut Taekwondo karena cidera. Dan waktu itu cuma Satya yang tau, karena yang nemenin Juan latihan cuma dia. Dan berakhir sama Satya yang harus habisin duit jajan sebulan cuma buat nraktir Juan ke Timezone supaya lupa sama sedihnya. Terus pas dia rela nunggak kas karena uangnya dipakek sama abangnya buat beli kuota. Padahal waktu itu Mas Ryahan sudah menolak,tapi berakhir dengan pemaksaan dari oknum bernama Satya.
Kalau begini Satya jadi teringat dengan kalimat Sean." Satya itu diam-diam menghanyutkan." Betul kan.
Pagi ini Satya datang sangat pagi kesekolah. Niatnya, ia ingin membenarkan mp3 yang kemarin sempat kehujanan. Tapi toko elektronik yang Satya tuju sedang tutup. Jadi karena tidak ada tujuan lain,Satya memilih untuk langsung datang kesekolah. Setelah ia memarkirkan motor varionya diparkiran. Ia berjalan ringan keluar dari area parkir.
Baru saja Satya ingin menyebrang. Bibir tertutup yang semula membisu kini tersenyum semu. Serina disana,di seberang jalan. Ia baru saja keluar dari angkot kuning yang sering Serina tumpangi. Tapi untuk dua bulan ini,semenjak ia pacaran sama Satya. Serina jarang menaiki angkot karena ada Satya yang siap antar. Tapi berhubung pagi ini Satya bilang ga bisa antar. Alhasil Serina pun naik angkot seperti biasanya. Satya bergegas menghampiri Serina,yang baru ingin melangkahkan kaki setelah ia membayar ongkos angkotnya.
"Satya?" Serina terkejut saat ia berbalik dan sudah mendapati Satya berdiri dibelakangnya." Tumben dateng pagi? Biasanya kalo belum bel belum dateng." Cercahnya. Serina berjalan mendahului Satya.
"Tunggu." Satya melajukan langkahnya setara dengan Serina.
"Kamu sendiri tumben dateng pagi?"
"Dih,kan setiap hari aku dateng pagi, Satya. Cuman kamu aja yang kadang maksa mau jemput."
"Eh iya." Satya meringis, menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Entah mengapa setiap Satya berada didekat Serina ia selalu merasa gugup dan canggung.
Oh iya, Satya mengingat sesuatu. Ia segera membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah kotak bekal. Kotak bekal yang dipinjamkan Serina saat Satya sparing basket minggu lalu. Hasil paksaan dari Satya agar Serina mau menemaninya. Alhasil Serina yang saat itu sibuk,harus mengesampingkan kesibukannya untuk menemani Satya.
"Ser."
"Hem." Serina menoleh pada Satya.
"Ini kotak bekalmu." Satya menyodorlan kotak bekal bertutup kuning itu pada Serina.
"Ga dibalikin juga ga papa kok." Serina tersenyum sebelum akhirnya meraihnya dari tangan Satya.
"Ya jangan. Kan itu aku pinjem." Kekeh Satya.
"Oke makasih ya." Serina tersenyum. Lagi. Dan bahkan kini lebih manis.
"Duh. Jangan senyum dong. Ga baik buat jantung. Mana masih pagi lagi." Godanya pada Serina.
Serina tertawa melihat tingkah menggemaskan Satya yang berhasil membuat Senin paginya terang." Kalo gini?" Serina menggandeng tangan Satya. Sambil tersenyum ia memperhatikan wajah Satya yang salah tingkah. Jujur hati Serina sendiri sudah menggebu.
![](https://img.wattpad.com/cover/263754296-288-k506638.jpg)