BAB 2

576 62 6
                                    

"Tunggu di sini," pinta Lee Jihoon seraya mengangguk ke arah salah satu meja kosong yang mengitari lantai dansa Pavillon. "Aku mau memesan sesuatu di bar. Apa ada yang kau inginkan?"

'Kau,' bisik Soonyoung dalam kepalanya.

Lantas mengerjap cepat begitu menyadari tentang apa yang baru saja dilakukannya.

"Mungkin sekaleng soju," balas Soonyoung seraya mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi.

Nyaris dibuat terjungkal begitu mendapati lengkungan yang kembali bersandar di bibir sewarna krisan merah muda milik Lee Jihoon—Soonyoung belum 'terbiasa'. Mungkin itu sebabnya jantung lemahnya lagi-lagi dibuat berdebar dengan cara yang memalukan.

"Tentu," timpal Jihoon sebelum kemudian berjalan ke arah kerumunan pengunjung yang memenuhi bar.

Soonyoung menarik napas panjang. Satu lengannya terlihat bergerak ke arah dada—merasakan dentuman nyaring yang sedari tadi sibuk menyombongkan keberadaannya dan 'berkhianat'.

"Wah ... jinjja—apa aku minum sebanyak itu ...?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Lantas mendongak ke arah lantai dua tempat hyung pirangnya berada—untuk beberapa alasan, si tunggal Kwon dibuat khawatir lantaran Yoon Jeonghan biasanya jadi sedikit menyebalkan dan agresif saat berada di bawah pengaruh alkohol.

"Aku malah lebih mengkhawatirkan Choi Seungcheol," desahnya seraya menopang dagu. "Kuharap Jeonghan-hyung tak melakukan sesuatu yang merepotkan."

Tapi mereka kelihatannya bakal baik-baik saja ....

Soonyoung tersenyum—pandangannya tak sedikit pun beranjak dari railing yang membatasi lantai dua Pavillon, sambil sesekali terlihat sibuk membayangkan tentang berbagai kemungkinan mengenai 'plot' yang bakal diceritakan hyung pirangnya saat mereka pulang.

Kelihatannya aku tak perlu khawa—

"Jangan terlalu khawatir," potong sebuah suara yang lantas menyeretnya kembali ke permukaan.

Soonyoung menoleh dengan cepat. Mendapati sosok Lee Jihoon yang berdiri di satu sisi tubuhnya seraya menyodorkan sekaleng soju yang dipesannya.

"Cheol-hyung mungkin terlihat seperti tukang tebar pesona—ah, dia memang salah satunya, kalau kau mau tahu—tapi aku bisa jamin kalau Hyung hanya melakukan itu pada seseorang yang bakal dicintainya," jelas Jihoon seraya mengekori arah pandangan si tunggal Kwon menuju lantai dua. "Terakhir kali aku melihatnya seperti itu ... mungkin sekitar satu setengah tahun yang lalu—sebelum Hyung ditelantarkan oleh Bottomnya yang berengsek."

Soonyoung menggeser pandangannya ke arah Jihoon. Memerhatikan sosok berselimut otot pejal yang kini sibuk memandangi railing lantai dua dengan dahi berkerut—itu bahkan bukan satu-satunya yang berhasil mengalihkan perhatian si tunggal Kwon. Tapi keberadaan sekaleng soda dalam genggaman Jihoon rupanya membuat Soonyoung cukup terpukul lantaran sempat berpikiran 'aneh'.

"Wae?" Tanya Jihoon yang—lagi-lagi—menyeretnya ke permukaan. "Apa ada sesuatu di wajah—"

"Kupikir kau memesan soju," potong Soonyoung dengan manik yang separuh terbelalak.

Lantas mendapati Jihoon yang menimpalinya dengan beberapa kerjapan—tak butuh waktu lama sampai si sosok asing akhirnya mengetahui maksud di balik kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Kwon Soonyoung.

"Hanya karena kami melakukan hal yang terlihat 'konyol', itu tak berarti kami berada di bawah pengaruh alkohol—butuh lebih dari lima kaleng soju untuk membuat Cheol-hyung mabuk," jelas Jihoon seraya tersenyum. "Dan yang tadi ada di tangannya itu, baru kaleng kedua."

Soonyoung mendongak untuk menatap Jihoon. Mendapati namja dalam balutan kemeja hitam itu rupanya tengah balik menatapinya dengan lengkungan hangat yang sibuk bersandar untuk beberapa saat.

"Aku bahkan belum meminum satu kaleng pun," tambah Jihoon kemudian. "Dan lagi, aku takkan bisa mengantarmu pulang kalau aku mabuk, benar 'kan?"

Si tunggal Kwon lantas mengangguk sebagai balasan. Mengalihkan pandangannya ke arah sekaleng soju yang sibuk menganggur di satu lengannya—Soonyoung sedikitnya bersyukur lantaran 'serangan mendadak' tadi rupanya tak benar-benar berhasil membuatnya terjungkal.

"Jadi? Apa yang membuatmu memasang wajah seperti itu?" Tanya Jihoon tanpa basa-basi.

Mau tak mau membuat si tunggal dari Keluarga Kwon lantas mengerutkan dahi sebagai balasan.

"Seperti apa?" Soonyoung malah balik bertanya.

Nyaris dibuat terlonjak dari kursinya, begitu mendapati kekehan Lee Jihoon sebagai balasan.

"Seperti bayi harimau yang ditelantarkan pengasuhnya di kebun binatang, kalau kau tanya padaku," jelas Jihoon seraya tersenyum. "Apa kau—"

"Aku memang ditelantarkan," potong Soonyoung seraya menarik tutup kaleng soju dan menikmati beberapa tegukan. "Aku ditelantarkan pengasuhku ...."

Jihoon mengerjap pelan. Sepasang obsidian gelapnya terlihat berpaling ke arah sosok yang kini sibuk membaurkan perhatiannya menuju lantai dansa.

Ah ...

... sial.

"Mianhe—aku tak berpikir kalau tebakanku bakal tepat sasaran," ungkap Jihoon kemudian. "Apa aku menyakitimu?"

"Bukan kau," timpal Soonyoung pendek, seraya kembali meneguk soju dalam genggamannya. "Tapi Han Jinan."

"Han—siapa?" Tanya Jihoon dengan dahi berkerut.

Lantas mendapati helaan napas Kwon Soonyoung sebagai balasan—untuk alasan yang tak masuk akal dan tak begitu dipahaminya, Lee Jihoon merasa bahwa dirinya perlu untuk menyingkirkan 'Han Jinan' mana pun yang nantinya bakal dimaksud.

"Han Jinan," ulang si tunggal dari Keluarga Kwon. "Namja jangkung tampan yang berusaha mendekatiku selama beberapa bulan terakhir."

Jihoon bergumam pelan setelah beberapa tegukan. "Dan ... di mana dia sekarang?"

"Mungkin tidur dengan rekanku," desah Kwon Soonyoung seraya mengedikkan bahu. "Entahlah. Aku tak begitu peduli."

[HoonSoon] Perfect Date To Find MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang