BAB 1

854 70 2
                                    

Jika ada satu hal yang paling disesali Soonyoung mengenai kekurangan yang dimilikinya, maka itu—kemungkinan besar—adalah kenaifan yang selalu membuatnya terjebak di tempat yang sama.

Entah itu jurang yang diciptakan oleh sekumpulan omong kosong ...

... atau bahkan lubang yang muncul dan menghisapku berkat hadirnya ekspektasi yang terlalu tinggi.

Soonyoung menghela napas. Satu lengannya terlihat sibuk menggoyang kaleng soju yang separuh habis, sementara sepasang obsidian gelapnya terpatri rapi pada sosok si pirang Yoon Jeonghan yang duduk di hadapannya dalam balutan kaus abu dan celana jins.

Keduanya tengah berada di salah satu meja bundar hitam yang menghiasi lantai dua Pavillon—sebuah kelab malam yang terletak di pusat Distrik Gangnam dan dioperasikan oleh Pasangan Son Shownu serta Yoo Kihyun.

Tak ada alasan spesial untuk acara 'kunjungan' tersebut—hanya penyesalan lain dari dua namja tampan berusia 25 dan 26 tahun ... yang lagi-lagi dibuat tak berkutik lantaran sibuk menyalahkan diri sendiri hingga ke titik paling menyedihkan.

"Aku memang menyedihkan ...," bisik si pirang dari Keluarga Yoon yang lantas menempelkan separuh wajahnya di atas permukaan meja. "Kita benar-benar menyedihkan ...."

Soonyoung tersenyum miris. Satu lengannya yang menggenggam kaleng soju lantas terlihat bergerak ke arah mulut.

"Kau tak perlu mengingatkanku soal itu, Hyung," kekeh Soonyoung kemudian. "Aku tahu kita menyedihkan."

Si tunggal dari Keluarga Kwon selanjutnya mendapati anggukan pelan Yoon Jeonghan sebagai balasan—namja dalam balutan kaus hitam dan celana jins itu bahkan nampak tak begitu terkejut saat hyung pirangnya tersebut tiba-tiba saja mendongak dengan wajah yang separuh merengut.

"Kenapa kita ... hanya jatuh cinta pada ... orang-orang berengsek dan sampah ...?" Tanya Jeonghan seraya menatap sang dongsaeng. "Wae ... Soonyoungie ... waaeee ...?"

"Kalau aku tahu jawabannya, Hyung ... aku mungkin takkan berada di sini dan terjebak bersamamu ...," kekeh si tunggal Kwon setelah dua tegukan soju.

"Itu ... masuk akal," gumam Jeonghan kemudian—kali ini giliran dahinya yang menempel ke permukaan meja. "Kuharap si berengsek it—"

"Apa kursinya kosong?" Potong sebuah suara yang lantas membuat dua sosok lainnya mendongak.

Soonyoung mengerjap pelan begitu didapatinya sepasang namja asing yang berdiri di dekat meja keduanya—yang jangkung tampan nampak tersenyum di balik balutan kaus putih dan celana jins, sementara yang culas pucat dalam balutan pakaian serba hitam; celana denim dan kemeja santai yang dua kancing teratasnya sengaja dibuka, terlihat sibuk balik menatapi kedua sosok lainnya.

"Keberatan kalau kami bergabung?" Sambung si jangkung kemudian, seraya mengangguk ke arah dua kursi kosong yang diapit oleh Soonyoung dan Jeonghan—dari empat kursi yang mengisi tiap meja, masing-masingnya disusun berlawanan secara diagonal dan membuat tiap pasangnya 'bersilang'.

Itu artinya ... kami bakal duduk ber—

"Lakukan sesuka hatimu," timpal si pirang Yoon sebagai balasan. "Aku bukannya Manajer Pavillonitu Shownu-hyung dan Kihyun-hyung, bukan Yoon Jeonghan."

Si jangkung berbulu mata lentik lantas terkekeh seraya mengitari meja. Menyeret kedua kakinya ke sisi kanan Soonyoung dan duduk di atas kursi bundar tinggi yang kosong—Soonyoung bahkan tak berusaha melewatkan keberadaan si pucat dalam pakaian serba hitam yang lantas duduk di sisi kiri tubuhnya. Dan kalau bukan karena keduanya tak sengaja bertemu tatap, si tunggal dari Keluarga Kwon mungkin takkan pernah menyadari bahwa sepasang netranya rupanya sibuk memandangi figur asing yang kini duduk di satu sisi tubuhnya tersebut.

"Namaku Choi Seungcheol, 26 tahun. Dan ini saudaraku—Lee Jihoon, 25 tahun," si jangkung berbulu mata lentik akhirnya memulai pembicaraan—tatapannya tak sedikit pun sempat beranjak dari Yoon Jeonghan, dan itu sesuatu yang cukup sering untuk ditemui.

'Jeonghan-hyung punya wajah yang bisa membuat orang lain terpesona hanya dalam satu kedipan,' kekeh sebagian dirinya yang—entah untuk alasan apa—merasa bangga.

Si tunggal Kwon lantas memerhatikan Yoon Jeonghan yang mengangguk pelan sebagai balasan—si pirang terlihat mengarahkan telunjuknya pada dirinya sendiri sambil sesekali menampakkan beberapa kerutan di bagian dahi.

"Yoon Jeonghan, 26," timpalnya seraya menggeser telunjuk ke arah sang dongsaeng. "Kwon Soonyoung, 25. Kami bersepupu."

Soonyoung mendapati kedua sosok asing yang masing-masingnya sibuk menyombongkan lengkungan tipis di bibir mereka dengan cara berbeda—salah satunya bahkan berhasil membuat jantung si tunggal Kwon berdebar tak karuan.

"Jadi, apa yang membuatmu sampai terlihat putus asa begitu?" Tanya Choi Seungcheol kemudian seraya mengguncang kaleng soju dalam genggamannya.

Seungcheol bahkan tak terlihat cukup terkejut begitu si pirang Yoon lantas menimpalinya dengan separuh dengusan.

"Kenapa juga kau harus peduli?" Tanya Jeonghan dengan beberapa kerutan yang bertambah.

Sedikitnya menyadari tatapan tajam yang sekilas diberikan oleh Lee Jihoon sebagai balasan.

"Itu karena dia tertarik padamu—kami tertarik pada kalian," desah Jihoon kemudian. "Apa aku bahkan perlu membuatnya lebih jelas lag—"

"Kalau kalian mencari seseorang untuk ditiduri, coba lagi," potong si pirang Yoon dengan separuh rengutan. "Aku dan Soonyoungie—kami sama sekali tak tertarik."

Soonyoung mendegut ludah. Pandangannya perlahan bergeser ke arah sosok Lee Jihoon yang sibuk menatapi Yoon Jeonghan dengan dahi berkerut.

'Apa dia kesal?' tanya si tunggal Kwon pada sebagian dirinya.

Lantas dibuat mendongak begitu mendapati bunyi derit yang berasal dari satu sisi tubuhnya—Lee Jihoon rupanya memutuskan untuk bangkit seraya meraih kaleng minuman yang sempat ditaruhnya di permukaan meja.

"Yang ini urusanmu, Hyung—jangan datang padaku dengan wajah jelekmu kalau kau gagal," desahnya seraya berpaling ke arah Soonyoung. "Dan ... Kwon Soonyoung? Bisa kau ikut denganku ke lantai bawah?"

Soonyoung mengerjap pelan. Sepasang netranya refleks berpaling ke arah si pirang Yoon yang sibuk mengibaskan-ngibaskan satu lengannya sebagai balasan.

"Pergilah," gumam Jeonghan kemudian. "Aku bakal baik saja—hubungi aku kalau terjadi sesuatu."

[HoonSoon] Perfect Date To Find MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang