DaSi, 05 April 2021
Tema: Dunia lain
Majas: Pleonasme
Kata Kunci:
Payung
Kabut
Kelam
Tunggang-langgang
Cantik
Yanto berjalan menyusuri jalan setapak berbatu di antara lebatnya pohon bambu yang tumbuh menjulang di sisi kanan-kiri jalan. Hujan rintik serta kabut tipis yang menghalangi pandangan tak menyurutkan langkahnya untuk menuju mushola.
Payung hitam menghalau rintikan hujan ia genggam erat. Meski suara adzan maghrib telah usai, ia tak merasa khawatir akan terlambat karena sebentar lagi sampai. Namun langkahnya harus terhenti karena melihat seorang gadis yang dikenalnya sedang kebingungan. "Ran, kamu kok di sini?"
Gadis dari desa sebelah berambut hitam panjang itu menatap Yanto dengan wajah khawatir. "Iya. Aku mau pulang, tapi aku takut pulang sendiri. Mana udah mau gelap lagi."
Yanto terdiam sejenak menimbang keputusan. "Ya, sudah. Aku antar kamu pulang."
Wajah si gadis berpayung merah itu berubah cerah. "Beneran!?"
Yanto mengangguk, "Iya." Yanto berbalik melangkah menjauh dari mushola untuk mengantar gadis berparas cantik berstatus teman SMA-nya itu.
Sepanjang perjalanan, mereka saling berbincang ringan di bawah sinar temaram lampu jalanan yang terpasang setiap 15 meter. Tanpa terasa keduanya sudah sampai di tempat tujuan.
"Makasih udah nganterin, Yan."
Yanto mengerutkan dahi merasa janggal dengan keadaan. Seketika suasana di sekitarnya berubah menjadi gelap gulita. Saat menoleh ke samping Gadis cantik bernama Rania pun tak lagi ada.
Yanto lari tunggang langgang di malam kelam tanpa cahaya disertai dengan ketakutan luar biasa. Ternyata ia bukan berada di pemukiman, melainkan di tengah kuburan.
Selesai