2. | Penyemangat hidup

12 4 0
                                    

~🌟~



Pagi ini cuacanya sangat cerah, namun keadaan shei malah berbanding terbalik.

Sudah lebih dari 5 bulan Shei tidak mencari ilmu di karenakan tidak ada biaya.

Padahal Shei sudah mempunyai niat untuk bekerja agar tidak terlalu memberatkan Tantenya, tapi ternyata mereka tidak sependapat.

Tantenya bersikeras untuk melanjutkan pendidikan Shei dan juga Resha dengan uangnya sendiri, walaupun kondisi keuangannya tidak memungkinkan.

Hal itu membuat Shei bimbang, ia tidak mau membuat Tantenya kesusahan sendiri, maka dari itu Shei memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya.

Jadi sekarang Tantenya hanya membiayai keperluan Resha saja, Shei memilih mengalah karena ini demi kebaikan bersama.

Saat ini Shei sedang duduk sambil menghadap jendela kamarnya, ia sungguh ingin kehidupannya kembali normal seperti dulu lagi.

Namun sepertinya mustahil, "Andai gue bisa cerita sama lo Bin, pasti gak akan seberat ini"

Shei memandangi rumah Woobin dari kamarnya, ia sunggu sangat merindukan sosok lelaki itu, yang kini sudah menjadi pacarnya.

Di saat Shei sedang melamun, Woobin keluar dari rumahnya karena sudah waktunya berangkat kuliah.

Woobin yang melihat keberadaan Shei itu pun langsung memanggilnya sambil berteriak.

"SHEI!"

Mendengar namanya dipanggil, Shei langsung menoleh ke arah suara, dan untuk pertama kalinya lagi akhirnya mereka bisa bertatapan, walau dari jarak jauh.

"LO GAK KANGEN SAMA GUE?"

Shei tersenyum senang saat melihat tingkah Woobin yang seperti anak-anak, lelaki itu memang tidak pernah berubah dari dulu.

"GUE BERANGKAT DULU YA! GUE TUNGGU LO DI DEPAN GERBANG NANTI SORE, OKE?"

Bukannya menjawab, Shei malah makin mengembangkan senyumnya kepada Woobin, hal itu membuat Woobin tersenyum senang.

"I LOVE YOU SHEI"

I love you to -batin Shei.



***



Seperti yang Woobin katakan tadi pagi, sore ini Shei benar-benar akan menemuinya.

Selain ingin melepas kerinduannya kepada Woobin, Shei merasa kalau ia harus menceritakan semuanya kepada Woobin, karena hanya dia saja yang bisa Shei jadikan tempat bercerita.

Gadis itu duduk di kursi yang berada tidak jauh dari halaman rumahnya, ia menarik nafasnya dalam-dalam, "Tenang Shei, gak apa-apa kok" ucapnya bermonolog.

Tak lama kemudian Shei mendengar suara langkah kaki dari sebrang jalan, dan saat ia mendongak.. hal pertama yang Shei lihat adalah Woobin.

Lelaki yang selama ini ia rindukan, lelaki yang saat ini sangat ia butuhkan.

Woobin melemparkan senyuman manisnya kepada Shei, namun Shei malah terdiam di tempat, ia bahkan tidak berkedip sama sekali.

Melihat itu, Woobin memilih untuk berjalan menghampiri Shei dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

"Akhirnya saat yang gue tunggu datang juga.." kata Woobin.

Hal sepele namun sangat berharga untuk Shei, setelah sekian lama akhirnya Shei bisa menghirup aroma parfum Woobin dari jarak sedekat ini.

"Lo gak kangen sama gue?"

"..."

"Kok diem, malu yaaa"

Shei melepaskan pelukan Woobin dan menarik tangan Woobin ke tempat duduk tadi.

"Shei"
"Lagi ada masalah ya? Sini cerita sama gue"

Aneh. Padahal ia sama sekali tidak memperlihatkan kesedihannya di hadapan Woobin, tapi lelaki itu bisa menebak fikiran Shei dengan tepat.

"Hey, kenapa diem aja? Berati gue bener ya?"

Pandangan Woobin tidak lepas dari mata Shei bahkan sedetik pun, ia akan tetap setia pada posisinya sampai Shei mau buka suara.

Merasa ditatap, Shei pun menundukkan kepalanya karena gugup, namun hal itu malah membuat air matanya mengalir lebih cepat.

Sedari tadi Shei menahan tangisnya karena tidak ingin membuat Woobin khawatir, tapi ternyata tatapannya Woobin membuatnya lemah.

Woobin tau kalau saat ini Shei sedang mencoba untuk menahan tangisnya, maka dari itu Woobin mendekatkan dirinya agar bisa memeluk Shei dari samping.

Perlakuan Woobin ini membuat Shei semakin lemah, ia tidak mengira kalau Woobin akan selembut ini.

"Gue gak akan ngeledekin lo kok, nangis aja sepuasnya ya, gue ada di sini buat lo.."

Tanpa ada keraguan di dalam hatinya, Shei pun membalas pelukan Woobin dengan tiba-tiba hingga membuat sang empunya terkejut.

"Lo tau gak? Hati gue sakit banget kalau liat lo nangis kaya gini.."

"Bin.. gue cape kaya gini terus"

"Ada masalah apa hm?"

Shei tiba-tiba melepaskan pelukannya dan menjauh sedikit dari Woobin, "Kalau gue ninggalin lo, gimana?"

"APA-APAAN?! Enggak boleh pokoknya"

"Gue gak mau ngebebanin Tante terus, gue harus bisa mandiri.."

"Tapi gak gitu juga Shei, gue gak mau ya liat lo tersiksa sendirian kaya gitu."

"Gue udah dewasa Seo Woobin.. "

"Lo lupa sama janji waktu itu? Apapun keadaannya, sesulit apapun keadaannya, kita gak boleh ninggalin satu sama lain, jadi kalau lo sakit.. gue juga harus ngerasain rasa sakitnya."

Perkataan Woobin membuat hati Shei melunak, ternyata Woobin benar-benar tidak main-main terhadap perasaannya kepada Shei.

Tangan Woobin terangkat untuk mencengkram bahu Shei lembut, tatapan matanya membuat Shei tenang.

"Pegang kata-kata gue ya"
"Gue.. akan selalu ada di samping lo apapun yang terjadi, kita lewatin masa sulit ini bareng-bareng, ya?"

"Makasih banget ya.. akhirnya ada orang yang jadi alasan gue semangat ngejalanin hidup, dan orang itu adalah lo Bin."



~🌟~



Halow selamat pagi!🌞
Selamat menjalani aktivitas kembali, semangat yaaa~

Yang suka berhalu, silakan mampi kesini, gak dipungut biaya sama sekali, yang penting ninggalin jejak ehe.

Btw lanjut gak? Lanjut dong, ya masa engga :v



Destiny | Seo Woobin

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 Destiny, Seo woobin [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang