koneksi keberuntungan

354 48 7
                                    

sebuah remake dari novel dan web drama dengan judul yang sama. dijadikan dalam versi boys love dengan penambahan dan pengurangan seperlunya.

.

.

.

Layar ponsel menyala. Getarannya mampu menarik perhatian si pemilik. Melirik layar, ibu, terpampang di layar. Tanpa minat pemuda tersebut meraih ponsel yang tergeletak tak jauh dari kepalanya yang bersandar di atas meja.

Chan, tunggulah di depan minimarket dekat toko bunga. Ibu telah memesankan taksi. Taksi itu akan membawamu ke rumah baru kita.

Mimik keruh menguar dari wajah Chan seketika. Memutar kepala 180 derajat, ia menatap minimarket di belakangnya. Sebenarnya, Chan telah menunggu ibunya di sana sejak dua jam lalu karena sang ibu mengatakan bahwa mereka akan pindah bersama-sama. Namun, ibunya ingkar. Menelungkupkan kepala di meja, Chan mulai menapak tilas keluarganya hingga harus pindah seperti ini.

Ayah dan ibu Chan diam-diam bertengkar di belakangnya. Kedua dewasa itu sangat ahli menyembunyikan peperangan mereka hingga anak semata wayang mereka tak tahu. Chan yang tak tahu menahu mengira kedua orang tuanya adem ayem. Hingga puncaknya, dua bulan yang lalu saat ia pulang sekolah dan mendapati ibunya bersimbah air mata dan rumah mereka di penuhi barang-barang tak pada tempatnya.

Ibu akan berpisah dengan ayah. Itulah perkataan ibu yang bisa ditangkap Chan. Ibunya mengatakan hal itu di tengah rentetan air meluncur dari kedua manik indahnya. Tentu saja Chan terkejut, ia hanya pemuda tahun kedua di sekolah atas. Bahkan ia tak mengucapkan kata bernada tenang untuk ibunya dan memilih berlalu masuk ke kamar.

Tujuh hari lalu, keinginan dua dewasa egois itu dikabulkan. Mereka resmi berpisah. Dan Chan memilih tinggal bersama ibu. Tak ada alasan khusus. Hanya, masakan ibu enak.

Tiin, tiin.

Lamunan Chan buyar. Taksi pesanan ibu datang. Dibantu sopir taksi, Chan memasukkan koper dan tas ke bagasi. Dan taksi melaju. Melewati barisan gedung pertokoan. Meninggalkan minimarket yang di tempatinya tadi.

Pedal sepeda dikayuh dengan kecepatan konstan. Roda sepedanya mengabsen jalan beraspal dan roda-roda itu tak ada niatan untuk protes sekalipun tubuh mereka melindas sebutir bahkan berpuluh-puluh butir kerikil. Sang pengayuh sangat terfokus pada jalan hingga ia menghiraukan sebuah taksi melaju berlawanan arah dengannya. Kaca bagian penumpang terbuka dan itu taksi yang dinaiki Chan.

Si pengayuh bernama Kim Seungmin. Bukan penggila warna hitam, tapi pagi ini ia tak ragu untuk mengenakan pakaian serba hitam di temani teriknya mentari musim panas dan oh, jangan lupakan kacamata yang sudah dipastikan berwarna senada.

Seungmin memarkirkan sepeda di depan studio foto. Memasuki studio, pemuda kelahiran 22 September itu tak berniat membuka kacamata hitamnya.

Menikmati waktu, pemuda berpipi kembung itu mulai menyetel piringan. Meletakkan figura foto di etalase, menyapu sisi rak etalase dengan jemari dimana huruf braille tertempel dan meraih cangkir kopi di atasnya. Seungmin membuat latte. Sambil menikmati latte buatannya, ia membersihkan lensa kamera.

Musik piringan, secangkir latte, hari Seungmin sangat menyenangkan. Bosan dengan aktivitas membersihkan lensa kamera, Seungmin pun memilih berkeliling. Memeriksa peralatan. Melihat foto-foto yang tertempel di dinding bagai cicak. Dan ia pun mengaduh saat tak sengaja kakinya menendang bangku yang tak dilihat menyebabkan tas punggungnya terjatuh.

9 second: eternal time ✧ chanminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang