Matahari sudah muncul sejak dua jam yang lalu, menyinari dunia dengan sinarnya yang cerah. Bahkan sampai menembus dapur Jihoon. Namun sang pemilik belum kunjung bangun dari alam mimpi.
Jihoon pada dasarnya itu morning person. Mungkin hari ini pengecualian. Bangun telat sesekali tidak masalah.
Sementara Hyunsuk sudah bangun sejak pagi-pagi sekali, bersamaan dengan munculnya matahari, Hyunsuk pun bangun.
Menyibukkan diri dengan membersihkan apartemen Jihoon— walau tidak terlalu kotor. Dan memasak untuk sarapan.
Selagi Hyunsuk sibuk didapur, Jihoon pun bangun, ia berjalan kedapur dengan mata yang menyipit.
Hyunsuk terkaget kala satu tangan melingkar diperutnya.
“Kak! Kaget tau gak!”
Jihoon mengabaikan omelan Hyunsuk dan malah menyembunyikan wajahnya dibahu Hyunsuk. “Kok gak bangunin saya?”
Hyunsuk membalikkan badannya dan menangkup kedua pipi Jihoon. Terkikik kecil karena muka bantal Jihoon terlihat menggemaskan dimatanya. “Kakak butuh istirahat banyak,”
Jihoon yang matanya masih setengah terpejam hanya mengangguk.
“Cium,” pinta Jihoon dengan memajukan bibirnya.
“Cuci muka dulu! Gosok gigi!”
“Ciuuuum duluuuuuuu.”
“NGGAK.”
Jihoon mendengus kemudian mencuri satu kecupan dibibir Hyunsuk.
“KAK JIHOON!!!!!!” teriak Hyunsuk begitu tersadar dan Jihoon yang sudah berlari ke kamar mandi.
Setelah memulai hari dengan sarapan dan sedikit pertengkaran gemas, sekarang Hyunsuk dan Jihoon sedang menghabiskan waktu dengan menonton kartun. Sebenarnya hanya Hyunsuk yang fokus menonton, sementara Jihoon yang menidurkan kepalanya dipaha Hyunsuk malah sibuk memainkan jari-jari tangan Hyunsuk, dan sesekali terkikik.
“Kenapa sih kak?” tanya Hyunsuk, ia menundukkan kepalanya untuk melihat Jihoon; Apa yang membuatnya begitu senang?
“Jari-jari kamu kecil banget,” jawab Jihoon sambil terus memainkan jari-jari Hyunsuk.
Hyunsuk merengut, berusaha menarik tangannya namun Jihoon lebih dulu menahan.
“Lucu. Kayak bayi.”
“Sembarangan!”
Jihoon terkekeh.
“Aku cuman beda beberapa tahun ya dari kakak!” ucap Hyunsuk tak terima. Bibirnya masih setia menungkik kebawah.
“Bayi mah bayi aja,” kali ini Jihoon menjulurkan lidahnya— mengejek dengan lebih totalitas.
“SUMPAH NYEBELIN BANGET???” teriak Hyunsuk, tangannya menjambak rambut Jihoon agak kuat— menyalurkan emosi.
“A-ADUH! IYA IYA...” tangan Jihoon sibuk menahan tangan Hyunsuk yang semakin brutal.
Beberapa detik kemudian, Hyunsuk melepaskan jambakannya karena ponsel Jihoon berdering.
Sambil merapihkan rambutnya, Jihoon mengambil benda pipih tersebut yang tergeletak dimeja. Mengerutkan dahinya sejenak sebelum mengangkat panggilan tersebut.
“Hm,”
“Ya.”
“Oke.”
Hanya itu yang diucapkan Jihoon, pun sambungan tersebut tidak berlangsung lama. Mungkin hanya dua menit? Kalau Hyunsuk tidak salah menghitung.
“Siapa?” tanya Hyunsuk setelah Jihoon meletakkan ponselnya ketempat semula.
“Ayah,” jawab Jihoon, ia kembali menidurkan kepalanya dipaha Hyunsuk.
“Kenapa?”
“Mau ketemu kamu,”
Sontak saja Hyunsuk menjerit. Jarak wajahnya antara telinga Jihoon tidak begitu jauh, dan rasanya telinga Jihoon mendadak mati rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugary Dad [COMPLETED]
FanfictionHyunsuk butuh duit, Jihoon butuh pacar bohongan. Kenapa nggak dipertemukan aja agar tercipta hubungan simbosis mutualisme dengan sedikit bumbu delapan belas coret didalamnya.