Proses Mengikhlaskan

0 0 0
                                    

Tidak semua hal yang kita inginkan dapat berjalan semestinya. Sebenarnya semua orang sudah mengetahui hal ini. Tapi rasanya akan lebih jelas ketika kita mengalaminya sendiri. Sama saja ketika kalian mendengar cerita sahabat / pasangan / bahkan keluarga, kita sebenarnya tidak tahu rasanya seperti apa, hanya empati yang bisa kita berikan. Karena mungkin jika kita tahu rasanya seperti apa, mungkin kita akan berlaku lebih buruk dibanding yang ia lakukan. Respon setiap individu terhadap masalah pasti akan berbeda.

Tidak mudah ya ternyata.
Melalui setiap proses kehidupan yang terlalu banyak up and down nya. Tetapi dari situlah kita belajar. Kalau mau diingat kembali, setiap manusia mungkin tidak akan pernah mendapatkan diri terbaiknya jika tidak ada proses yang harus ia lalui.

Aku pun masih mencari jalan ku melalui tuntutan setiap doa yang ku panjatkan setiap harinya. Dalam proses ini, berserah diri ialah salah satu jalan yang ku pilih. Mungkin aku tidak terlalu paham bedanya berserah diri dengan mengikhlaskan, rasanya terlalu samar untukku.

Kehilangan seseorang yang kamu sayangi mungkin sudah menjadi hal lumrah yang terjadi di setiap proses kehidupan. Aku salah satunya. Cerita panjang seakan jalan Tuhan yang harus dilalui setiap umatnya, salah satunya dengan kehilangan.

Berawal dari rasa yang menggebu-gebu karena menemukan seseorang yang sangat mendukung kamu dalam kondisi apapun, dan harus diakhiri dengan saling mengikhlaskan masing-masing. Pernah merasakan sama-sama ingin bersama tetapi harus saling melepaskan? Ternyata lebih menyakitkan daripada perpisahan hasil pengkhianatan.

Sebenarnya aku tidak tahu cerita ini akan mengarahkan ku kemana, tetapi dengan mencoba untuk mengikhlaskan mungkin adalah salah satu cara yang bisa memulai semesta untuk bekerja sesuai porsinya. Bahkan setelah meyakini hal ini, keraguan lebih bekerja keras padaku dengan berulang menanyakan keyakinan ku untuk yang ke sekian-kali nya.

Mampukah aku menjalaninya? Mampukah aku melewatinya?

Kadang yang paling "keras" terhadap kita adalah diri kita sendiri. Remember?
Bahkan di tahap melepas pun kita masih sering melakukan ini kepada diri sendiri yang seharusnya menerima reward atas mengakui kelemahan & berusaha kuat dalam proses ini.

Aku punya sedikit pengalaman mengenai memberi dan mendapat yang lebih dari yang diberikan.
Suatu pagi, temanku belum dan ia harus jaga di area yang cukup ramai. Kebetulan aku punya roti yang selalu aku taruh di ruangan untuk aku sarapan jika aku sedang jaga pagi. Kemudian, aku memberikan 2 lembar roti dan 1 sachet susu bubuk coklat yang kebetulan sangat aku sukai, tanpa perasaan merugi dan kekurangan.

Dan kalian tau apa yang aku terima?
Saat ingin sarapan, aku diberi sandwich dengan 6 slice roti yang berisi telur dan beberapa timun serta lettuce beserta dengan omelete daging. Tidak hanya itu, aku juga diberikan uli dengan ketan yang alhamdulillah aku sangat menyukainya.
Kalian bisa bayangkan? Aku hanya memberi 2 slice roti dan 1 sachet susu bubuk coklat tetapi dibalas dengan pemberian yang begitu melimpah.

Mengingat ini membuatku sangat sadar bahwa apapun yang hilang ataupun bukan takdir kita, tidak akan pernah menjadi milik kita. Begitu juga sebaliknya, apapun yang Allah takdirkan untuk kita, sampai kapanpun akan tetap menjadi milik kita. Aku sudah pernah mengalami hal ini. Tapi kenapa aku tidak mampu untuk memulainya lagi?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mulai Dari AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang