Sepulang sekolah, Lukis dipanggil Maya, wali kelasnya. Ia dapat menebak tentang masalah pengunduran dirinya dari lomba cerpen. Mamanya sendiri yang bicara dengan Maya kemarin.
"Ibu tau kamu sangat ingin sekali ikut lomba cerpen, padahal ini kesempatan untuk mengembangkan bakatmu, Lukis" ucap Maya menyayangkan keputusan Mama Lukis.
Lukis tersenyum kepada Maya, "Mungkin lain kali, bu, jika memang ada kesempatan untuk saya"
Maya menghela napasnya kemudian tersenyum, "Jadi, kamu gak mau nekat aja? Kamu bisa membuktikan kepada orangtuamu bahwa kamu memang berbakat dalam tulis-menulis, Lukis"
Maya sangat berharap Lukis bisa ikut lomba itu.
"Tidak, bu"
Pertemuan itu berakhir. Sekuat apapun Maya menginginkan, namun keputusan Lukis sudah bulat. Ia hanya tidak mau menambah masalah dengan mamanya. Ya, walaupun masalah sudah ia buat hari ini. Seperti ikut ekstrakurikuler seni tari.
Dan satu lagi, bolos bimbel.
Harusnya hari ini ia ikut bimbel yang tempatnya tidak jauh dari sekolah. Namun, alih-alih pergi ke tempat itu, ia malah pergi ke sebuah cafe. Biasanya juga begitu, lalu nanti mamanya akan marah. Kemudian ia akan diam mendengarkan atau menebalkan telinga, dan selesai. Artinya, ia hanya perlu menghadapi dan menjalani. Lari bila perlu, seperti kata Gaharu.
"Selamat sore kak, mango float ya?" Seorang pelayan datang membawa pesanannya. Segelas mango float.
"Iya, terimakasih"
Setelah pelayan itu pergi, ia meneguk minuman itu tanpa sedotan, sehingga dihidungnya terkena float. Karena itu dia tertawa kecil dan menghapusnya.
Pandangannya beralih ke sekeliling, banyak pasangan muda mudi yang seperti memiliki dunia sendiri. Berbanding terbalik dengan dirinya yang selalu datang ke tempat ini sendirian. Tetapi baginya itu tidak masalah, ia benar-benar tidak mempermasalahkan soal percintaan.
Hampir 17 tahun usianya, tidak pernah ia mengenal yang namanya jatuh cinta. Ini sulit dipercaya, tetapi itu kenyataannya. Baginya, jatuh cinta itu sesuatu yang sangat sakral. Karena kebanyakan yang ia lihat, pengaruh jatuh cinta bagi seseorang begitu dahsyat. Hanya sekedar balas-balasan chat saja bisa membuat salah tingkah tingkat dewa.
Tetapi dia ingin, merasakan jatuh cinta pada orang yang tepat. Namun pertanyaannya, siapa orangnya?
"Selamat Malam semuanya, bertemu kembali dengan kami, The Gelandangan" Lukis menoleh ke arah panggung pentas, "Kayak biasa, disini gue sama dua partner gue, Barat dan Pemas. Bakal ngehibur kalian dengan suara kami yang... Yah gak sebagus penyanyi lainnya.
"Lagu pertama- untuk perempuan yang sedang dalam pelukan, payung teduh"
Lukis baru tahu band itu sekarang, padahal 6 bulan belakangan ini dia sering ke cafe ini. Well, dia memang gak setiap hari hadir.
Gadis itu kembali memunggungi panggung pentas dan memfokuskan diri ke minumannya. Mengaduk, menyedot bagian bawah sedotan, kemudian meneguk di gelasnya langsung sedikit demi sedikit.
Tak terasa gelap'pun jatuh
Diujung malam... Menuju pagi yang dingin
Hanya ada sedikit bintang malam ini
Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya.Suara maskulin dari vokalis band tadi memenuhi cafe itu. Dapat dipastikan semua yang ada di dalam juga sangat menikmati.
Lukis menarik bibirnya membentuk senyuman. Bukan tanpa alasan tentunya. Ia mendapatkan euphoria dengan suasana cafe saat ini. Aneh, telinganya yang mendengar, namun seolah seluruh indra-nya ikut merasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khatulistiwa
Teen Fiction"Gak masalah, setiap cerita selalu memiliki happy endingnya sendiri" Lukis Bentala, adalah satu diantara banyaknya manusia yang merasa tidak pernah disyukuri hadirnya di dalam keluarga. Yang ia tahu, hidupnya, adalah milik kedua orang tuanya yang te...