Zhou Xu tengah berkonsentrasi pada buket bunga yang ia hias. Warna putih, biru, ungu dan hijau terpampang cantik dalam satu rangkaian buket. Dirinya tersenyum puas kala melihat hasil karyanya itu.
"A-Xu bagaimana bisa kau terlihat lebih indah dari rangkaian bunga milikmu ditambah bunga lain di ruangan ini?" Pertanyaan yang lebih seperti pernyataan itu terlontar dari mulut seorang pemuda yang tengah duduk di sofa, terletak sekitar satu meter dari tempat Zhou Xu berada.
Wen Kexing, nama pemuda itu. Menangkupkan pipinya dengan jari indahnya. Meletakkan kedua siku di atas pahanya. Lalu berkata "Tuhan memberiku kehidupan yang begitu baik, memberiku satu ciptaan-Nya yang begitu indah. Ah... bagaimana bisa hidupku seberuntung ini? Apa mungkin dikehidupanku sebelumnya aku pernah berbuat banyak hal baik?"
Zhou Xu yang mendengarnya hanya bisa menghembuskan napasnya perlahan namun kasar sembari memutarkan kedua bola matanya.
"Berhentilah menjadi bodoh dihadapanku, atau menjauhlah dari hadapanku," Zhou Xu menatap sengit lawan bicaranya itu.
"A-Xu kenapa kau tega padaku? Aku sedang memujimu," ucap Wen Kexing dengan puppy eyesnya.
"Berhentilah berkata omong kosong dan pergilah," balas Zhou Xu sambil mengangkat salah satu alisnya sementara bibirnya ia kerutkan, menunjukkan dirinya lelah akan tingah Wen Kexing.
"Baiklah...aku akan pergi. Cari banyak uang untuk kekasih tampan sekaligus cantikku ini," Wen Kexing berdiri dari duduknya lalu berjalan ke arah Zhou Xu.
Wen Kexing membungkukkan sebagian tubuh atasnya agar sejajar dengan posisi Zhou Xu yang tengah duduk. Lalu dikecuplah pucuk kepala Zhou Xu, sang kekasih tercinta.
"Berhentilah bertingkah seperti itu dan cepat pergi. Sudah pukul 7, kau akan terlambat nanti," Zhou Xu berkata sambil memalingkan wajahnya yang terlihat kentara oleh blush di pipi hingga telinganya.
"Hm baiklah... sekarang aku akan pergi tapi kau harus memberiku imbalan,"
Wen Kexing menangkup pipi Zhou Xu yang sebelumnya dipalingkan ke arah yang berlawanan dengan posisinya saat ini.
"Apa?"
Tanpa berkata, jari-jarinya yang sebelumnya menangkup wajah Zhou Xu beralih ke arah bibir miliknya sendiri.
"Tidak,"
Keadaan berbalik, kini Wen Kexing yang menatap Zhou Xu dengan satu alis terangkat.
"Nanti orang lihat,"
"Sign board yang terletak di pintu florist shopmu bahkan belum kau balikkan. Masih tutup, bagaimana orang akan masuk dan melihat?"
Wen Kexing mengarahkan kepalanya ke pintu coklat dengan empat kaca terlampir indah serta gorden putih yang terbuka setengah.
Zhou Xu yang melihat itu memposisikan dirinya agar sedikit berdiri dari kursinya. Menangkup pipi Wen Kexing, lalu mengecup cepat bibir kekasihnya itu.
Zhou Xu dengan cepat pula kembali ke tempat duduknya lagi, mengalihkan atensinya kepada buket bunga yang sudah ia rangkai sebelumnya. Semburat merah semakin memenuhi wajahnya.
"Lucu," ucap Wen Kexing, sambil mencuri satu kecupan lain dari bibir merah muda milik kekasihnya itu.
"Jangan nakal. Dan ingat hari ini kita dinner, berdandanlah yang tampan. Aku akan menjemputmu," tambahnya lagi, tak lupa usapan kecil ia beri pada rambut hitam milik Zhou Xu.
"Ck...,"
"Aku pergi,"
"Hm...,"
Wen Kexing memberi kerlingan sebagai tanda perpisahan mereka untuk saat itu.
"Aneh,"
"Terimakasih kekasih tampan sekaligus cantikku,"
Wen Kexing berjalan keluar. Berhenti sebentar di dekat pintu, membalik sign board dari kata closed menjadi open.
"Sudah buka sekarang. Semangat dan jangan terlalu lelah,"
Zhou Xu yang mendengar itu tersenyum lalu berkata "Kau juga,"
"Senyum mu terlalu manis. Aku jadi sungkan untuk pergi," Wen Kexing mempoutkan bibirnya.
"Jangan bertingkah lagi!"
"Ah... baiklah. Beri aku satu senyummu lagi lalu aku akan pergi dan berangkat ke kantor. Aku janji,"
Zhou Xu menaikkan dua sudut bibirnya. Dirinya tersenyum dan memperlihatkan deret giginya yang rapi dan putih.
Dengan itu ia terlihat makin indah.
"Kau membuatku jatuh lagi, jatuh semakin dalam. Aku pergi, love you,"
"You too,"
Dengan itu Wen Kexing berjalan menjauh menuju mobilnya yang terpakir beberapa meter dari toko bunga.
Zhou Xu terus memperhatikan, sampai mobil melaju menjauh dan sosok sang pengemudi -Wen Kexing- tak ada dalam pandangannya.
Dirinya berdiri dari duduknya, bersiap melayani para pembeli juga pelanggan yang akan datang.
-sepenggal imajinasi gaje tentang WKX (SGJ) + ZZS (ZZH) yg latarnya di dunia modern. Jatuh cinta aku sama mereka *abaikan noteku yg alay ini. Bye~
*jangan lupa bahagia oke~
KAMU SEDANG MEMBACA
wenzhou |short story|
Fanfic•WENZHOU-WUHU DRABBLE, FICLET, ONE/TWOSHOT• ~Hanya sepenggal imajinasi absurd tentang Wen Kexing (SGJ) dan Zhou Zishu (ZZH)~