Posan adalah sesosok laki-laki yang suka kesendirian. Ia menyukai saat-saat dimana tidak ada interupsi. Cuma imajinasi liarnya dan garpit, sahabat sejati kala menatap kanvas lukisanya.
Laki-laki 17 tahun yang berada pada tahun akhir sekolahnya, bercita-cinta menjadi seniman dengan aliran surealis, gerakan budaya yang bermula pada pertengahan tahun 1920-an. Karya yang memiliki unsur kejutan, barang tak terduga yang ditempatkan berdekatan satu sama lain tanpa alasan yang jelas. Referensinya adalah raden shaleh sjarif boestaman atau Gustave Courbet. Terdengar sangat meyakinnya
Namun.
Berhenti sampai si situ. dia cuma penghayal, nilai akademiknya selalu di atas rata-rata dan membuatnya menjadi sosok murid yang di kagumi karena kepintarannya dan ketampanannya .
Ngomong-ngomong soal cita-citanya, sepertinya harus ada magic yang bisa buat dia gak mencong narik garis batas horizon di kanvasnya kalau dia mulai menggambar laut, dan sedikit menjauhkan posisi sawah yang ia taruh tepat di pinggir batu besar yg ombaknya selalu di gambarkan menampar batu tersebut. Bisa-bisa para petani gak panen-panen kalau letak sawahnya seperti yang di visualisasikan PosanKesimpulannya: level melukis/menggambar Posan 2 dari 10 . Bisa, namun inigak cukup mengejar seniman kesukaannya
Haski, adalah adik kelas dari Posan sekaligus teman satu kosannya memiliki keahlian ngelinting tembakau hingga mirip tusuk sate. Selalu mengeluarkan keluhan-keluhan abnormal seperti merengek minta di belikan mie ayam dengan pakcoi pakai kuah soto. Dia memiliki sekte yang hampir membuat teman lain di kosannya merinding termasuk Posan. Meski begitu, Posan yang pada dasarnya tidak suka di interupsi dan tidak mentoleransi yang namanya keberisikan selalu mengecualikan Haski dalam daftar tidak sukanya. Menurutnya rengekan Haski sama seksinya dengan Lukisan dari maestro kesukaannya .
Posan suka mendengar Haski merengek padanya, meminta ini dan itu, memarahinya ketika chatnya gak di balas. Mereka hanya sebatas teman satu kos. Tapi Posan merasa lebih dari itu
"Po !!!! Ari kamu naha teu jemput aing, hareudang po !!! Buru, jiga ikan asing" teriak Haski di seberang telpon
"Lah emang lo dmna ? Gue aja baru selesai mandi, lagi bikin emi. emng bilang minta jemput?"
"Aku di lapangan futsal, tadi kan aku nongol di kamar kamu pas kamu lagi main game" masih dengan intonasi suara yang menggemparkan semestaraya.
"Udah sih ki ayok balik ama gue aja, kan searah daripada disini di culik kolong wowo" sahut orang lain disana yang sepertinya teman bermain futsal Haski
"TUNGGU DISANA ! GUE UDH OTW, AWAS AJA KALO SAMPE SONO LO UDH GAK ADA" teriak Posan dengan mengambil jacket dan langsung melesat ke atas motornya
"Gausah teriak Po !"
"Iya maaf!"Beberapa menit kemudian Posan datang dan segera memanggil Haski keluar
"Lu kalo gak tiba-tiba minta jemput bisa gak sih, gue mau makan emi sampe gak jadi, dah jadi bubur kaya' nya tuh emi, gue tinggal jemput elu" keluh Posan sambil memasangkan helm di kepala haski dengan lingkar kepala manusia normal
"Ya kamu kalo gak mau jemput atuh bilang aja dari tadi, aku bisa bareng bang dapit" dengan logat sunda yang selalu terdengar ketika haski mulai memberi pembelaan, membuat dada Posan berdesir halus dan menarik ujung bibirnya menjadi seulas senyuman."Makan dulu yuk, gue laper pasti juga tuh emi sekarang udah berubah jadi macam pipi lu ini" dengan mencubit pelan pipi Haski yang tidak tirus, membuat si empunya ingin melayangkan protes namun keburu di potong posan, karna kalau meladeni Haski yang jarang sekali mau mengalah, bisa-bisa keburu minggu depan.
Disini lah mereka, di warung angkringan yang sudah hampir dekat dengan kosan mereka, sebelah gereja lahai roi, cijantung, dengan pesenan ayam geprek menu kesukaan Posan dan sate ayam menu kesukaan Haski, keduanya larut dalam sajian sore itu. Memberi tugas bagi organ tubuh untuk mengolahnya menjadi tenaga, menjadi emosi, menjadi kebahagiaan atau menjadi kesengsaraan.
Pasalnya, Haski yang telah selesai makan tengah menaruh tangannya, menyangga di paha Pohan, kepalanya yang terlalu dekat dengan indra penciuman Posan, membuatnya bisa menghirup aroma sampo yang biasa Haski pakai .
Dengan suasana seperti ini, nalurinya untuk merapat lebih dekat mengolok oloknya.
"Ki, kamu pake sampo apa sih kok wangi". Posan kalah, ia mendekat, merapat dan membuat indra penciumannya menyesap dalam wangi rambut haski.
"Kamu, deket banget po, munduran ih, malu aku"
"Ki, pacaran aja yuk" ucap Posan finalAdalah ujung dari kegelisahannya hampir satu tahun belakangan ini, meraba setiap perasaan yang datang ketika lelaki yang lebih muda itu mendatanginnya untuk sekedar meminta antar atau menanyakan sesuatu. Saat rasa khawatir menyerang hampir ke persendian serta jiwannya ketika lelaki yang lebih muda itu tidak ada. Sampai pada akhirnya sebuah aknekdot di kepalanya menyimpulkan perasaannya adalah "Cinta".
Sangat wajar kalau ia merasa lucu, kenapa bisa jatuh cinta pada laki-laki yang secara harfiah bukan di peruntukan untuk pria juga. Namun sialnya, manusia tidak punya kuasa dengan siapa ia akan jatuh cinta. Akhirnya Posan menyerah, dia ingin Haski melihat cintanya"Kamu sih pesen apa tadi ? Mabok ya ? Aku teh laki kenapa kamu ngajak aku pacaran, ganteng kiyeu" sambil memegang kedua pipi Posan, Haski menggoyang-goyangkannya kekanan dan kekiri "emang udh gk ada cewe yang mau?" Lanjutnya
"Banyak yang suka sama aku, cuma aku maunya kamu" segala hari ini yang mendukung keromantisasian mereka, material langit yang tiba-tiba rintiknya jatuh ke bumi, dan suasana angkirangan yang lumayan sepi serta posisi mereka yang jauh dari jangkauan pandang, Posan membenarkan letak rambut yang sedikit jatuh ke wajah Haski.
"Kamu suka gak sama aku ?" Pertanyaannya menuntut "aku beneran sayang sama kamu ki, kaya' semua hal yang aku lakuin, pada akhirnya ya cuma buat kamu, hal-hal yang menurut aku ganggu banget buat aku, bisa dengan gampang aku maklumi kalo yang lakuin tuh kamu, temen cowo mana ki yang ninggalin emi mateng cuma buat jemput temen cowonya futsal, simple, tapi kamu masa gak merasa kalo aku ada tendensi ke arah suka sama kamu"
"Aku tau Po" masih dangan posisi berhadapan, Haski berucap dengan tepat memandang ke arah mata Posan "aku tau perasaan kamu arahnya kemana belakangan ini waktu kita mulai saling nyari. Awalnya aku ngerasa kalo aku cuma nyaman, aku gak mau perasaan nyaman aku merubah hal-hal yang baik ini jadi salah paham, aku gak mau kamu ngejauhin aku kalo aku bilang, aku suka sama kamu Po. Kamu baik, kamu perhatian, sampe bener-bener bikin aku mau ngubur perasaan cinta ini supaya kamu gk jauhin aku. Tp makin aku deket kamu, aku makin sayang, Po" Haski seperti mengucapkan deretan mantera yang membuat Posan terdiam di hadapannya. Merasa sebuah hal yang gk pernah ia fikir bahwa laki-laki yang lebih muda darinya ini memiliki perasaan yang sama.
Biarlah untuk saat ini ia egois. Otak dan hatinya berkonspirasi menginginkan Haski menjadi miliknya
"Jadi pacar aku ya ?" Posan mengusap wajah Haski dengan sangat lembut.
Dengan sebuah anggukan dari Haski, semua beban cintannya selama satu tahun ini terbayar dengan bahagia.
Posan sangat bahagia, hingga memeluk tubuh yang lebih kecil itu kedalam dekapannya. Sebuah entitas dari rasa yang ingin meluap keluar. Posan, mendapatkan hati Haskinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Milik
Short StoryCuma kumpulan tulisan yang gue tulis ketika ide gue muncul secara tiba-tiba