2. ANABUL

82 8 0
                                    

Segelas cokelat hangat bersebelahan dengan teh krisan tanpa gula. Kenes menekuk lehernya ke kanan dan kiri hingga menimbulkan bunyi kertak. Lalu meluruskan kedua lengannya yang tertaut ke depan. Dan giliran buku-buku jarinya yang ditekan sekarang. Terkadang, Pevita menganggap apa yang dilakukan Kenes itu lebih cocok jika ia berprofesi sebagai atlet bela diri ketimbang editor. Dan terkadang, ia juga teringat Lady Deathstrike yang diperankan Kelly Hu dalam film X2 aka X-Men United. Sebetulnya, tidak ada yang salah sih dengan mengertakan sendi-sendi yang pegal akibat bekerja seharian. Apalagi, aktivitas sehari-hari yang mereka lakukan seringnya hanya duduk, memandangi laptop dan memegangi mouse. Posisi badan nyaris tak berubah seharian, terlebih ketika musim deadline seperti sekarang ini. Namun tetap saja, buat Pevi secara pribadi, hal itu agak sedikit aneh untuk dilakukan.

Pantry menjadi pelarian yang nyaman di saat-saat seperti ini. Sebab Pevi sendiri bukan tipikal anak alam yang gemar rerumputan dan pepohonan berdaun lebat. Dia tak terlalu suka nongkrong-nongkrong di backyard sekalipun pendopo di halaman belakang sangat cozzy. Halaman rumput yang luas itu terawat dengan baik. Ada beberapa pokok tanaman setinggi lutut yang ditata sedemikian rupa di tepi-tepi dinding yang menjadi pembatas keseluruhan lahan milik penerbit. Pohon-pohon buah sengaja ditanam, dan ketika masa panen tiba, anak-anak redaksi membuat pesta ala-ala dengan memetik dan menyimpan hasil panen buah di dalam keranjang rotan yang mereka sebut kornukopia. Ya... walaupun bentuknya tak mengerucut seperti tanduk sih. Namun, anggap saja lah fungsinya sama. Lalu untuk melengkapi pesta panen tersebut, dibuatlah bumbu rujak dengan tiga level kepedasan. Mulai dari yang pedas sedikit, lumayan pedas, sampai yang super pedas. Dan biasanya, Rival ikut nimbrung bareng anggota redaksi cewek di kelompok sambal super pedas. Iya, cuma dia satu-satunya cowok di sini yang doyan banget sama pedas. Bukan cuma doyan, tetapi juga kuat menahan pedas sekalipun tubuhnya sudah mengilap karena keringat.

Escape moment Pevi dan Kenes yang seharusnya hening dan syahdu terganggu oleh sebuah suara misterius yang terdengar begitu kentara.

"Kayak suara kucing," cetus Kenes, membulatkan mata dan menajamkan pendengarnnya segera.

Memang ada satu aturan tegas di gedung milik kelompok penerbitan Jagat Media ini. Semua orang boleh menghadirkan suasana kerja kreatif. Bahkan sekreatif-kreatifnya. Misalnya, terlentang di atas karpet di backyard sambil dikelilingi banyak kudapan. Atau, nyanyi-nyanyi di ruang karaoke. Atau main bilyard, juga mandi air hangat di kamar mandi umum lantai satu. Kecuali satu hal, menggangu pekerjaan orang lain dan 'memaksakan' pola kerja kreatif pribadinya ke orang lain.

Maksudnya begini, kalau kamu jadi kreatif dengan bekerja sambil mendengarkan musik, bukan berarti orang lain juga bisa kreatif dengan mendengarkan musik. Jadi, cara yang satu itu adalah urusan pribadi, dan cuma boleh dijadikan konsumsi pribadi. Itulah sebabnya, di gedung ini, enggak ada orang yang memutar musik di radio atau perangkat gawainya tanpa earphone. Kenapa? Karena bisa saja mengganggu konsentrasi orang lain dan malah merusak proses kerja kreatif mereka. So, jangan heran kalau begitu menginjakkan kaki di lobi, suasana terasa begitu hening. Bukan berarti orang-orang ini sedang dipaksa romusha. Namun mereka menghargai satu sama lain. Kalau butuh refresh macam Pevi dan Kenes ini, ya keluar saja dari ruang kerja, dan cari aktivitas sendiri. Di pantry misalnya, atau rujakan di backyard. Mau nyanyi keras-keras pun sudah ada lahannya di music room yang kedap suara. Sudah pasti suara musiknya tidak akan mengganggu pekerja yang lain. Oh, pos satpam adalah pengecualian deh. Pak Djoko sama Bang Wahyu biasanya mutar siaran radio atau dangdut koplo. Biarkanlah mereka begitu adanya. Toh, pos satpam letaknya jauh di depan sana.

Kembali ke suara kucing tadi. Keberadaan kucing atau binatang bersuara lainnya di dalam gedung mutlak dilarang. Beberapa jenis burung memang dipelihara, tapi letaknya di backyard. Satu-satunya hewan peliharaan di dalam gedung hanyalah ikan arwananya Pak Bos yang jelas-jelas enggak bisa menirukan suara para karyawan seperti burung beo. Jadi... aman lah.

Milo on MondayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang