ೃ Chapter 7 : | Bond |

140 20 10
                                    

__ | His Soulmate | __

Akashi tiba-tiba bisa mengendalikan dirinya. Berganti shift dengan wujud serigalanya. Rasa terbakar ditubuhnya menghilang, padahal malam purnama masih berlangsung.

Mata merahnya menatap (Name) yang tidak sadarkan diri di hadapannya. Dengan leher sebelah kanan yang terluka akibat gigitan-nya. Penciuman Akashi dapat menghirup aroma vanilla dengan jelas dari tubuh (Name). Pandangannya berkabut hitam, tidak percaya dengan kenyataan aneh ini.

"Sial!" Akashi tanpa sadar langsung menggendong (Name). Membawanya segera kekamar miliknya sambil mindlink Gunawan.

Mata merahnya memerhatikan wajah (Name) yang berkeringat. Wajahnya memucat dan Akashi dapat mendengar jantung gadis itu berdetak dengan sangat cepat.

Khawatir. Akashi merasa sangat panik. Perasaan seperti ini tidak pernah dia rasakan saat Momoi hidup dulu. Berusaha menenangkan dirinya. Dia tidak boleh panik sekarang.

Menendang pintu kamarnya dengan tidak santai, mengejutkan Gunawan yang sudah ada di dalam. Akashi membawa (Name) kearah ranjang, meletakkannya dengan hati-hati.

"W-woe!!"

Akashi menoleh. Melihat wajah Gunawan yang sangat panik bercampur khawatir.

"Kau menandainya!! Sekarang (Name) yang akan merasa terbakar! Beri dia darahmu untuk menghilangkan efeknya!"

Akashi membeku. Sial! Dia ceroboh. Jika dia memberikan (Name) darahnya, maka bisa dibilang mereka telah melakukan sebuah ritual. (Name) sepenuhnya miliknya setelah itu.

"Kenapa kau melamun, woee!! Kau mau (Name)-chan merasakan penderitaanmu, huh?!" Gunawan makin panik. Ini pertama kalinya juga dia sepanik ini.

Tidak ada pilihan lain. Perasaan khawatir Akashi mengalahkan pendirian dan logikanya. Akashi mengambil belati dari dalam laci, mengiris telapak tangannya, lalu meneteskan darahnya ke dalam mulut (Name).

Perlahan wajah pucat (Name) menghilang. Warna wajahnya kembali seperti biasa. Detak jantung (Name) kembali normal.

"Syukurlah," Gunawan merasa sangat lega. Mengelap keringat diwajahnya yang sempat keluar tadi.

Akashi berjalan ke kamar mandi, mengambil handuk kecil, membasahinya dengan air. Lalu kembali mendekat kearah ranjang. Mengelap keringat (Name) dengan hati-hati. Gunawan diam memerhatikan, mengerjab bingung, menggaruk kepalanya layaknya orang bodoh.

"Kalian sudah bertukar darah ... itu berarti (Name)-chan sepenuhnya milikmu sekarang. Tapi ... dia bukan matemu," ucap Gunawan menyimpulkan dengan wajah bingung.

"Jangan pikirkan itu sekarang! Keadaan (Name) lebih penting daripada itu!!"

Gunawan kebingungan. Keanehan bertambah lagi. Mengutuk takdir karena membuat (Name) menjadi pasangan Akashi. Padahal dia tidak mau gadis setulus (Name) terjebak dengan iblis.

"Aku akan panggil Ryuu-chan!"

Gunawan berlari keluar. Ekspresi wajahnya super panik. Dia bisa saja berteriak di lorong mansion sebagai pelampiasan kepanikannya, tapi dia tidak mau digebuk oleh saudara dan sahabatnya.

"RYUU-CHAN!!" Sebagai gantinya, Gunawan berteriak memanggil anak umur empatbelas tahun yang jenius dalam bidang healer.

"Ada apa, Gunawan-senpai?" Tanya Ryuu. Gunawan menghela nafas lega karena bocah itu masih terjaga dimalam hari.

His Soulmate [Akashi Seijuro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang