🌻21🌻

4.8K 653 98
                                    

Akhirnya bisa astaga :''

.
.
.
🌻Ancaman🌻
.
.
.

Di atas ranjang berukuran tiga kaki, Beomgyu terkulai lemas di atasnya, bersamaan dengan bajunya yang tersingkap ke atas, menampakkan perut yang dielus dengan alat USG, di sisinya ada Taehyun yang mendekap kedua lengan di atas dada. Saat ini, Beomgyu tengah diperiksa di ruangan kerja yang khusus dibuat Kang Chul dalam rumah agar dirinya tak perlu repot bolak-balik ke rumah sakit.

"Aku tidak pernah melihat kasus ini seumur hidupku," kata Kang Chul seraya membulatkan mata ketika berhadapan dengan monitor. Hanya ada warna hitam-putih yang terpampang di benda segiempat itu. Namun Beomgyu tahu di sana tercetak jelas bagaimana gambaran bayinya berkembang dengan begitu cepat. "Kau lihat? Untuk seukuran Werewolf, janin yang berada dalam perut Beomgyu tumbuh dengan cepat. Lihatlah, sudah ada kepala dan tangannya yang terlihat."

Beomgyu dalam wajah pucatnya yang semakin tirus-akibat kekurangan isi-masih bisa tersenyum lembut melihat monitor tersebut. "Apa dia sehat di dalam sana?" tanyanya.

"Ya, tapi tidak denganmu," jawab Kang Chul. Pria itu pun mematikan monitornya, mendekati Beomgyu dan menyelimuti Omega itu agar tak kedinginan. "Perkembangannya menyebabkan banyak kerusakan pada organ dalammu. Kau tahu kau tidak memiliki rahim, Nak. Janin itu akan terus membesar, mematahkan seluruh tulangmu dan mengisap darahmu, terlebih lagi tidak ada asupan nutrisi yang bisa masuk sejak kau mengandung," terangnya dengan nada prihatin. Ia mengusap sebelah pipi Beomgyu yang bahkan tulang pipinya nyaris menonjol. Beomgyu memang tidak bisa makan apapun selain air putih dan susu, itulah yang membuatnya semakin kurus, membuat seisi rumah mengiba padanya. "Kami semua mengkhawatirkanmu."

"Ayah, aku hanya perlu bertahan sebisa mungkin, bukan? Aku yakin akan baik-baik saja. Percayalah padaku."

Kata-kata Beomgyu masih terdengar keras kepala bahwa ia kekeuh mempertahankan bayi yang bahkan sudah merusak tulang bahunya itu. Kang Chul sudah tak tahu lagi bagaimana harus mengatakan pada Beomgyu agar ia mau berhenti berusaha, karena semua orang pun tahu Beomgyu akan meninggal jika terus mempertahankannya.

Kang Chul menggeleng. "Nak, bahkan beberapa tulangmu sudah terlihat patah. Denyut nadimu juga sudah tak normal. Jantungmu akan berhenti berdetak bahkan sebelum kau melahirkannya," katanya lagi, dengan penuh penekanan, berusaha membuat Beomgyu paham dan lebih baik mengugurkan kandungannya. Namun sebagaimana keras kepalanya Beomgyu, tentu saja jawabannya adalah gelengan kepala.

"Ayah, aku sudah sejauh ini, dan aku yakin aku bisa melakukannya. Percaya padaku, aku akan bisa bertahan sampai akhir."

Taehyun yang mendengarnya hanya menghela napas kasar, sedangkan Kang Chul memilih untuk menyerah. Ia pun melenggang keluar, meninggalkan Taehyun yang bahkan tak mau menolehkan kepala untuk melirik Beomgyu yang—bisa dibilang—dalam kondisi kritis. Tidak, ia tak sanggup jika harus memandang Omega-nya seperti sekarang. Itu sama saja dengan merobek jantungnya sendiri.

"Alpha, tolong dengarkan aku." Beomgyu memohon. Satu tangannya terulur ke udara dengan susah payah, hendak meraih baju lelaki itu, namun Taehyun yang masih sangat kecewa dengan keputusannya pula menjauh sebelum jemari itu berhasil menyentuhnya. "Alpha," panggilnya dengan hati terluka.

"Mate, kukatakan sekali lagi. Tolong, aku mohon padamu. Aku tidak memerlukan anak kalau harus kehilanganmu. Aku mencintaimu dan kau nyawaku. Tidak bisa kubayangkan bagaimana hidupku berjalan tanpamu, Mate." Taehyun memotong pembicaraan dan mengeluarkan isi hatinya dengan nada pilu. Bisa dilihat di mata lelaki itu ada linangan airmata yang berkumpul, membendung di sana dan bersiap untuk keluar. Raut wajah Taehyun tampak kacau tak terbentuk, dan ia benar-benar tak tahu lagi bagaimana caranya bernapas setelah mendengar bahwa janin itu merusak Beomgyu secara perlahan.

•OMEGA || Taegyu•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang