warning: smut (and fluff), explicit words 🔞
▬▬▬
DI SISI LAIN, di balik pintu, Taehyung merasakan jantungnya berpacu dan kakinya lemas. Ia menatap pada cermin dan menggeleng untuk menghalau pikiran kacaunya (yang mana sama kacaunya dengan wajahnya). Taehyung panas dingin, ia meremas ujung keramik wastafel dan memejam, menggeram. Kakinya merapat dan ia tahu ia dapat masalah baru.
"Shit. Anjing. Jeongguk bajingan." Taehyung menyumpah, tangannya perlahan meraih selangkangannya, meremas miliknya dan melenguh oleh friksinya. Ia butuh lebih. Tapi Taehyung tak punya waktu. Ia hanya ingin segera menyelesaikan tugasnya dan tidur. Lagipula, Taehyung itu berisik. Jeongguk akan mendengarnya jika ia bermain di sini.
Taehyung menghela, memantapkan hatinya dan mulai membersihkan tubuhnya. Fokus, fokus, fokus. Tapi kepalanya tidak mau diam; Jeongguk, Jeongguk, Jeongguk. Ia bisa gila. Jeongguk begitu atraktif dan Taehyung gila. Ia ingin melihatnya lagi, ingin meraihnya. Taehyung ingin.
Ia keluar lima belas menit kemudian, dengan pakaian yang lengkap pada tubuhnya dan wangi yang segar. Kakinya melangkah menuju kasur dan ia kembali meraih laptopnya. Jeongguk di sebelahnya melirik dengan ponsel yang masih di tangan. Pemuda itu kini telah memakai pakaian rumahnya dan masih terlihat bagus. Brengsek.
"Tae, hei?" Jeongguk memulai, memanggil dengan lembut dan Taehyung menatapnya.
"Kenapa?"
"Is something wrong...? Lo keliatan aneh akhir-akhir ini. Mau cerita? You can always talk to me, yeah?"
Taehyung mendadak gagap. mulutnya terbuka dan tertutup lantas ia menjawab, "ngga ada. Bilangin gue cuma cape."
"Kalo gitu istirahat."
"Gue ngga bisa, Gguk. Nanggung."
"Lo bisa garap lagi besok? Gue tahu deadlinenya masih lumayan lama, Tae. Jangan forsir diri lo sendiri."
"Ngga apa-apa, Gguk—"
"Taehyung, udah. Istirahat."
"Gue bilang ngga apa-apa! Trust me. Gue cuma selesein ini, abis itu udah. Kenapa lo yang berisik?!"
Raut Jeongguk terkejut, ia menatap Taehyung bingung dengan kernyitan yang makin dalam. "Okay...? No need to yell at me, I guess?"
Taehyung mendengus, dramatis. "How am I not? Lo nyebelin, anjing. Gue udah kesel sama tugas dan lo bikin gue tambah pusing. Gue cape, bangsat. G-gue... ngga tahu." Ia menegak ludah, menunduk. Sial. Kenapa begini?
"Makanya gue tanya, is there something wrong? Ada apa, Taehyung? Gue kenapa? Ngomong sama gue. Gue pasti bantu. Janji." Tatapannya cemas, dan Taehyung makin merasakan tubuhnya melemas. Ia butuh sesuatu, butuh Jeon Jeongguk.
"Gue...'' Taehyung mendeguk. "Can you—can you fuck me, Gguk? Gue... mau lo. I'm tired and I missed you. P-please?" Silabelnya tertatih dan ia rasa dirinya terlihat menyedihkan sekarang. Menatap Jeongguk penuh permohonan dan putus asa hanya supaya pemuda itu mau menyentuhnya.
Jeongguk berkedip beberapa kali, membelalak. Terkejut, jelas. Kerasukan apa kekasihnya ini? "What—"
"Please..." suaranya lirih, Taehyung mendekat pada Jeongguk, meraih tangan kekasihnya dan meremasnya, menatap nanar pada selangkangannya sebagai kode dan wow. Jeongguk pasti disayang malaikat. Jarang-jarang Taehyung duluan meminta. Pemuda itu gengsinya setinggi langit, ingat?
KAMU SEDANG MEMBACA
i envy you | kv ✓
Fanfic𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃. Mungkin, Taehyung terlalu penat dengan tugas-tugas kuliah yang membuatnya mau muntah. Mungkin, Taehyung merindukan Jeongguk dan sentuhan pemuda itu. Atau mungkin, Jeongguk hanya terlihat begitu bagus dan Taehyung tak mampu menaha...