Fotografer

685 70 20
                                    

Taeyong tidak tahu harus berkata apa. Ini pertama kali baginya. Dia tidak bisa. Tidak. Tidak. Ingin menangis tapi jelas itu tidak bisa dilakukan. Di sisi lain dia tidak ingin, di lain sisi dia harus melakukannya. Bergelut dengan pikirannya sendiri membuat Yuta yang sejak tadi berdiri di sampingnya sedikit mencondongkan badan ke arah Taeyong untuk mengintip undian apa yang didapat pemuda itu.

Belum sampai mata cokelatnya melihat isi tulisan dalam kertas Taeyong, dia sudah lebih dulu bersitatap dengan si pemilik kertas yang tiba-tiba menoleh ke samping. Wajah Yuta tersenyum polos seperti bocah, sedangkan Taeyong justru sedikit memundurkan kepalanya saat tahu jarak mereka lumayan dekat.

Mengingat rasa nyeri bekas tendangan Doyoung tadi pagi belum hilang dari tubuhnya. Ditambah malamnya dia dibuat tidak bisa tidur nyenyak karena bau memabukkan Yuta. Dua bersaudara itu benar-benar kombinasi kesialan Taeyong.

"Kostum apa yang kau dapatkan, Taeyongie?" tanya Yuta akhirnya setelah tertangkap basah sedang mencuri lihat.

"Kenapa kau tidak memberitahu milikmu dulu?" Taeyong bertanya balik,  masih menjaga jarak dengan Yuta sekaligus malaikat kematian.

"Kau ingin tahu? Milikku tertulis virgin killer..." ucap Yuta ragu, suara pemuda itu memelan kemudian melanjut masih dalam volume rendah. "Sebenarnya aku sendiri tidak tahu kostum itu seperti apa."

Taeyong yang mendengarnya hanya mampu tersenyum miris. Dia juga tidak tahu, tapi satu hal yang pasti, apapun itu pasti bukan sesuatu yang bagus. Dia kemudian menunjukkan hasil undiannya kepada Yuta--maid.

"Whooa..." Yuta merasa iri dengan hasil yang Taeyong dapatkan. Setidaknya Yuta tahu kostum maid itu seperti apa dibanding kostumnya sendiri. "Ah, kuharap aku bisa lulus test ini karena aku ingin pergi ke taman bermain."

Taeyong yang mendengar suara merajuk itu hanya tersenyum. "Kalau sampai kau tidak lulus sedangkan aku lulus, aku akan memberikan tiket liburan ke taman bermainku untukmu."

Sontak Yuta terkejut. Kini kedua maniknya menatap Taeyong dengan binar harap yang membuat Taeyong merasa gemas.

"Ya! Apa yang kau lakukan pada kakakku? Kau bosan hidup rupanya?" Doyoung yang baru selesai mengambil baju kostum langsung berjalan menerobos bahu Taeyong yang berdekatan dengan Yuta, lantas menyeret Yuta pergi menjauh.

Taeyong tidak ambil pusing. Dia malah ingin berterima kasih pada Doyoung yang telah membawa kakaknya menjauh darinya, karena sekali lagi, bau Yuta kini mulai mengganggu Taeyong.

Setelah mengambil kostum, Taeyong bergegas ke ruang ganti di dalam studio pemotretan. Dia baru mengetahui jika tempat mereka tinggal saat ini memiliki studio foto sendiri meskipun tidak sebagus studio foto asli. Giliran Taeyong adalah setelah pengambilan foto Jimin. Saat ini pemuda mungil dengan warna rambut soft pink itu sedang berfoto.

Di dalam bilik, Taeyong mulai mengenakan pakaian maid yang didapatnya. Berwarna hitam dengan renda-renda putih. Rok di atas lutut dan stoking. Taeyong diharuskan memakai itu untuk menutupi lebam-lebam yang membekas di kakinya. Entah Taeyong harus bersyukur atau mengutuk karena harus memakai pakaian seperti ini.

"Baik. Sekarang tersenyum, Jimin-ah." seorang fotografer mengarahkan kameranya ke wajah seorang pemuda yang sedang membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Taeyong baru saja keluar dari bilik ruang ganti baju. Dari tempatnya berdiri, dia bisa melihat tangan sang fotografer tak hanya bekerja memotret Jimin, namun juga menyempatkan diri menyapu paha terbuka pemuda itu yang kini hanya mengenakan lingerie tipis berwarna senada dengan rambutnya. Jimin tidak memberikan penolakan atau perlawanan. Pemuda itu hanya fokus tersenyum pada kamera yang terus menangkap sosoknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang