Closer

1.1K 125 22
                                    


.

Taeyong memperhatikan dua pemuda yang saling melempar bantal. Yuta dan Jimin, mereka terus berperang menggunakan benda empuk itu sambil tertawa, kadang berkejaran mengitari ruang kamar yang ukurannya tidak terlalu luas. Kedua manik Taeyong beralih ke arah Doyoung yang tertidur di tempat tidur bertingkat di bagian bawah. Tubuhnya terbungkus selimut, dia tertidur amat nyenyak seolah mengabaikan teriakan melengking 2 pemuda hiperaktif lainnya.

Taeyong memilih duduk di ranjang bertingkat yang lain. Masih asik memandangi Yuta dan Jimin yang kini sudah saling piting di atas karpet. Daripada ruangan yang mereka tempati sebelumnya, ruangan ini jauh lebih baik. Kamar berisi 2 ranjang bertingkat dan 2 meja nakas, ditambah karpet empuk yang hangat. Pemanas ruangan serta kulkas kecil di pojokan. Ruangan mereka tampak nyaman, bahkan Doyoung langsung memilih tidur sejak mereka tiba sejam yang lalu.

Taeyong tidak tahu pasti dimana mereka berada karena saat perjalanan dia tertidur. Ketika membuka mata, mereka sudah tiba di tempat itu. Kedelapan pemuda itu kemudian dibagi kedalam 2 kamar, kamar pertama berisi Jeonghan, Jihoon, Wonwoo, dan Yunhyeong, sementara kamar kedua diisi Jimin, Yuta, Doyoung, dan Taeyong. Rasa kantuk itu kembali datang, apalagi jika mengingat sekarang sudah jam 10 malam. Taeyong pun memilih menyusul Doyoung ke alam mimpi.

"Apa mereka sudah tidur?" tanya Yuta meremehkan. "Mereka tidak asik."

Jimin mengangguki saja ucapan Yuta sambil menguap lebar. "Yuta-ya, aku ngantuk." dan dengan itu, si pemuda pink berjalan menaiki ranjang bertingkat di atas Doyoung.

"Yah, Jimin-ah di situ tempatku!" protes Yuta.

"Sekali-kali biarkan aku yang bersama Doyoungie. Apa kau tidak bosan bersamanya terus?"

Yuta mengerucutkan bibirnya sebal. "Terserah kau saja, tapi jangan salahkan aku kalau besok Doyoung akan mengamukimu." ucapan Yuta dibalas dengan suara dengkuran di atas kasur Doyoung. "Tsk, menyebalkan! Jiminie pabbo!"

Yuta berkata demikian seraya menaiki tangga ke ranjang bertingkat yang satunya. Di bawah sudah diisi Taeyong jadi mau tidak mau Yuta harus memakai yang atas. Pemuda blonde itu berusaha memejamkan matanya, namun nihil. Pikiranya justru melayang bebas entah kemana. Perlahan ia meringkuk.

.

Taeyong terbangun tengah malam. Samar-samar dapat didengarnya suara isakan kecil dari ranjang atas. Perlahan dia bangkit, menengok ranjang di atasnya penasaran. Yuta sedang tidur memeluk lutut. Wajahnya sembab diikuti isak kecil.

"Kau belum tidur?"

Yuta menggeleng sebagai jawaban. "Aku takut tidur sendiri." katanya sekaligus menjelaskan kenapa pemuda itu memeluknya erat saat tertidur di ruangan mereka sebelumnya.

Taeyong menghela napas. "Turunlah, kau bisa tidur bersamaku."

"Uhh... tapi suster pernah bilang kalau Omega heat tidak boleh tidur dengan orang sembarangan."

Taeyong tersenyum kecil. "Tidak apa-apa. Aku mungkin juga Omega sama sepertimu, jadi kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan berbuat macam-macam."

Yuta menatap lekat pemuda itu, lantas segera turun dari ranjangnya. Dia menyelinap memasuki selimut Taeyong, kemudian memeluk tubuh lawan cukup erat. Rasa kantuk langsung mendera, membuat kedua kelopak matanya menjadi berat.

Taeyong diam membeku, membiarkan lengan ramping itu memeluknya kencang. Rasa kantuk yang sejak tadi menjeratnya kini hilang seketika. Aroma Yuta yang memabukkan terasa semakin kuat saat pemuda itu berjarak sangat dekat. Tangan Taeyong sampai bergetar ketika mengusap surai rambut sang Omega.

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang