AWD - ONE

5 1 0
                                    

Seorang lelaki kini berlari di koridor. Dia terlihat sangat cemas. Saat sampai di tujuan, dia mendengar suara tangisan meminta tolong.

"Hiks...hiks..t-tolongin Salwa.."

Saat mendengar tangisan tersebut, wajahnya merah padam serta rahangnya yang mengeras menandakan ia sangat marah sekarang.

BRAK

"LO APAIN ADEK GUE HAH?!"

"Wes, selow bro. Cuman mau main bentar."

Agha lepas kontrol, dia membogem habis habisan lelaki yang berani menyentuh adik kesayangannya itu.

Bugh

Bugh

Bugh

"Akh!" Lelaki itu merintih kesakitan. Lelaki itu kini tersungkur seraya memengagi perutnya yang sakit.

"Jangan bawa bawa adek gue ke masalah ini. Asal lo tau, mungkin gue udah bunuh lo sekarang. Tapi gue masih punya niatan untuk masih bersekolah."

"Hiks...hiks...a-abang, Salwa t-takut..." Agha memeluk erat adik keesayangannya dengan penuh cinta.

Agha melepaskan pelukannya. "Sssttt, udah diam. Sekarang Salwa aman, oke?" Agha mencoba menenangkan Salwa namun nihil, tangisnya malah semakin kencang.

Sekolah terlihat sangat sepi. Ya. murid murid sudah diperbolehkan pulang karna sudah waktunya. Guru guru juga sudah pulangan. Hanya tersisa Salwa dan Agha. Lelaki yang dibogem habis habisan oleh Agha juga sudah kabur entah kemana. Jika kalian bertanya, lalu bagaimana mereka bisa pulang dari sekolah? Tentu saja manjat pagar pembatas. Tenang saja, gak ada beling yang tertancap di atas pagar pembatas sekolah.

"Aduh Sal, diem dong. Entar abang beliin apa aja yang salwa mau."

Mata Salwa berbinar. Tangisnya perlahan terhenti. "A-abang beneran?"

Agha terkekeh geli. "Iyaa. Masa udah kelas 10 masih cengeng? Gak malu apa?"

"Ihh abang! Salwa gak cengeng tau! Salwa cuman takut,"

"Hahaha. Iya, cewek selalu bener." Pasrah Agha. Agha melangkah sedikit lalu memeluk Salwa lagi.

"Hiks...hiks..." Mata Agha membelalak sempurna. Mengapa adiknya ini menangis?

"Hey, kenapa sih? Nangis mulu, gak capek apa?"

"Huwaa! Abang!!! Kaki Salwa sakittt!" Agha menunduk, melihat kakinya yang menginjak kaki Salwa.

"Eh?" Tangis Salwa makin kencang. Agha memindahkan kakinya yang tadinya menginjak kaki adiknya itu.

"Aduh, Salwa maaf ya? Abang gak sengaja,"

"Huaaaa abanggg!"

"Salwaa diem dongg. Nanti abang beliin es krim yang buanyakk banget. Oke? Diem ya?" Agha terus berusaha mendiamkan adiknya itu. Tak masalah jika uangnya terkuras habis, asal kan adiknya ini diem.

"Hiks..hiks..beneran ya?"

"Iyaa salwa. Sekarang kita pulang ya?" Salwa mengangguk mengiyakan. Lalu pulang lewat pagar pembatas.

***

"HELLOW EPERIBADEH! DAVINA GIANINA YANG IMUT PLES CANTIK INI UDAH DATENG!" Davina Maurenia. Gadis yang kerap di sapa Davina itu berteriak kencang membuat siswa siswi yang berada di kelas menutup telinganya rapat rapat,

"Omg Helow! Davinaa bisa gak sih, seharii aja gak usah kayak toa? Lama lama tuli gue." Ujar salah satu siswi kelas XII. Davina menyegir tak berdosa.

Agha With DavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang