Bagi mereka yang memiliki kemampuan khusus, malam Jumat kliwon sudah pasti memiliki getaran mistis tersendiri. Terutama bagi 'Mbah Dukun' yang sejak lahir sudah disukai makhluk dari dunia gaib.
Malam ini juga, di saat para mahkluk mendapat kekuatan tambahan, Mbah Dukun hanya bisa mengurung diri dalam ruangan yang sudah dia pasang pelindung.
Kalau hanya satu dua yang datang, tentu bukan masalah. Kekuatan Mbah Dukun akan mampu mengatasi mereka. Akan tetapi, di malam Jumat kliwon seperti ini, biasanya jumlah mereka pun tidak main-main. Bukan hanya jumlah, yang datang juga mereka yang memiliki kekuatan besar.
Sudah pasti Wulandari dan Astuti juga ikut mengurung diri bersamanya. Membiarkan mereka berkeliaran di luaran, sama saja dengan membiarkan mereka celaka.
Tengah bersemedi, kening Mbah Dukun tiba-tiba mengerut tajam. Perubahan energi dari yang semula tenang mendadak menjadi sedikit kisruh juga dirasakan oleh Wulandari dan Astuti.
"Kenapa, Mbah?" Seperti biasa, yang paling banyak tanya dan paling ingin tahu adalah Wulandari.
"Poppy."
"Kenapa dengan dia?"
"Aku merasakan hawa jahat mendekatinya."
"Lalu, kita harus bagaimana?" Kali ini Astuti yang resah. Mbah Dukun sudah memberinya amanah untuk menjaga Poppy. Hanya saja, malam ini malam khusus, dia tidak bisa sembarangan bergerak. Salah-salah dia malah membuat Mbah Dukun repot.
"Mbah, kalau tidak kita tolong, bisa-bisa Mbah dianggap sama seperti itu, ombaknya kelihatan, pasirnya tidak kelihatan. Hanya tersohor nama, hasil kerja tiada."
"Kalau begitu, kamu pergi sana, bantu dia." Ekor mata Mbah Dukun menatap dingin pada Wulandari yang sekarang hanya memamerkan senyum canggung.
Rasa gelisah di hati sama sekali tidak bisa diredakan, Mbah Dukun hanya bisa meminta maaf dalam hati.
Di antara sekian banyak hari, kenapa harus hari ini?
------
Jantung Poppy berdebar luar biasa keras sejak melihat Hari memasuki supermarket tempatnya bekerja. Debarannya kali ini bukan debaran wanita yang kasmaran, melainkan debaran resah dan takut.
Sungguh, Poppy sendiri juga tidak tahu kenapa dia menjadi sangat takut pada Hari, padahal, dulu, bisa melihat punggung Hari saja sudah lebih dari cukup membuat Poppy bahagia seharian.
Sebelum mengunjungi tempat praktik Mbah Dukun, wajah Hari dalam penglihatannya senantiasa bercahaya, luar biasa menarik. Sekarang, wajah Hari rasanya seram dan menakutkan. Biasanya, Poppy kerap mencuri pandang, belakangan ini, jangan mencuri pandang, melihat bayangan tubuhnya memasuki pintu otomatis itu saja sudah membuatnya ingin lari sejauh-jauhnya.
Meski tidak mengerti kenapa, rasa takut yang kini menguasai sekujur tubuh Poppy membuatnya terus bergidik, merinding. Sama sekali tidak berani menoleh ke belakang, ke arah Hari yang berjalan tenang mengikutinya ke belakang. Tadi katanya dia ingin memakai toilet, sudah kebelet. Anehnya, derap langkahnya terlalu santai untuk ukuran orang yang kebelet.
Poppy boleh lugu, tapi tidak bodoh.
Bulu kuduk yang terus berdiri pastilah peringatan keras agar dia menjauhi Hari.
Menelan ludah getir, otak Poppy terus mencari cara untuk lolos dari situasi yang tidak dia inginkan ini.
Sialnya, teman-teman kerjanya seperti menghilang semua. Dicari di sudut mana pun, sama sekali tidak terlihat teman yang seharusnya mendata barang di rak-rak yang sudah dijatahkan pada mereka.
Bukan hanya itu, ada aroma manis yang membuat kepala Poppy sedikit berat. Kepala semakin berat, pandangan pun menjadi nanar. Suhu tubuh sedikit meningkat. Panas. Rasanya pendingin udara sama sekali tidak berfungsi.
Berjalan sambil memijat pelipis yang berdenyut, langkah Poppy semakin pelan.
"Kamu kenapa? Gak enak badan?"
Bagai ksatria dalam dongeng, Hari segera memeluk pinggang Poppy, berniat menuntunnya agar tidak jatuh.
Tadinya sudah hampir pasrah, menyandarkan tubuh pada dada bidang Hari, sekonyong-konyong dalam kepala ada suara yang memerintahkannya untuk lari, menjauh dari Hari.
Sebelum Hari sempat bertanya kedua kalinya, tubuhnya sudah didorong kasar.
Calon korban yang menjadi incarannya, tidak disangka berhasil melarikan diri.
------
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAKOR MUST DIE!!!
FantasyIpen Akulturasi April PseuCom 2021 Perseteruan antara sesama wanita hingga harus menggunakan cara yang tidak biasa. Kala teluh bertindak, siapa yang paling merana? Warning : Mengandung unsur dewasa. Adegan 21+++