Dua-About Arka Sandrawansih.
Terkadang Arka pernah berpikir, untuk apa semangat kalau akhirnya malas juga. Memang pertanyaan yang cukup konyol, tapi itulah kenyataannya bahwa Arka terlalu malas untuk menjalani hidupnya. Pemalas, tapi kalau soal publik speaking cowok itu maju paling depan. Fakta bahwa Arka selalu menang debat dan kerap membawa pulang piala emas adalah rahasia yang sangat umum disekolahnya.
Arka Sandrawansih, cowok yang dikaruniai paras yang cukup tampan. Berkulit putih namun tidak pucat, beralis tebal, matanya yang tajam, dan tidak lupa tingginya 188 cm yang sangat memikat para kaum hawa.
Arka bukan termasuk cowok dingin ataupun cuek, tapi ia hanya malas untuk berbicara mengenai hal yang tidak penting. Cowok itu sangat menyukai game, suka permainan bukan berarti cowok itu adalah pemain atau semacam playboy. Arka terlalu polos kalau soal begituan.
Kini cowok setinggi 188 cm itu tengah berjalan menyusuri gedung IPS yang masih tampak ramai, Arka sadar banyak cewek yang menatapnya. Tapi, ia tidak memperdulikan itu dan tetap berjalan kedepan. Berjalan dengan satu tangan yang dimasukkan kedalam kantong celana, seakan menambah damage yang sangat menyiksa kaum hawa.
"ARKA!"
Arka menoleh 60° untuk melihat sosok yang memanggilnya, itu Nabil--sahabatnya. Nabil sedikit lebih pendek dari Arka, tingginya hanya 181 cm. Jadi kalau keduanya berdekatan, Nabil hanya seleher Arka.
"Apaan?"
Nabil menaikkan alisnya, "mau kemana lo?"
"kelas, ngantuk mau tidur." Balasnya, Nabil menatap tidak percaya. "Tidur atau mabar game?"
"Tidur, elah."
"Dasar pelor, nempel selalu molor. Mending basketan kuy?" Ajak cowok setinggi 181 cm itu. Arka menggeleng, jelas menolak ajakan Nabil, "Mager."
"Aduh mas Arka, kaya cewek ajasih. Ayolahh.." Nabil memaksa.
Sepertinya, mood Arka sedang ber-mode 'malas ngobrol' yang membuat cowok itu mengiyakan ajakan Nabil walaupun telah menolaknya barusan. Perlu diketahui, bahwa Nabil adalah pria yang sedikit keras kepala. Jika menolak bisa dipastikan mereka berdua akan memperdebat segalanya dalam kurun waktu yang panjang.
Keduanya pun kini telah berjalan beriringan kearah lapangan basket.
Arka memarkirkan motor mogenya di bagasi yang sangat luas dirumahnya. Banyak mobil dan motor dari berbagai macam merek terkenal yang tersusun rapi disana. Kebiasaan papahnya, yaitu mengoleksi mobil termahal hanya untuk dipajang.
Setelahnya, Arka berjalan memasuki rumahnya yang kelewat mewah dengan satu tangan menenteng helm full face yang bisa dipastikan seharga selangit.
Tampangnya datar melihat sekelilingnya sangat sepi, papah dan mamah nya sedang sibuk bekerja. Sedangkan adik kembar cowok-ceweknya sedang bersekolah. Suasana sepi itu membuat Arka terbiasa hidup sendiri, dan lebih nyaman sendiri. Walaupun sebenarnya ia kesepian.
Kakinya menapak anak tangga satu-persatu ke lantai 2. Langkahan itu terdengar nyaring dirumahnya yang sepi, biasanya ada 1-2 maid yang berkeliling. Tapi sekarang Arka sama sekali tidak menemukan maid maupun bodyguard disana.
Setelah membuka pintu, tanpa aba-aba Arka langsung melangkah kearah spring bed untuk merebahkan dirinya dengan posisi terlentang.
"Makan atau mandi dulu ya."
"Tiduran dulu deh." Ujarnya mulai menutup kedua kelopak matanya. Sama sekali tidak peduli dengan badannya yang sudah lengket. Arka benar-benar lelah.
"Abang, bangun." Bunga berujar berbisik, tidak tega membangunkan abangnya.
"Abang... " Ujarnya lagi menusukkan jari tangannya kearah pipi Arka yang tampak tegas. Azzam-- kembarannya membuka pintu dan mulai memasuki kamar Arka yang tampak luas itu.
"Bunga, kalau kamu banguninnya kaya gitu dia nggak akan bangun." Ujar Azzam kalem.
Bunga mengerjap lalu menoleh polos kearah Azzam. "Jadi gimana?"
"Sini aku ajarin cara praktisnya, kamu liat baik-baik ya." Perintah Azzam, Bunga hanya menggangguk mengerti.
Azzam mulai menaiki tubuh Arka yang masih tertidur terlentang dan kemudian mendudukkan bokongnya diatas perut cowok itu. Bunga kaget, "Azzam jangan gitu, nanti Abang sakit."
"Tenang, dia nggak akan terasa dengan tubuh anak kecil begini, buktinya dia masih tidur, mana pulas banget lagi." Azzam memberikan jempolnya kearah Bunga yang sudah nampak khawatir.
Azzam mengangkat tangannya untuk menabok kuat pipi Arka bolak-balik. "BANGUN," teriaknya. Membuat Arka mengerjap pelan jelas terbangun.
"Bangun woi!" Azzam berujar saat melihat Arka mulai menutup matanya kembali. Bunga berjalan mendekat ranjang, kemudian berbisik pelan, "makan malamnya sudah siap."
Arka merubah posisinya yang tadinya tertidur, kini sudah duduk dengan Azzam di pangkuannya.
"Papah dan mamah udah pulang?" Tanyanya, sang kembar menggeleng.
"Tapi, kata maid mereka udah jalan pulang." Ujar Bunga dengan suaranya yang lembut.
"Yaudah kalian duluan, abang mau mandi dulu." Arka berujar mengelus kepala Bunga, membuat satunya melirik cemburu. "Azzam nggak?"
Arka terkekeh mulai membelai kepala adiknya satu lagi.
"Mandinya yang cepet yaa, kita berdua tunggu dibawah." Ujar Azzam yang kemudian menutup pintu kamar Arka.
Azzam Sandrawansih dan Bunga Sandriwansih adalah adik kembar berbeda jenis kesayangan Arka, yang satu penuh kasih sayang. Dan satunya lagi cuek namun perhatian. Azzam dan Bunga kini telah beranjak kelas 1 SMP, mereka sama sekali tidak terpaut jauh dalam segi umur.
Arka mulai beranjak mengambil handuk digantungan, lalu beralih ke kamar mandi sambil menguap pelan. "Ngantuk..."
Ilustrasi Arka dengan basketnya⤵️
Kesan keduanya dong...
YOU ARE READING
Cerita Cinta
Teen FictionZeena Emeralda. Gadis yang selalu hidup dengan buku disisinya, layak seperti robot yang harus mencetak nilai 100 disetiap ujiannya. Ia harus menjadi sempurna agar Herman-papahnya mau mengakuinya. Tiba suatu hari, dimana gadis itu melihat sosok cowok...