Kamu.

2.1K 143 4
                                    

"Mujeonghan sarama,
I bamdo naui modeun geoseul,
Aseuryeo hana cheol eopdeon sarama."

"Oneul bamdo, naeil bamdo,
Geurigo geu deum bamdo.
Yeongwonhi nan gidarimnida."

Air hujan berjatuhan tetes demi tetes, mengenai sepatu seorang pemuda kecil yang tengah duduk dihalte bus. Bukannya tidak sengaja, ia hanya sangat suka hujan dan membiarkan air hujan jatuh mengenai sepatunya atau 'pun telapak tangannya.

"Doo wo wo oo...
Do ruru ruru...
Doo~ Doruru... rururu...
Doo Rurururu...
Do~ rurururu...
Doo doruru ru ruru ru..."

Pemuda kecil bernama Sunoo itu bersenandung kecil ditengah hujan. Hujannya tidak begitu deras, tetapi cukup untuk menyembunyikan rasa kesepiannya.

Sunoo menundukkan kepalanya begitu melihat pemuda yang ia tunggu berjalan keluar dari gerbang Sekolah, "Ck, bahkan ia tidak pernah mau membawa payung atau jas hujan untuk sekedar berjaga-jaga," gerutu Sunoo ketika melihat anak itu berlari kecil menuju gang didepan Sekolah.

Sunoo mengambil sesuatu dari dalam tasnya, jas hujan dan sebuah payung kecil. Sunoo segera mengenakan jas hujannya dan berlari kecil menuju pria tadi.

Pemuda itu menatap kesal kearah Sunoo, "Sudah aku bilang, jangan perdulikan aku."

Sunoo menyodorkan tangannya, memberikan satu buah payung yang ia keluarkan dari dalam tasnya tadi, "Maaf."

Sunoo berlari meninggalkan pemuda itu begitu pemuda itu mengambil payung yang Sunoo berikan.

"Iya, aku tidak berperasaan," kata Heeseung -pemuda tadi, dan langsung berjalan meninggalkan area Sekolah dengan payung di genggamannya, tidak berniat sama sekali untuk menggunakannya.

Prangg!

"BUNUH SAJA AKU, BUNUH!"

Heeseung mengetuk pintu dan berlalu begitu saja melewati orang tuanya yang kini sedang bertengkar, "Aku pulang," ucapnya. Bukan hal mengejutkan, hal seperti ini sudah sering Heeseung lihat dirumahnya yang sama sekali tidak terlihat seperti rumah baginya.

"Hei, kamu. Aku dan ibumu akan bercerai, cepat pilih pada siapa kamu ingin ikut?" teriak Ayah Heeseung, dan Heeseung sama sekali tidak memperdulikannya.

Heeseung melangkah 'kan kakinya menaiki anak tangga, menuju ke kamarnya, "YAA, LEE HEESEUNG!"

Braakk-!

Pintu kamar dibanting begitu keras oleh Heeseung, ia sungguh lelah dengan semuanya. Lelah dengan hidupnya, dengan orang tuanya, dengan dirinya. Ia ingin mengakhiri semuanya sejak lama, tapi ia tidak bisa.

Takk!

Heeseung melihat kearah jendela kamarnya, lalu tersenyum kecil. Ia berjalan mendekati jendela dan menggeserkan jendela dengan tanggannya.

"Heeseung-i hyung!" bisa ia lihat Sunoo yang telah berganti pakaian dengan pakaian rumah sedang berteriak kearahnya sembari berlompat kecil dan tangannya yang melambai kearahnya.

"Ia..." Heeseung berbalik untuk menyembunyikan senyuman dibibirnya. Sunoo, Sunoo adalah alasan mengapa ia tidak bisa mengakhiri hidupnya.

"Yaaa, apa kamu tega membiarkan ku berdiri sendirian disini sampai sore?" gerutu Sunoo kecil yang masih bisa Heeseung dengar.

Sunoo menikmati ice cream di genggamannya. Heeseung berjalan keluar dari toserba lalu duduk disebelah Sunoo, "Sudah aku bilang jangan makan ice cream, hujan baru saja selesai dan ini masih dingin. Apa kamu tidak takut terserang flu?"

Sunoo menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku 'kan anak kuat yang tidak gampang sakit-- Uhuk uhuk."

Heeseung menggeleng 'kan kepalanya, "Lihat, kamu baru saja terbatuk."

"Itu hanya batuk biasa! Aku tidak sakit kamu tahu?" kata Sunoo mengelak.

Heeseung membuka kaleng soda dan meneguknya, "Huh, kemana aku harus pergi setelah ini."

"Kenapaaaa? Mengapa kamu harus pergi?" Sunoo bergeser dan duduk menghadap Heeseung.

"Orang tua ku, selalu saja membahas tentang perceraian. Dan tadi Ayah menanyakan ku, kepada siapa aku ingin ikut."

"Sudah aku bilang, tinggal saja dengan ku, hyung. Orang tua ku juga menyetujuinya," Sunoo tidak sadar memajukan bibirnya, Heeseung tersenyum tipis melihatnya.

"Lalu anak Sekolah akan mengetahuinya dan kamu akan dicap sebagai anak tidak benar juga sepertiku? Aku tidak mau," kata Heeseung yang diikuti gelengan kepalanya.

"Aku tidak masalah! Aku di Sekolah juga selalu sendirian. Apa kamu tidak kasihan padaku, eung?" Sunoo mengeluarkan sejurus aegyo andalannya.

"Tidak, tidak," Heeseung membalikkan badannya membelakangi Sunoo, "Aku tidak kasihan padamu."

"Heeseung-i hyung..." Sunoo menarik-narik kecil hoodie yang Heeseung kenakan.

"Tidak, Sunoo-ya," Heeseung berbalik dan menatap lembut mata Sunoo.

"Tapi apa perdulinya mereka? Tidak bisa kah kita melakukan apa yang kita mau tanpa memikirkan pandangan orang lain?" Sunoo tetap saja mencoba untuk membujuk Heeseung.

"Kalau begitu aku akan menyetujuinya. Tapi dengan satu syarat."

Wajah Sunoo berubah menjadi sumringah mendengar perkataan Heeseung, "Apa syaratnya?"

"Jadilah kekasihku."

Hai, Choco disini!
Nggak tau kepikiran aja untuk membuat satu book lagi, khusus Heenoo One / Two Shot. Aku juga membuat AU di twitter, tapi karena aku lebih suka membuat narasi, jadilah book ini. Kalau suka jangan lupa feedbacknya, ya! Vote & Comment.

*Aku buat cerita ini karena lagu, 'My Old Story - IU.'

One & Two Shot | Heeseung X SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang