Pagi itu gue jalan sendirian di koridor kelas 10. Ngga sengaja gue ngeliat Tania yang lagi adu mulut dengan seorang laki-laki. Gue ngga tau itu siapa karena posisinya membelakangi gue.
Gue bergegas menghampiri Tania. Setelah sampai di sampingnya gue hela nafas merasa jengah dengan perdebatan dua makhluk ini.
Ternyata Tania lagi ribut sama mantannya-kak Ferdi. "Masih pagi udah cekcok aja lo berdua. Kalau masih cinta balikan sono!" Ucap gue mengalihkan pandangan dua orang yang pernah menjadi sejoli ini.
"Najis!" Sahut Tania sambil menatap Kak Ferdi sengit.
"Gue udah minta maaf sama lo. Sekarang terserah lo mau maafin gue apa nggak." Ucap kak Ferdi sambil berlalu dari hadapan gue dan Tania.
Tania mengulum bibirnya ke dalam. Gue masih diam merhatiin raut wajah Tania yang nampak kecewa. "Udah yok ke kelas." Gue narik tangan Tania membawa gadis itu ke kelas.
"Weishhh kenapa nih masih pagi udah ada yang bad mood aja." Seru Farhan ketika gue dan Tania masuk ke kelas.
Tania tak memperdulikan ucapan Farhan. Gue mengarahkan telunjuk di depan bibir. Farhan jadi melangkah deketin gue sambil berbisik.
"Kenapa?"
"Habis ribut sama Ferdi." Kata gue sambil duduk. Farhan menengok ke arah Tania.
"Masalah rumah tangga?" Tanya Farhan. Gue ngangguk.
"Lah? Bukanya mereka udah putus."
"Emang."
"Terus apa yang diributin."
Gue natap Farhan dengan tatapan menyelidik."Kenapa? Mau tahu aja lo! Suka lo sama Tania?" Tanya gue membuat Farhan membulatkan mata dengan sempurna.
"Jangan gila! Gue masih setia ya sama Jessie." Ucap Farhan sambil menengok ke arah Jessie si gadis blasteran eropa itu.
"Ngarep banget. Ibarat dia wafer tanggo lo itu cuma rempahan rengginang Farhan. Ngaca!" Ucap gue sarkas. Farhan berdehem kemudian natap gue dengan sengit. Gue balas menatap dia dengan tajam ngga mau kalah.
"Lo inget saingan lo aja si Beka ketua osis yang keren dan pinter itu. Mundur deh sebelum lo sakit hati."
"Sebelum gue maju juga udah sakit hati kali. Mau mundur juga gimana nanti nabrak tembok." Ucapnya sambil menghadap ke depan.
Gue nengok ke arah Jessie yang sedang fokus dengan ponsel sambil tersenyum.
'Pasti lagi chat sama si Beka sampe jadi sinting gitu' ucap gue dalam hati.
Brakk!
Farhan menghadap ke belakang dan menggebrak meja gue dengan tiba-tiba membuat semua orang yang ada di kelas memekik kaget. Gue mengelus dada dengan sabar.
'Ayam-ayam ya ampun kaget tau!'
'Apasih woy! Masih pagi nih bikin emosi aja!'
'Farhan setan!'
"Denger ya Na! Kalau gue ngga bisa milikin dia. Yaudah ngga papa gue ikhlas." Ucapnya dengan nada lirih di akhirnya. Gue refleks menoyor kepala Farhan.
"Apasih! Ngga jelas lo!"
"Selamat pagi evribadeh!" Ucap Kenza yang memasuki kelas dengan riang di ikuti dengan Reihan dan Alfa di belakangnya.
"Reihan! Lihat noh! Tetangga lo masih pagi mukanya udah lecek kayak baju belum di setrika." Farhan menunjuk Tania yang sedang duduk dengan wajah ditekuk. Reihan berjalan dengan santai menghampiri Tania kemudian pria itu duduk disamping Tania.
"Kenapa lo Tan? Nggak di kasih uang jajan sama nyokap?" Tanya Reihan meledek. Tania menatap Reihan sekilas tanpa menjawab pertanyaan darinya.
"Habis ribut sama mas mantan Rei" Ucap gue membuat Tania mengerucutkan bibirnya.
"Masih aja lo galauin Ferdi. Gue kan udah bilang ikhlasin aja dari pada lo sakit hati mulu." Kata Reihan sambil menatap Tania dengan tatapan bak seorang kakak laki-laki yang menasehati adiknya dengan tulus dan penuh kasih sayang.
"Niehaliya!" Seru Kenza, gue noleh ke arahnya yang lagi berdiri di depan pintu.
"Noh! Diapelin Zaki di depan kelas" katanya sambil nunjuk ke arah luar.
"Ceilah! Udah ada yang ngapelin aja si Naina." Ucap Farhan. Membuat gue menoyor kepalanya. Dia memprotes berusaha membalas perlakuan gue dengan cepat gue berlari ke depan menghindari Farhan.
Zaki berdiri dengan wajah datar. "Apa?!" Ucap gue galak. Dia mengambil sesuatu dari tasnya. Terus nyodorin kotak nasi sama botol tupperware warna biru ke gue.
"Lah? Botol gue ini, dari mana lo dapet?" Tanya gue sambil mandangin botol itu. Zaki mendecak membuat gue mengalihkan pandangan dari botol ke wajah Zaki yang terlihat masam.
"Bunda lo yang nitip. Lagian lo jadi anak tuh pelupa banget. Masih muda juga udah jadi pelupa!" Ucapnya sambil menjitak dahi gue. Gue meringis sambil balas perlakuan Zaki dengan menendang kecil kakinya.
"Gue tadi buru-buru makanya lupa. Thanks ya Zak."
"Ngga gratis ada ongkirnya itu." Katanya sambil benerin letak tas di pundaknya.
"Perhitungan banget lo sama temen."
"Canda kali. Dah sana masuk lo! Nanti ada yang lihat terus cemburu sama gue." Ucap Zaki membuat gue jadi bingung. Zaki mengarahkan dagunya ke arah lapangan basket yang berada tepat di depan kelas gue.
Gue noleh lalu mengernyitkan dahi 'Kak Akmal? Ngapain pagi-pagi udah main basket' Batin gue mendapati laki-laki itu yang sedang mendribble bola basket tapi matanya malah fokus ke arah gue sama Zaki.
"Makasih ya Zak. Lo emang temen terbaik gue pokoknya" Ucap gue sambil tersenyum dan menepuk pipi Zaki dengan gemas. Zaki menempelkan punggung tangannya ke dahi gue.
"Nggak panas. Sehat lo?" Ucapnya dengan heran. Gue malah memegang tangan Zaki yang ada di dahi gue. Kemudian Zaki berdecak.
"Oh! Ya ampun lagi main drama." Ucapnya dengan lirih, gue terkekeh sambil mengkode Zaki lewat mata.
"Oke. Gue mau ke kelas dulu. Bye"
Zaki mengacak-acak rambut gue. Gue jadi mendecak mengerucutkan bibir membuat Zaki tertawa lalu pergi ke kelasnya.
Gue ngelirik ke arah lapangan basket. Kak Akmal masih disana berdiri sambil memegang bola basket. Tatapannya mengikuti sosok Zaki yang sedang berjalan santai ke kelasnya. Gue tersenyum miris.
'Yaelah bisa cemburu juga lo kulkas 75 pintu. Ngga sia-sia gue tadi main drama sama Zaki'
Gue menggeleng pelan lalu masuk ke kelas.
"Pergi lo Han!" Ucap gue saat mendapati Farhan duduk di bangku gue sambil jahilin Yumna yang kini mukanya sudah merah seperti kepiting rebus. Farhan natap gue dengan sinis lalu berdiri, ngelewatin gue gitu aja.
"Farhan lo nyebelin, awas aja gue bunuh lo" Kata Yumna. Matanya menatap tajam kearah Farhan. Pria itu memang tengil, setiap hari ada aja ulah yang buat temennya makan hati.
Gue gelengin kepala melihat tingkah Yumna dan Farhan kemudian gue duduk dengan anteng saat jam pelajaran dimulai.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN
DiversosKisah cinta masa putih abu-abu seorang gadis bernama Niehaliya Adriyani