Jika ditanya siapa Zero dimataku,
"Oh, dia pria sejati yang baik. Meskipun wajahnya kadang sangat menyebalkan."
Sama seperti Fuma, hubunganku dan Zero tak lebih, hanya sebatas teman sekelasnya. Meskipun aku sering menyapanya.
Hal yang paling kuhapalkan tentang dirinya adalah pertengkaran sengitnya dengan Taiga. Dan itu hampir terjadi setiap waktu.
Mereka akan berhenti ketika aku menggendong Taiga dan Glenfire menggendong Zero saling menjauh.
Kenangan yang cukup berkesan tentang si 'Raja Jametz' itu adalah ketika ia tiba tiba datang lalu membantuku membawa barang barang dari gudang olahraga.
"Hah..." Aku menghela nafas sembari menyusun kardus-kardus itu.
Tiba tiba saja Wali Kelasku mendatangi kelas dan menyuruhku untuk mengangkut dan memindahkan kardus di gudang olahraga ke gudang yang baru.
Biasanya, aku meminta tolong pada Taiga dan Fuma. Namun hari ini mereka tidak masuk. Demam akibat film horror yang kemarin kami tonton di rumahku.
Ketakutan mereka terhadap hantu memang tidak berkurang dari dulu.
Yah, terpaksa. Aku memindahkan barang-barang ini sendirian.
"Ho, Titas!" Sapa Zero yang tiba tiba masuk dan menaruh bola basket di rak.
"Ah, jangan taruh disitu! Masukkan saja ke kardus ini." Perintahku sambil menunjuk salah satu kardus bertulis 'Bola basket'.
"Baiklah." Zero melakukannya sesuai perintahku. "Kau akan memindahkan semua kardus ini ke gudang baru?"
"Ya."
"Sendirian?"
"Begitulah. Taiga dan Fuma sedang izin sih."
"Kubantu ya." Jujur, aku benar benar tidak menyangka kalau dia akan mengucapkan itu.
"A-ah..." Balasku yang masih agak tercengang. Tanpa sadar, aku malah tak bergerak sama sekali.
"Apa yang kau lakukan disana?! Kenapa hanya diam saja! Aku pegal nih! Tch, ternyata kumpulan bola rugby berat juga ya." Umpatannya spontan membuatku terkesiap.
"Maaf maaf. Aku mengantuk tadi." Kulangkahkan kakiku dan mencoba mensejajarkan diri dengannya.
"Ha? Apa hubungannya mengantuk dengan bengong macam patung begitu?"
"Kau tidak tau? Ah, benar. Yang ada di otakmu mengantuk itu artinya menguap dan langsung tidur sekali lendotan."
"Diam kau!! Itu tidak benar!!"
"Ohya? Lalu yang di bus saat perjalanan pariwisata itu apa? Mana kau sampai ngiler—"
"BERHENTI!!"
Terkadang aku tertawa sendiri saat mengingat seperti apa suara teriakannya. Cempreng dan nyaring.
Dan jika ditanya aku akan melakukan apa saat Zero kembali hidup,
"Tentu saja aku akan menolongnya tanpa diminta. Lalu mengajaknya ke gym langgananku untuk berolahraga bersama. Lengannya cukup kekar tapi terlihat tidak kuat. Bukan pria sejati namanya kan kalau penampilannya kurang perkasa?"
Salam,
Titas
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Memories With You [End]
FanfictionZero, The King of Jametz... "ZEROOO!!!" ...Seorang pemuda yang tangkas... "OI BODOH!! APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN?!!" ...Pemberani... "KENAPA?! KKKHHHH.." ...Kuat... "AKU MOHON HENTIKAN SANDIWARAMU INI!!" ...Dan sangat percaya diri... "ZERO!! B...