Glenfire

183 28 2
                                    

Jika ditanya siapa Zero di mataku,

"Zero itu orang yang cukup gegabah. Dia tidak tampan ataupun populer. Tapi dia bisa mengerti teman-temannya dan terus berpikir untuk maju."

Zero adalah sahabatku sejak kecil. Kami bertemu di TK dan kebetulan letak rumah kami bersebrangan. Jadi setiap sore kami selalu bermain bersama.

Persahabatan kami terus berlanjut hingga remaja. Dan akhirnya aku pun memutuskan untuk terus mendampinginya. Jadi kami masuk SMP dan SMA yang sama.

Aku bersyukur Zero tidak bosan dan mengabaikanku. Dia selalu baik padaku. Meskipun kadang dia susah sekali ketika diberitahu.

Ketika Zero mengalami kecelakaan dan dinyatakan meninggal, aku merasa sangat hancur sehingga tidak bisa berkata apapun.

Sesampainya di rumah, aku langsung mengunci pintu dan menangis sejadinya. Aku berharap kalau semua ini hanyalah mimpi. Dan kenyataannya adalah aku sedang tidur siang di kelas sedangkan Zero sedang bertengkar dengan Taiga.

Aku berharap Zero segera membangunkanku.

Namun hal itu tak kunjung tiba. Itu artinya aku tidak sedang bermimpi ataupun tidur. Dan aku harus ikhlas menelan kenyataan ini. Walau rasanya sangatlah menyakitkan.

Bagiku, semua memori tentang Zero sangatlah berharga. Namun jika ditanya yang mana yang paling berharga, mungkin... Ada satu.

Hari itu selepas pulang sekolah, kami sepakat untuk mampir sebentar di lapangan olahraga untuk bermain baseball atas usul Ginga.

Hampir seisi kelas ikut dalam permainan tersebut.

Aku menjadi lawan Zero. Aku team yang memukul dan Zero team yang menjaga. Sebenarnya aku sudah menawarkan diri jika Zero mau, dia bisa bertukar denganku. Namun dia menolak karena itu akan membuat kesan kepriaannya hilang.

Permainan berjalan lancar karena kami semua sportif. Hingga tibalah waktuku untuk memukul.

Karena kegugupanku, aku memukul bolanya tepat kearah Zero. Panik, aku pun berlari dengan tidak hati-hati. Dan itu membuat keseimbanganku goyah. Aku jatuh sekaligus agak terseret.

"Glen!!" Zero spontan membuang bola baseball tangkapannya dan membantuku berdiri.

"Eh? Ta-tapi... Kau kan bisa mematikanku..."

"Ha? Yang benar saja! Mana mungkin aku melakukan itu! Bergerak semaunya hanya demi kemenangan diatas teman yang sedang terluka sangat tidak gentle!"

Masih kuingat ucapannya tersebut sampai saat ini.

Dan jika ditanya aku akan melakukan apa saat Zero kembali hidup,

"Aku ingin bertukar cerita, bermimpi tentang cita-cita jangka panjang dan bercanda lagi dengannya. Kalau ada lebih banyak waktu, aku ingin melihatnya berhasil menjadi seorang pemimpin. Bukankah dia sangat cocok untuk hal itu?"


Salam,
Glenfire

A Million Memories With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang