04

1.4K 290 137
                                    

"Om," Tyson mengerutkan kening saat Jisya datang dan mengangsurkan sebuah kotak seperti hadiah padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Om," Tyson mengerutkan kening saat Jisya datang dan mengangsurkan sebuah kotak seperti hadiah padanya. Tyson tersenyum. Namun senyum manisnya perlahan menghilang saat Jisya berkata, "Ini hadiah ulang tahun dari Kak Selgia. Aku lupa ngasih ini sama Om kemarin."

"Oh." hanya itu sebelum Tyson meletakkan hadiah itu pada kursi dengan tidak antusias.

"Nggak dibuka dulu?"

"Nanti aja."

Jisya mendengus. "Om nggak penasaran isinya apa?"

"Nggak tuh."

Jisya berpikir apa ia melakukan kesalahan hingga membuat Tyson memasang wajah datar padanya. Hingga ia mendapat pikiran jikalau Tyson kesal karena ia tidak ikut memberikan hadiah untuk ulang tahunnya, yang praduga itu dengan cepat ditepis oleh Tyson. Ini bukan tentang hadiah, Tyson juga tidak berkeras menagih hadiah dari Jisya. Semangatnya hanya sedikit terkikis saat Jisya membawa nama Selgia di sesi sarapan mereka yang seharusnya hanya diisi tentang mereka berdua. Jisya tidak pernah akan tahu pikiran Tyson yang satu ini.

Tyson berkeras tidak akan membuka hadiah Selgia, hanya saja Jisya terus mendesaknya karena penasaran. Begitu kado itu dibuka, Jisya pun mendecak kagum. "Wah. Kak Selgia bener-bener idaman. Dia tahu sama selera Om." merujuk pada hadiah dasi bergaris yang sering Jisya lihat seperti dasi-dasi yang Tyson pakai ke kantor.

"Biasa aja, Sya." jawab Tyson datar. Diletakkannya hadiah itu kembali ke tempat semula.

"Om tahu nggak? Kak Selgia kayaknya suka banget sama Om."

Tyson tidak akan menjawab.

"Kak Selgi single. Om juga."

Raut wajah Tyson semakin kecut.

"Kenapa Om nggak pacaran sama Kak Selgi aja? Kalian pasti cocok."

Tyson menggertakkan rahangnya. Tanpa sadar ia meletakkan sendok pada piringnya dengan sedikit kasar. Jisya menatapnya dengan kesiap. "Sya, kita nggak akan membicarakan ini."

"Om, aku cuma--"

"Jisya Elina Pratama." Tyson memperingatkan dan menyebut nama panjangnya penuh penekan. "Jangan membicarakan orang lain saat kita lagi berdua. Om nggak suka."

Kenapa Jisya merasa bergetar saat Tyson menatapnya selurus itu? Meneguk ludah, Jisya pun mencicit meminta maaf.

Tyson tidak berkata banyak bahkan saat ia mengantar Jisya ke kampusnya. Jisya yang merasa diabaikan merasa asing dengan suasana yang terjadi di antara mereka. Saluran radio di mobil juga tidak membantu banyak saat Jisya mengutak-atik benda tersebut. Tyson bertingkah seperti remaja merajuk yang menolak untuk dibujuk berhenti main game.

Jisya masih menunggu ucapan selamat tinggal dari Tyson saat mobilnya berhenti di halaman kampusnya. Menunggu sepatah dua kata atau kecupan manis di pelipis seperti biasa saat mereka akan berpisah dan memulai hari. Namun Jisya mungkin harus menelan pil pahit ketika pandangan Tyson masih tertuju lurus kedepan.

𝙐𝙣𝙘𝙤𝙣𝙩𝙧𝙤𝙡𝙡𝙖𝙗𝙡𝙮 𝙁𝙤𝙣𝙙 [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang