Hadiah

8 1 0
                                    

Kesya tampak antusias memilih perhiasan yang dideretkan di hadapannya.

"Kamu pakai yang mana aja cantik kok" ucap nada, bunda kesya. Sambil mengelus pucuk kepala sang putri.

"Tapi bunaa, karena ini dari buna jadi aku harus pilih yang paling bagussss"

"Apa buna aja yang milihin?" Tawar nada.

"Emmm—"

"—SETUJU BUNA!!!." Kesya tampak berbinar dengan tangan yang menyatu bersorai gembira.

Nada tertuju pada kalung perak dengan liontin dan delion dengan warna senada menjadi incarannya sejak awal.

"Cantik." Ucapnya setelah memasangkan kalung itu ke leher mungil putrinya."Ambil yang ini yaa koh"

"Cantik kan?!, Sama seperti yang pakai"

"Cantik"

🌼🌼🌼

Pagi ini tak seperti biasanya, awan kelabu sedikit mengganggu mood pagi gadis SMA ini."Makanannya habisin, pagi ini ayah gak bisa Antar kamu sekolah, bos ayah minta diantar pagi karena ada rapat"

Jangan kira ayah kesya adalah seorang manager atau sekretaris CEO ternama di kota nya.Ia hanya seorang supir pribadi yang merangkap menjadi ayah sekaligus bunda bagi seorang cahya kesya dandelia.

Nada denysa, meninggal 5 tahun yang lalu karena bronkitis kronis yang diderita. Semua keluarga dan kerabat terpukul, amat terpukul. Apa lagi dengan putri cantiknya kesya. Raut senang, sedih, bahagia, marah bak luntur. Wajah cantik itu hanya terlihat muram dan enggan untuk banyak berbicara.

"Karena uang-nya pas-pasan, bekalnya dibawa, jangan sampai ketinggalan" titah reksa.

"Iya yah" jawabnya.

"Yah reno berangkat dulu ya"

 "Aku boleh bareng kakak?, Sampe pertigaan aja"Bukan gimana-gimana, kesya tahu diri kalau tempat kerja kakaknya beda arah dengan sekolahnya.

Setelah salim dan berpamitan, reno melangkah jenjang keteras rumah, "cepet saa!!"

Tak ada yang istimewa, pagi-paginya selalu terasa abu-abu. Lahir dikeluarga serba cukup bukan jadi masalah atas ke abu-abuan itu. Tapi kehilangan cahaya bahkan sebelum kelopaknya mekar membuat ia layu sebelum berkembang.

Tentang Hari Ini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang