delapan belas

438 87 26
                                    

empat tahun berlalu.

suara gemuruh dan sorakan meriah dari tribun penonton pecah, ketika seseorang di lapangan bawah sana berhasil memasukkan bola basket ke ring lawan.

sama halnya dengan perempuan berambut hitam sebahu yang sedang menikmati pertandingan basket ini. perempuan ini bertepuk tangan sambil bersorak senang. jagoannya baru saja menyumbang angka.

bersamaan dengan itu, wasit meniup peluitnya. backsound berbunyi, tanda pertandingan telah berakhir dengan kemenangan tim yang perempuan ini jagokan.

ia tersenyum, beranjak dari duduknya, meninggalkan area madison square garden sambil memakai coat-nya.

sebuah city car berwarna hitam berhenti di depan perempuan ini berdiri. seorang pria paruh baya— si pengemudi mobil, tersenyum.

"get in, my pretty daughter."

perempuan ini tersenyum, memasuki mobil, memasang safety belt. "makasih pa, udah izinin aku nonton dulu, hehe."

"sure. papa sebenarnya juga mau-mau aja nonton sama kamu, tapi kamunya mau sendirian. yaudah, you're the boss."

"hehe, iyaa. terakhir sebelum aku balik ke indo, jadi mau me time aja."

perempuan ini mengalihkan pandangannya ke samping. ia mengamati gedung-gedung kota new york dari mobil yang sedang melaju membawanya saat ini. sebentar lagi, dia akan meninggalkan kota ini, negara ini, untuk kembali ke negara asalnya yang sudah ia rindukan bertahun-tahun.

yang orang-orangnya ia rindukan, tempatnya ia rindukan, kenangannya ia rindukan.

"gimana pertandingannya? tim jagoan kamu menang?" pria paruh baya yang memegang kemudi di sebelahnya bertanya.

"ah, iya, menang dong pa."

"dia pasti senang."

perempuan ini tersenyum, membayangkan seseorang. "iya, dia pasti senang."

city car yang dikemudikan pria paruh baya ini melaju cepat di jalanan kota new york, menuju bandara internasional.

sesampainya di bandara, perempuan ini berpamitan dengan pria yang mengantarnya, kemudian memasuki pesawat yang akan membawanya ke negara asalnya setelah beberapa kali panggilan melalui pengeras suara.

setelah perjalanan udara selama kurang lebih dua puluh jam, perempuan ini sampai di kota kelahirannya.

seorang lelaki seumurannya telah menunggu di pintu kedatangan. "it's been so long, girl! apa kabar?" lelaki ini memeluknya, pelukan seorang teman ke temannya.

"jenooo! baik. everything was great in new york. bantuin gue ngurus bagasi dulu, please?"

"sure! ayo," lelaki bernama jeno itu membantu si perempuan mengurus bagasi dan hal-hal lainnya. setelah cukup lama mengurus ini-itu, mereka menuju parkiran, di mana jeno memarkirkan mobilnya di sana.

"jauh banget ya, jin? berapa jam?"

"dua puluhan, jen. agak jet lag nih," perempuan ini menyandarkan tubuhnya di kursi penumpang, di samping pengemudi.

"makasih lho, udah mau jemput gue. maaf banget ngerepotin," kata si perempuan.

lelaki yang memegang kemudi di sebelahnya tertawa renyah, mulai mengemudikan mobil keluar dari bandara. "alah, kayak sama siapa aja lo mah. oiya, lia sama temen-temen lo yang lain gabisa ikut jemput. katanya nanti mau ke rumah lo aja."

"it's okay. gue udah makasih banget lo mau jemput gue daripada harus naik taksi."

"gue tau kok kenapa lo minta gue yang jemput. kita langsung ke sana aja nih?"

eksplanasi - hyunsuk x ryujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang